Makalah
Ilmu tasawuf
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TASAWUF
DI INDONESIA
Dosen Pembimbing :
NOOR ROFI’AN
Di Susun oleh: Reza Rahamtillah
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN GPA) TAHUN AJARAN 2013/2014
BAB I
PENDAHULAN
A.
Latar Belakang
Terdapat
berbagai kaedah yang boleh digunakan oleh guru dalam pengajaran dan
pembelajaran Tilawah al-Quran. Kaedah-kaedah ini digunakan bertujuan memastikan
pelajar dapat menguasai kemahiran-kemahiran dalam Tilawah al-Quran iaitu
membaca, menghafaz dan memahami ayat-ayat al-Quran.. Bagi memastikan hasil
pembelajaran mengikut aras tercapai, guru perlu bijak dalam memilih kaedah yang
sesuai dengan tahap pelajar. Penggunaan kaedah yang pelbagai juga dapat
menimbulkan minat pelajar untuk membaca, menghafaz dan memahami al-Quran.
B.
Rumusan Masalah
A. Macam-Macam
Kaidah Pembelajaran Al-Qur’an
B. Cara Melaksanakan Kaedah Pembelajaran Al-Qur’an
C.
Tujuan
Dengan
ditulisnya makalah ini semoga dapat
bermafaat untuk kita semua maka harapan penulis semoga materi makalah
ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita
PEMBAHASAN
A.
Sejarah dan Perkembangan
Tassawuf di indonesia
Bila
membicarakan tentang sejarah dan pemikiran tasawuf di Indonesia, Aceh memainkan
peran yang sangat penting. karena Aceh merupakan wilayah yang tidak dapat
dipisahkan dari sejarah Indonesia khususnya, umumnya dengan Malaysia, Thailand,
Brunei darussalam, dan negara Semenanjung Malaya.untuk itu tentang sejarah
pemikiran tasawuf di indonesia, aceh menempati posisi pertama dan strategis,
karena nantinya akan mewarnai perkembangan tasawuf di Indoensia secara
keseluruhan.[1]
Menelusuri
mewabahnya aliran ini di Indonesia, maka hal ini tidak lepas dari pada peran
andil orang-orang yang melakukan study ( belajar ) ke negara Timur Tengah.
Diantara para pelopor berkembangnya aliran tasawuf di Indonesia, sebagaimana
yang disebutkan dibeberapa literatur diantaranya adalah : Nuruddin Ar Raniri (
wafat tahun 1658 M ), Abdur Rauf As Sinkili (1615 -1693 M ), Muhammad Yusuf Al
Makkasary ( 1629-1699 M ). Mereka ini belajar di kota Makkah[2].
Abdurrauf
As-sinkili setelah belajar beberapa lama kemudian diangakat sebagai khalifah
Tarekat Syatariyah oleh Muhammad Al Quraisy. Dirinya kembali ke Aceh setelah
gurunya meninggal. Keberadaanya di tanah Aceh cukup dipandang oleh para
penduduk bahkan dijadikan sebagai panutan dimasyarakat, bermodal kepercayaan
yang telah diberikan masyarakat kepadanya serta kegigihan murid-muridnya, maka
dengan mudahnya ia berhasil mengembangkan ajaran Thariqot sufiyahnya dengan
perkembangan yang sangat pesat hingga paham itu tersebar sampai ke Minang kabau
( Sumatra Barat )[3].
Salah
satu murid Abdur Rouf as Sinkili yang berhasil menyebarkan paham ini adalah
Burhanuddin. Demikianlah jejak pemahaman yang ditinggalkan oleh As-Singkili
yang berkembang pesat ditanah Minang yang terkenal dengan religiusnya itu..
As-Sinkili meningggal
dan dikuburkan di Kuala mulut sungai Kapuas. Tempat tersebut kini menjadi
tempat ziarah yang banyak dikunjungi banyak orang.
Sedang Muhamad Yusuf Al-Makasary setelah bertemu dengan gurunya yakni Syaikh
Abu Barakat Ayyub bin Ahmad bin Ayyub Al-Kholwati Al-Khurosy As-Syami Ad-Dimasqy,
kemudian diberi otoritas untuk menjadi kholifah bagi aliran Thariqot
Kholwatiyah dan diberi gelar dengan Taj Al-Kholwati
( Mahkota Kholwati ). Setelah kembali ke Aceh
ia pun mulai mengembangkan paham Kholwatiyah ditanah Rencong ini.
Adapun Nuruddin Muhammad bin Ali bin Muhammad Ar-Raniri (Ar-Raniri) masuk
ketanah Aceh pada masa kekuasaan sultan Iskandar Muda. Tapi pada masa itu yang
berperan sebagai mufti kerajaan adalah Syamsudin Sumatrani, putra kelahiran
Aceh, beliau adalah murid Hamzah Fansuri dan mendapatkan pendidikan kesufian
dari Hamzah Fansuri yang diberi gelar ulama' dan berpemahaman Sufi Wujudiyah.
Dikarenakan kedudukan yang disandangnya cukup strategis, maka dengan mudah ia
mengembangkan paham yang dianutnya itu. Syamsudin ini bekerjasama dengan Hamzah
Fansuri, seorang ulama' yang banyak mengekspresikan pemahamannya melalui
keindahan kata ( prosa ).
Dan
dari beberapa catatan literatur diperoleh informasi, bahwa orang-orang
Indonesia dan Melayu yang study di Timur Tengah, kemudian pulang ke Nusantara
dan menyebarkan ajaran tasawwuf (tarekat) masih banyak lagi. Ada beberapa nama
yang perlu di sebutkan disini mengingat keterkaitannya dalam penyebaran tarekat
di Indonesia yang hingga sekarang ajarannya masih berujud. Mereka adalah Abdus
Shomad al-Palimbani dan Muhammad Arsyad Al-Banjari (1710,1812 M). Nama terakhir
ini termasuk yang mampu merombak wajah Kerajaan Banja di Kalimantan Selatan.
Bahkan karya bukunya yang banyak dikaji di beberapa wilayah Indonesia dan Asia
Tenggara, Sabil Al-Muhtadiin, kini diabadikan sebagai nama masjid besar di Kota
Banjar Masin.
Pendapat yang berkembang dikalangan Ahlu Tarekat, dewasa ini di Indonesia
bekembang dua macam kelompok tarekat, yaitu tarekat mu'tabarah dan ghairu
mu'tabarah. Beberapa kelompok yang tergolong mu'tabarah seperti; Qodariyah,
Naqsyabandiyah, Tijaniyah, Syathariyah, Syadzaliyah, Khalidiyah, Samaniyah dan
Alawiyah. Dari sekian banyak Thariqot mu'tabarah (berdasarkan Muktamar NU di
pekalongan tahun 1950, dinyatakan 30 macam Thariqot yang di nilai mu'tabarah ),
Thariqot Naqsabandiyah - Qodariyah merupakan yang terbesar.
B.
Ulama yang berperan dalam menyebarkan ilmu
tassawuf di Nusantara.
Ulama-ulama
yang berperan dalam penyebaran tasawuf di Indonesia antara lain:
Hamzah fansuri, Nuruddin
ar-raniry, Abdurrauf as-singkili,, Syekh Yusuf
al-makassari, Syeh Siti jenar.
C.
Pemikiran tokoh tasawuf
di indonesia.
1. Hamzah Fansuri
Nama Hamzah Fansuri di nusantara tidak
asing lagi di kalangan ulama dan sarjana penyelidik keislaman. beliau adalah pengembang
aliran widhatul wujud Ibnu Arabi.[4]Berdasarkan kata Fansur
yang melekat pada namanya sebagian peneliti beranggapan bahwa ia berasal dari
“Fansur” sebutan kota Barus yang sekarang merupakan kota kecil di pantai
sumatra antara Sibolga (SUMUT) dan Singkil (ACEH).
Hamzah Nur asalnya Fansur mendapat wujud dari
syahru nawi beroleh khilafat yang 'aldari pada Abdul Qadir Sayyid Zailani.[5]
Syair di atas yang menguatkan asal tempat kelahiran beliau yang tak di ketahui
oleh para peneliti sejarah. Mengenai tanggal kelahirannya di setiap buku yang
kami jadikan Referensi, tak menyebutkan tanggal tahun lahir beliau. tetapi dari
syair beliau menunjukkan beliau berasal dari Fansuri. Dari sebuah buku, beliau
diperkirakan hidup sebelum tahun 1630. selama hidup dan dalam
pengembaraan intelektualnya, beliau pernah ke India, Persia (Iran), Mekkah dan
Madinah. Dalam pengembaraanya itu ia sempat mempelajariilmu fiqih, tauhid,
tasawuf, sejarah dan sastra arab. Selesai menjalani pengembarannya beliau
kembali ke kampung halamannya untuk mengajarkan ilmunya di dayah (pesantren)
oboh Rundeng, Subulussalam (sekarang). Hamzah Fansuri sangat giat
mengajarkan ilmu tasawuf sesuai paham yang di yakininya, ada riwayat yang mengatakan
bahwa ia pernah sampai ke Semenanjung Melayu dan mengembangkan tasawuf di
negeri Perak, Perlis, Kelantan, Terengganu, dan lain-lain, dan pengaruh beliau
juga di dalam negeri sampai ke buton sulawesi tenggara, lewat dua
karyanya, Asrar Al-Arifin dan Syarb Al-Asyiqin.
Orang banyak menentang Al-Fansuri karena paham aliran widhatul wujud, hulul dan
ittihadnya, Salah satunya ialah: Nuruddin ar-Raniry dalam buku ruba’i hamzah fansury .[6] Menurut
yang dituduhkannya bahwa manusia sama dengan Allah. Karenanya banyak orang
mengecap beliau zindik, sesat, kafir dan sebagainya. dalam bidang tasawuf ia
mengikuti tarekat Qadiriyah. Pemikiran al-Fansuri tentang tasawuf di pengaruhi
oleh bn Arabi dalam paham wahdatul wujudnya. Sebagai seorang sufi ia
mengajarkan tasawuf bahwa tuhan lebih dekat dari pada leher manusia sendiri dan
bahwa tuhan tidak bertempat sekalipun sering dikatakan ia dimana-mana.
Ajaran-ajaran Hamzah Fansuri sebagai berikut:
wujud, menurut beliau
hanyalah satu walaupun kelihatannya banyak. Dan wujud yang satu itu adalah yang
berkulit dan berisi, Atau mazhar (kenyataan lahir). Wujud mempunyai tujuh
martabat namun hakikatnya satu. Semua benda yang ada sebenarnya merupakan
manifestasi dari yang hakiki, disebut al-haqq ta'ala. Ia menggambarkan wujud
tuhan bagaikan lautan yang tak bergerak,sedangkan wujud alam semesta merupakan
gelombang lautan wujud tuhan. Pengaliran dari dzat yang mutlak ini
diumpamakan gerak ombak yang menimbulkan uap, asap, ombak, dan awan yang
kemudian menjadi dunia gejala. Itulah yang di sebut ta'ayyun dari dzat yang la ta'ayyun. Itu pulalah yang di sebut tanazul. Kemudian segala sesuatu kembali
lagi kepada tuhan (tarqqi), yang di
gambarkan bagaikan uap, asap, awan, lalu hujan dan sungai dan kembali lagi
kehutan. Pengembaraan pernah yang dilakukan beliau berupa zasad dan rohani
diungkapkan dengan syair.
Hamzah Fansuri di dalam Mekah,Mencari
Tuhan di baitul Ka’bah
di Barus ke kudus terlalu parah Akhirnya dapat di
dalam rumah syair beliau yang lain adalah:
Hamzah gharib, akan
rumahnya Baitul Ma'mur, Kursinya sekalian Kafuri di negeri Fansur minal 'Asyjari syair
Al-fansuri di atas merupakan hanya sindiran terhadap yang pernah di ucapkan
oleh Abi Yazid Al-Bisthami yang mengatakan tuhan dalam jubahnya.
2. Nuruddin ar-raniry
Nama
lengkapnya Nur Al-Din Muhammad Ibn Ali Ibn Hasanji Ibn Muhammad al-Raniry.
Berasal dari Gujarat India tahun kelahirannya sampi sekarang , belum dapat
diketahui. Ia adalah syekh Tarekat rifa’iyyah yang didirikan oleh Ahmad Rifa’i.
Beliau juga di katakan penerus tasawuf sunni.[7] Ia
merantau ke aceh pada bulan 6 Muharram
1047 H. Pada masa kerajaan sultan Iskandar Tsani, ia mengikuti jejak pamannya
syekh Muhammad Jailani yang juga merantau.pada saat itu ia berada di Aceh untuk
kedua kalinya, karena saat masa kerajaan Sultan Iskandar Muda ia tak
mendapatkan tempat atau perhatian dari sultan yang berkuasa.
Pemikiran-pemikiran
Nuruddin ar-Raniry yang di tunjukkan
kepada tokoh dan penganut wujudiyah, maupun pemikirannya secara umum dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Pertama,
tentang Tuhan, masalah ketuhanan bersipatt kompromis.[8] Melacak Ia berupaya
menyatukan paham mutakallimin dengan paham para sufi yang di wakili Ibn Arabi.
Ia berpendapat bahwa wujud allah dan alam esa berarti bahwa alam merupakan sisi
lahiriah dari hakikatnya yang batin, yaitu Allah.namun ungkapan itu pada
hakikatnya bahwa alam tidak ada yang ada hanyalah wujud Allah.
Kedua,
tentang alam. Menurutnya alam ini diciptakan Allah melalui tajli, ia menolak
teori,faidh ( emanasi) al-Farabi.
Ketiga,
tentang manusia, merupakan makhluk yang paling sempurna di dunia ini. Sebab
manusia merupakan khalifah Allah dibumi yang dijadikan sesai dengan citranya.
Dan mazhur (tempat kenyataan asma dan sifat Allah paling lengkap dan
menyeluruh).
Keempat,
tentang wujudiyyah. Inti ajaran wujudiyyah berpusat pada wahdat al-wujud
yang disalah artikan kaum wujudiyyah, dengan arti kemanunggalan Allah dengan
alam. dapat membawa kekafiran. Ia berpandangan bawa jika benar tuhan dan
makhluk hakikatnya satu, maka jadilah makhluk itu adalah tuhan.
Kelima,
tentang hubungan syari’at dan hakikat. Pemisahan antara keduanya merupakan
sesuatu yang tidak benar.
Selain itu ia juga menekankan kepada umat islam agar
memahami secara benar akidah islamiyah.
3. Syekh Abdurruf As-sinkilli.
Nama
lengkap beliau adalah Abdul Rauf Al-Jwi Al-Fansuri Al-Singkil. Tahun
kelahirannya tidak di ketahi pasti ada yang menyebutkan tahun kelahirannya 1024
H/1615 M.[9] Ia menerima
bai’at tarekat Syathariyyah. Abdurrauf adalah ulama yang berupaya mendamaikan ajaran
martabat alam tujuh yang dikenal di Aceh sebagai paham wahdatul
wujud/wujudiyyah (pantheisme) dengan
paham sunnah.
Pemikiran
tasawuf as-Singkili dapat dilihat antara lain pada persoalan merekonsiliasi
antara tasawuf dan syari’at. Ajaran tasawufnya mirip dengan tasawuf Hamzah Fansuri dengan ar-Raniry yaitu menganut
paham satu-satunya wujud hakiki yakni Allah. Sedangkan alam ciptaanya bukan wujud
hakiki tetapi bayangan dari hakiki. Menurutnya jelaslah alam berbeda
dengan Allah.
Beliau juga mempunyai pemikiran tentang zikir,
zikir menurut pandngannya usaha melepaskn diri dari lalai dan lupa. Ajaran
tasawuf as-Singkili yang lain bertalian dengan martabat perwujudan.menurutnya
ada tiga martabat perwujudan. Pertama, ahadiyah atau la ta’ayyun waktu itu masih merupakan hakikat yang ghaib.
Kedua,martabat wahdah atau ta’ayun awwal. Sudah tercipta hakikat muhammadiyyah
sangat potensial bagi terciptanya alam. Ketiga, martabat wahdiyyah atau
ta’ayyun tsani disebut juga a’ayan
al-tsabilah dan dari sinilah alam tercipta.
4. Syekh Siti Jenar.
Nama
asli beliau Ali Hasan alias Andul Jalil, hidup sezaman dengan walisongo.
Menurut penelitian Dalhar Shodiq mahasiswa UGM, ia berasal dari Cirebon, Jawa
Barat. Tahun kelahirannya sulit di lacak, kemungkinan hidup abad ke 16 M.
Pemikirannya di anggap liberal,dan kontroversial, dalam ajaran tetang shalat ia
berpendapat bahwa tuhan bersemayam dalam dirinya dan shalat lima waktu sehari dan
zikir itu adalah suatu keputusan hati, kehendak pribadi. Syekh Siti Jenar menganggap
alam kehidupan didunia sebagai kematian, setelah menemui ajal disebut sebagai
kehidupan sejati. Konsep tuhan yang benar bagi syekh siti jenar jika bersumber
dari hati yang tulus dan jujur, tuhan tidak dapat di gambarkan dengan apapun.[10]
Syekh
Yusuf al-Makassari ia menerima tareqat Qadiriyyah dari ar-Raniry,dan tarekat Naqsabandiyyah
dari Syekh ‘Abd Allah Al-Barakat Ayyub bin Ahmad bin Ayyub bin Al-khawati
al-Qurasy di Damaskus.
Adapun
metode pendekatan hamba kepada sang penciptanya mengemukakan metode tarekat,
tarekat yang disebut adalah naqsabaniyyah. Syekh Yusuf berbicara tentang Insaul
Kamil dan proses penyucian jiwa. Hamba tetap menjadi hamba walaupun naik derajatnya,
dan tuhan akan tetap tuhan walaupun dari pada Hamba. Berkenaan dengan menuju
tuhan, ia membaginya kedalam tiga, pertama, tingkatan akhyar (orang-orang
terbaik) yaitu dengan memperbanyak shalat,puasa, membaca alqur’an,naik haji,
dan berjihad. Kedua muujahadat al-syaqa’,(orang yang berjuang melawan
kesulitan),latihan batin untuk melepaskan prilaku buruk,dan menyucikan pikiran
dan batin dan melipat gandakan amalan lahir. Ketiga, cara ahl al-dzikir, jalan
bagi orang yang telah ksyaf untuk berhubungan dengan tuhan, orng-orng yang
mencintai tuhan, baik lahir mupun batin.[11]
Konsep
taswuf al-makassari, adalah pemurnian kepercayaan pada tuhan. Usahanya
dalam menjelaskan transendensi tuhan atas ciptaannya, ia menekankan keesaan
tuhan, tidak berbatas dan mutlak. Tuhan tidak dapat diperbandingkan apapun, (
laisa kamislihi syai’), beliau mengambil konsep wahdat al syuhud ( kesatuan
kesadaran atau monisme fenomonologis)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kaedah-kaedah
yang diperkenalkan dalam strategi pengajaran dan pembelajaran, keseluruhannya
adalah baik dan berkesan bagi setiap guru dalam menyampaikan pengajaran.
Keberkesanan kaedah ini adalah bergantung kepada kebijaksanaan guru
menyesuaikannya dengan tahap pencapaian pelajar serta suasana persekitaran dan
hasil pembelajaran yang hendak dicapai.
B.
Saran
Didalam pembuatan makalah ini kami masih banyak mendapatkan
kesulitan. Dan kepada Dosen pengajar dan rekan-rekan sekalian, kami selaku
pemapar menyadari masih benyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu kami
masi mengharapkan saran dan arahan dari rekan-rekan sekalian.
[2]
Sri mulyani, tasawuf nusantara, kencana, Jakarta,
2006, hlm. 1.
[3]
Abdullah, perkembangan tasawuf dan tokoh-tokohnya di
nusantara, al-ikhlas, Surabaya, 1930, hlm. 10.
[4] Abdullah, Perkembangan Ilmu Tasawuf…., Hlm, 35.
[5] Abdullah Hadi WM., “ Syeikh
Hamzah Fansuri”, Dalam Ulumul Quran, No. 4, Vol. 5, Th. 1994, Hlm. 48.
[6] Abdul Hadi W.M., Hamzah Al-Fansuri, Mizan, Bandung, 1995,
Hl. 14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar