Senin, 20 November 2017





Makalah
Ilmu tasawuf


SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TASAWUF
DI INDONESIA


Dosen Pembimbing : NOOR ROFI’AN






Di Susun oleh: Reza Rahamtillah












KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN GPA) TAHUN AJARAN 2013/2014

  




 BAB I
PENDAHULAN

A.    Latar Belakang
Terdapat berbagai kaedah yang boleh digunakan oleh guru dalam pengajaran dan pembelajaran Tilawah al-Quran. Kaedah-kaedah ini digunakan bertujuan memastikan pelajar dapat menguasai kemahiran-kemahiran dalam Tilawah al-Quran iaitu membaca, menghafaz dan memahami ayat-ayat al-Quran.. Bagi memastikan hasil pembelajaran mengikut aras tercapai, guru perlu bijak dalam memilih kaedah yang sesuai dengan tahap pelajar. Penggunaan kaedah yang pelbagai juga dapat menimbulkan minat pelajar untuk membaca, menghafaz dan memahami al-Quran.

B.     Rumusan Masalah
A.    Macam-Macam Kaidah Pembelajaran Al-Qur’an
B.    Cara Melaksanakan Kaedah Pembelajaran Al-Qur’an


C.    Tujuan
Dengan ditulisnya makalah ini semoga dapat  bermafaat untuk kita semua maka harapan penulis semoga materi makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita



PEMBAHASAN

A.    Sejarah dan Perkembangan Tassawuf di indonesia
Bila membicarakan tentang sejarah dan pemikiran tasawuf di Indonesia, Aceh memainkan peran yang sangat penting. karena Aceh merupakan wilayah yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah Indonesia khususnya, umumnya dengan Malaysia, Thailand, Brunei darussalam, dan negara Semenanjung Malaya.untuk itu tentang sejarah pemikiran tasawuf di indonesia, aceh menempati posisi pertama dan strategis, karena nantinya akan mewarnai perkembangan tasawuf di Indoensia secara keseluruhan.[1]   
Menelusuri mewabahnya aliran ini di Indonesia, maka hal ini tidak lepas dari pada peran andil orang-orang yang melakukan study ( belajar ) ke negara Timur Tengah. Diantara para pelopor berkembangnya aliran tasawuf di Indonesia, sebagaimana yang disebutkan dibeberapa literatur diantaranya adalah : Nuruddin Ar Raniri ( wafat tahun 1658 M ), Abdur Rauf As Sinkili (1615 -1693 M ), Muhammad Yusuf Al Makkasary ( 1629-1699 M ). Mereka ini belajar di kota Makkah[2].
Abdurrauf As-sinkili setelah belajar beberapa lama kemudian diangakat sebagai khalifah Tarekat Syatariyah oleh Muhammad Al Quraisy. Dirinya kembali ke Aceh setelah gurunya meninggal. Keberadaanya di tanah Aceh cukup dipandang oleh para penduduk bahkan dijadikan sebagai panutan dimasyarakat, bermodal kepercayaan yang telah diberikan masyarakat kepadanya serta kegigihan murid-muridnya, maka dengan mudahnya ia berhasil mengembangkan ajaran Thariqot sufiyahnya dengan perkembangan yang sangat pesat hingga paham itu tersebar sampai ke Minang kabau ( Sumatra Barat )[3].

Salah satu murid Abdur Rouf as Sinkili yang berhasil menyebarkan paham ini adalah Burhanuddin. Demikianlah jejak pemahaman yang ditinggalkan oleh As-Singkili yang berkembang pesat ditanah Minang yang terkenal dengan religiusnya itu..
As-Sinkili meningggal dan dikuburkan di Kuala mulut sungai Kapuas. Tempat tersebut kini menjadi tempat ziarah yang banyak dikunjungi banyak orang.
          Sedang Muhamad Yusuf Al-Makasary setelah bertemu dengan gurunya yakni Syaikh Abu Barakat Ayyub bin Ahmad bin Ayyub Al-Kholwati Al-Khurosy As-Syami Ad-Dimasqy, kemudian diberi otoritas untuk menjadi kholifah bagi aliran Thariqot Kholwatiyah dan diberi gelar dengan Taj Al-Kholwati
 ( Mahkota Kholwati ). Setelah kembali ke Aceh ia pun mulai mengembangkan paham Kholwatiyah ditanah Rencong ini.
          Adapun Nuruddin Muhammad bin Ali bin Muhammad Ar-Raniri (Ar-Raniri) masuk ketanah Aceh pada masa kekuasaan sultan Iskandar Muda. Tapi pada masa itu yang berperan sebagai mufti kerajaan adalah Syamsudin Sumatrani, putra kelahiran Aceh, beliau adalah murid Hamzah Fansuri dan mendapatkan pendidikan kesufian dari Hamzah Fansuri yang diberi gelar ulama' dan berpemahaman Sufi Wujudiyah. Dikarenakan kedudukan yang disandangnya cukup strategis, maka dengan mudah ia mengembangkan paham yang dianutnya itu. Syamsudin ini bekerjasama dengan Hamzah Fansuri, seorang ulama' yang banyak mengekspresikan pemahamannya melalui keindahan kata ( prosa ).
         
Dan dari beberapa catatan literatur diperoleh informasi, bahwa orang-orang Indonesia dan Melayu yang study di Timur Tengah, kemudian pulang ke Nusantara dan menyebarkan ajaran tasawwuf (tarekat) masih banyak lagi. Ada beberapa nama yang perlu di sebutkan disini mengingat keterkaitannya dalam penyebaran tarekat di Indonesia yang hingga sekarang ajarannya masih berujud. Mereka adalah Abdus Shomad al-Palimbani dan Muhammad Arsyad Al-Banjari (1710,1812 M). Nama terakhir ini termasuk yang mampu merombak wajah Kerajaan Banja di Kalimantan Selatan. Bahkan karya bukunya yang banyak dikaji di beberapa wilayah Indonesia dan Asia Tenggara, Sabil Al-Muhtadiin, kini diabadikan sebagai nama masjid besar di Kota Banjar Masin.
          Pendapat yang berkembang dikalangan Ahlu Tarekat, dewasa ini di Indonesia bekembang dua macam kelompok tarekat, yaitu tarekat mu'tabarah dan ghairu mu'tabarah. Beberapa kelompok yang tergolong mu'tabarah seperti; Qodariyah, Naqsyabandiyah, Tijaniyah, Syathariyah, Syadzaliyah, Khalidiyah, Samaniyah dan Alawiyah. Dari sekian banyak Thariqot mu'tabarah (berdasarkan Muktamar NU di pekalongan tahun 1950, dinyatakan 30 macam Thariqot yang di nilai mu'tabarah ), Thariqot Naqsabandiyah - Qodariyah merupakan yang terbesar.

B.      Ulama yang berperan dalam menyebarkan ilmu tassawuf di Nusantara.
Ulama-ulama yang berperan dalam penyebaran tasawuf di Indonesia antara lain:
Hamzah fansuri, Nuruddin ar-raniry,  Abdurrauf as-singkili,, Syekh Yusuf al-makassari,  Syeh Siti jenar.

C.    Pemikiran tokoh tasawuf di indonesia.

1.    Hamzah Fansuri
          Nama Hamzah Fansuri di nusantara tidak asing lagi di kalangan ulama dan sarjana penyelidik keislaman. beliau adalah pengembang aliran widhatul wujud Ibnu Arabi.[4]Berdasarkan kata Fansur yang melekat pada namanya sebagian peneliti beranggapan bahwa ia berasal dari “Fansur” sebutan kota Barus yang sekarang merupakan kota kecil di pantai sumatra antara Sibolga (SUMUT) dan Singkil (ACEH).
 Hamzah Nur asalnya Fansur mendapat wujud dari syahru nawi beroleh khilafat yang 'aldari pada Abdul Qadir Sayyid Zailani.[5]
            Syair di atas yang menguatkan asal tempat kelahiran beliau yang tak di ketahui oleh para peneliti sejarah. Mengenai tanggal kelahirannya di setiap buku yang kami jadikan Referensi, tak menyebutkan tanggal tahun lahir beliau. tetapi dari syair beliau menunjukkan beliau berasal dari Fansuri. Dari sebuah buku, beliau diperkirakan hidup sebelum tahun 1630.  selama hidup dan dalam pengembaraan intelektualnya, beliau pernah ke India, Persia (Iran), Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraanya itu ia sempat mempelajariilmu fiqih, tauhid, tasawuf, sejarah dan sastra arab. Selesai menjalani pengembarannya beliau kembali ke kampung halamannya untuk mengajarkan ilmunya di dayah (pesantren) oboh Rundeng,  Subulussalam (sekarang).  Hamzah Fansuri sangat giat mengajarkan ilmu tasawuf sesuai paham yang di yakininya, ada riwayat yang mengatakan bahwa ia pernah sampai ke Semenanjung Melayu dan mengembangkan tasawuf di negeri Perak, Perlis, Kelantan, Terengganu, dan lain-lain, dan pengaruh beliau juga di dalam negeri  sampai ke buton sulawesi tenggara, lewat dua karyanya, Asrar Al-Arifin dan Syarb Al-Asyiqin.
            Orang banyak menentang Al-Fansuri karena paham aliran widhatul wujud, hulul dan ittihadnya, Salah satunya ialah: Nuruddin ar-Raniry dalam buku ruba’i hamzah fansury .[6] Menurut yang dituduhkannya bahwa manusia sama dengan Allah. Karenanya banyak orang mengecap beliau zindik, sesat, kafir dan sebagainya. dalam bidang tasawuf ia mengikuti tarekat Qadiriyah. Pemikiran al-Fansuri tentang tasawuf di pengaruhi oleh bn Arabi dalam paham wahdatul wujudnya. Sebagai seorang sufi ia mengajarkan tasawuf bahwa tuhan lebih dekat dari pada leher manusia sendiri dan bahwa tuhan tidak bertempat sekalipun sering dikatakan ia dimana-mana.

            Ajaran-ajaran Hamzah Fansuri sebagai berikut:
wujud, menurut beliau hanyalah satu walaupun kelihatannya banyak. Dan wujud yang satu itu adalah yang berkulit dan berisi, Atau mazhar (kenyataan lahir). Wujud mempunyai tujuh martabat namun hakikatnya satu. Semua benda yang ada sebenarnya merupakan manifestasi dari yang hakiki, disebut al-haqq ta'ala. Ia menggambarkan wujud tuhan bagaikan lautan yang tak bergerak,sedangkan wujud alam semesta merupakan gelombang lautan wujud tuhan. Pengaliran dari dzat yang mutlak ini diumpamakan  gerak ombak yang menimbulkan uap, asap, ombak, dan awan yang kemudian menjadi dunia gejala. Itulah yang di sebut ta'ayyun dari dzat yang la ta'ayyun. Itu pulalah yang di sebut tanazul. Kemudian segala sesuatu kembali lagi kepada tuhan (tarqqi), yang di gambarkan bagaikan uap, asap, awan, lalu hujan dan sungai dan kembali lagi kehutan. Pengembaraan pernah yang dilakukan beliau berupa zasad dan rohani diungkapkan dengan syair.
Hamzah Fansuri di dalam Mekah,Mencari Tuhan di baitul Ka’bah di Barus ke kudus terlalu parah Akhirnya dapat di dalam rumah syair beliau yang lain adalah: Hamzah gharib, akan rumahnya Baitul Ma'mur, Kursinya sekalian Kafuri di negeri Fansur minal 'Asyjari syair Al-fansuri di atas merupakan hanya sindiran terhadap yang pernah di ucapkan oleh Abi Yazid Al-Bisthami yang mengatakan tuhan dalam jubahnya.



2.   Nuruddin ar-raniry
Nama lengkapnya Nur Al-Din Muhammad Ibn Ali Ibn Hasanji Ibn Muhammad al-Raniry. Berasal dari Gujarat India tahun kelahirannya sampi sekarang , belum dapat diketahui. Ia adalah syekh Tarekat rifa’iyyah yang didirikan oleh Ahmad Rifa’i. Beliau juga di katakan penerus tasawuf sunni.[7]  Ia merantau ke aceh  pada bulan 6 Muharram 1047 H. Pada masa kerajaan sultan Iskandar Tsani, ia mengikuti jejak pamannya syekh Muhammad Jailani yang juga merantau.pada saat itu ia berada di Aceh untuk kedua kalinya, karena saat masa kerajaan Sultan Iskandar Muda ia tak mendapatkan tempat  atau perhatian dari sultan yang berkuasa.
Pemikiran-pemikiran Nuruddin ar-Raniry  yang di tunjukkan kepada tokoh dan penganut wujudiyah, maupun pemikirannya secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Pertama, tentang Tuhan, masalah ketuhanan bersipatt kompromis.[8]  Melacak Ia berupaya menyatukan paham mutakallimin dengan paham para sufi yang di wakili Ibn Arabi. Ia berpendapat bahwa wujud allah dan alam esa berarti bahwa alam merupakan sisi lahiriah dari hakikatnya yang batin, yaitu Allah.namun ungkapan itu pada hakikatnya bahwa alam tidak ada yang ada hanyalah wujud Allah.
Kedua, tentang alam. Menurutnya alam ini diciptakan Allah melalui tajli, ia menolak teori,faidh ( emanasi) al-Farabi.
Ketiga, tentang manusia, merupakan makhluk yang paling sempurna di dunia ini. Sebab manusia merupakan khalifah Allah dibumi yang dijadikan sesai dengan citranya. Dan mazhur (tempat kenyataan asma dan sifat Allah paling lengkap dan menyeluruh).
Keempat, tentang wujudiyyah. Inti ajaran wujudiyyah  berpusat pada wahdat al-wujud yang disalah artikan kaum wujudiyyah, dengan arti kemanunggalan Allah dengan alam. dapat membawa kekafiran. Ia berpandangan bawa jika benar tuhan dan makhluk hakikatnya satu, maka jadilah makhluk itu adalah tuhan.
Kelima, tentang hubungan syari’at dan hakikat. Pemisahan antara keduanya merupakan sesuatu yang tidak benar. Selain itu ia juga menekankan kepada umat islam agar memahami secara benar akidah islamiyah.

3.       Syekh Abdurruf As-sinkilli.
Nama lengkap beliau adalah Abdul Rauf Al-Jwi Al-Fansuri Al-Singkil. Tahun kelahirannya tidak di ketahi pasti ada yang menyebutkan tahun kelahirannya 1024 H/1615 M.[9]  Ia menerima bai’at tarekat Syathariyyah. Abdurrauf adalah ulama yang berupaya mendamaikan ajaran martabat alam tujuh yang dikenal di Aceh sebagai paham wahdatul wujud/wujudiyyah (pantheisme) dengan paham sunnah.
Pemikiran tasawuf as-Singkili dapat dilihat antara lain pada persoalan merekonsiliasi antara tasawuf dan syari’at. Ajaran tasawufnya mirip dengan tasawuf  Hamzah Fansuri dengan ar-Raniry yaitu menganut paham satu-satunya wujud hakiki yakni Allah. Sedangkan alam ciptaanya bukan wujud hakiki tetapi bayangan dari  hakiki. Menurutnya jelaslah alam berbeda dengan Allah.

 Beliau juga mempunyai pemikiran tentang zikir, zikir menurut pandngannya usaha melepaskn diri dari lalai dan lupa. Ajaran tasawuf as-Singkili yang lain bertalian dengan martabat perwujudan.menurutnya ada tiga martabat perwujudan. Pertama, ahadiyah atau la ta’ayyun waktu itu masih merupakan hakikat yang ghaib. Kedua,martabat wahdah atau ta’ayun awwal. Sudah tercipta hakikat muhammadiyyah sangat potensial bagi terciptanya alam. Ketiga, martabat wahdiyyah atau ta’ayyun tsani disebut juga a’ayan al-tsabilah dan dari sinilah alam tercipta.

4.      Syekh Siti Jenar.
Nama asli  beliau Ali Hasan alias Andul Jalil, hidup sezaman dengan walisongo. Menurut penelitian Dalhar Shodiq mahasiswa UGM, ia berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Tahun kelahirannya sulit di lacak, kemungkinan hidup abad ke 16 M. Pemikirannya di anggap liberal,dan kontroversial, dalam ajaran tetang shalat ia berpendapat bahwa tuhan bersemayam dalam dirinya dan shalat lima waktu sehari dan zikir itu adalah suatu keputusan hati, kehendak pribadi. Syekh Siti Jenar menganggap alam kehidupan didunia sebagai kematian, setelah menemui ajal disebut sebagai kehidupan sejati. Konsep tuhan yang benar bagi syekh siti jenar jika bersumber dari hati yang tulus dan jujur, tuhan tidak dapat di gambarkan dengan apapun.[10] 
Syekh Yusuf al-Makassari ia menerima tareqat Qadiriyyah dari ar-Raniry,dan tarekat Naqsabandiyyah dari Syekh ‘Abd Allah Al-Barakat Ayyub bin Ahmad bin Ayyub bin Al-khawati al-Qurasy di Damaskus.

Adapun metode pendekatan hamba kepada sang penciptanya mengemukakan metode tarekat, tarekat yang disebut adalah naqsabaniyyah. Syekh Yusuf berbicara tentang Insaul Kamil dan proses penyucian jiwa. Hamba tetap menjadi hamba walaupun naik derajatnya, dan tuhan akan tetap tuhan walaupun dari pada Hamba. Berkenaan dengan menuju tuhan, ia membaginya kedalam tiga, pertama, tingkatan akhyar (orang-orang terbaik) yaitu dengan memperbanyak shalat,puasa, membaca alqur’an,naik haji, dan berjihad. Kedua muujahadat al-syaqa’,(orang yang berjuang melawan kesulitan),latihan batin untuk melepaskan prilaku buruk,dan menyucikan pikiran dan batin dan melipat gandakan amalan lahir. Ketiga, cara ahl al-dzikir, jalan bagi orang yang telah ksyaf untuk berhubungan dengan tuhan, orng-orng yang mencintai tuhan, baik lahir mupun batin.[11] 

Konsep taswuf al-makassari, adalah pemurnian kepercayaan  pada tuhan. Usahanya dalam menjelaskan transendensi tuhan atas ciptaannya, ia menekankan keesaan tuhan, tidak berbatas dan mutlak. Tuhan tidak dapat diperbandingkan apapun, ( laisa kamislihi syai’), beliau mengambil konsep wahdat al syuhud ( kesatuan kesadaran atau monisme fenomonologis)




BAB III
PENUTUP


A.          Kesimpulan
Kaedah-kaedah yang diperkenalkan dalam strategi pengajaran dan pembelajaran, keseluruhannya adalah baik dan berkesan bagi setiap guru dalam menyampaikan pengajaran. Keberkesanan kaedah ini adalah bergantung kepada kebijaksanaan guru menyesuaikannya dengan tahap pencapaian pelajar serta suasana persekitaran dan hasil pembelajaran yang hendak dicapai.


B.           Saran

Didalam pembuatan makalah ini kami masih banyak mendapatkan kesulitan. Dan kepada Dosen pengajar dan rekan-rekan sekalian, kami selaku pemapar menyadari masih benyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu kami masi mengharapkan saran dan arahan dari rekan-rekan sekalian. 







[2] Sri mulyani, tasawuf nusantara, kencana, Jakarta, 2006, hlm. 1.
[3] Abdullah, perkembangan tasawuf dan tokoh-tokohnya di nusantara, al-ikhlas, Surabaya, 1930, hlm. 10.

[4] Abdullah, Perkembangan Ilmu Tasawuf…., Hlm, 35.
[5] Abdullah Hadi WM., “ Syeikh Hamzah Fansuri”, Dalam Ulumul Quran, No. 4, Vol. 5, Th. 1994, Hlm. 48.
[6] Abdul Hadi W.M., Hamzah Al-Fansuri, Mizan, Bandung, 1995, Hl. 14.
[7] Damanhuri Basyr, Ilmu Taswuf, Hal 210.
[8] m. Solihin, melacak pemikiran tasawuf di nusantra, hal 57.
[9] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Hal 268.
[10]  Sri Mulyati, Tasaawuf Nusantara, Hal 68.               
[11] M.Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf Dinusantara Hal, 295.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar