MAKALAH
ULUM-HADITS
AL- ISNAD
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
SUSILAWATI
SURIYANI
SIDAR
REZA RAHMATILLAH
Dosen Pembimbing :SITI
AISAH, MA
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
GAJAH PUTIH TAKENGON ACEH TENGAH,ACEH
2013/2014
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT atas rahmat, taufik, hidayahNya, dan inayahNya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan MAKALAH ini Serta shalawat
dan salam kepangkuan nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat
beliau. Amin ya rabbal alamin.,
Makalah yang telah
penyusun selesaikan ini berisi tentang AL-ISNAD
”Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih belum sempurna atau jauh dari
sempurna, karena penyusun masih dalam tahap pembelajaran. Penyusun mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya.
Demikian pengantar dari penulis, makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka dengan kerendahan hati dan tangan terbuka penyusun menerima saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga makalah
ini dapat berguna bagi pembacanya.
Amin . . . ya . . . rabbal ‘alamin
Takengon ……………. 2013
DAFTAR ISI
BAB I Pembahasan AL- INSAD
..................................................... 1
A.Pengertian Al-INSAD…………………....................................... 1
a.Shighat- shighat isnad…………………........................... 1
B.Kalimat
sanad yang
dibuang……............................................ 5
1.Qala
yang dpakai …………………................................ 6
2.Qala
yang dibuang…………………................................ 6
C.Maksud…....................................................................................... 7
D.Jalan
Menerima Hadits…………………………...................... 7
1.Sama…………………………............................................ 7
2.Ardi………………………………………………………... 8
3.Ijazah…………………………........................................... 8
4.Munawalah………………………………...............…...... 8
5.Mukatabah……………………………………….............. 9
6.I’lam………………………………………........................ 9
7.Washiyat………………………………………………….. 9
8.Wajadah………………………………………………….. 9
E.Syarat –Syarat Menyampaikan Hadits………………………... 10
F.Maqshud……………………………………………...................... 11
G.Sanad
Shahih Dan Dla’ifl Bagi
Satu Hadits………………... 11
BAB II Penutup
A.Kesimpulan……………………………………................ 12
B.Saran…………………………………………...............… 12
BAB I
PEMBAHASAN AL- ISNAD
A.
Pengertian AL-ISNAD
Dalam pasal
ini, termuat beberapa hal yang
berhubungan dengan urusan sanad yakni Jalan menyandarkan hadits atau riwayat
a. shighat
–shighat Isnad
shighat
artinya:macam, bentuk, maksud
disini, lafazh- lafazh.shighat
isnad ialah ‘’lafazh, lafazh yang ada
dalam sanad yang
digunakan oleh rawi- rawi
waktu mmenyampaikan hadits atau
riwayat’’.
Shighat isnad
itu, mempunyai beberapa martabat
dibawah ini.saya sebutkan satu
persatu dengan tertib
dari yang pertama
sampai yang terakhir
yaitu:
1. saya
telah mendengar
-kami
- (ia) telah
ceritakan kepadaku
-(ia) telah
ceritakan kepada kami
- (ia) telah berkata kepadaku
- (ia) telah berkata kepada
kami
- (ia) telah sebutkan kepada ku
- (ia) telah sebutkan
kepada kami
II. (ia)
telah mengkhabarkan kepadaku
-saya
telah baca padanya
III. - (ia) telah mengkhabarkan
kepada kami
-dibaca padanya sedang
saya mendengarka
-kami telah membaca padanya
IV. - (ia) telah memberi tahu kepadaku
- (ia)
telah memberi tahu kepada kami
V. -(ia) telah
serahkan kepadaku
VI. - (ia) telah ucapan
kepadaku
VII. - (ia) telah menulis
kepadaku
VIII .- dari, daripada
-Sesungguhnya ,bahwasanny
- saya dapati
dalam kitabku , dari….
- (ia) telah
meriwayatkan
- (ia) telah
berkata
- (ia)telah
sebut
-telah
sampai kepadau
-aku telah dapati
dengan talisan si
fulan
KETERANGANNYA:
a. perkataan
–perkataan di I,Semuanya digunukan
apabila sirawi mendengarkan
langsung lafazs syaikhnya.
Diwaktu syaikhnya,membaca,merencana atau
menyebut riwayatnya.
Oleh
karena ‘’mendengar’’ itu
sifatnya lebih tinggi
dari yang lain,
maka lafazh –lafazh itu
dimasukan dalam marabat
‘’pertama’’.
Lafazh yang
ada padanya ‘’saya’’ atau
‘’ku’’,derajatnya lebih
daripada yang ada
‘’kami’’.
b.
shighat yang di II
dipakai untuk hal
yang sebaliknya dari
yang pertama,yaitu: rawi
(tilmidz)membaca , sedang syaikhnya
mendengarkan.
Dua lafazh
ini dimasukan kedalam
martabat kedua karena
- lafazh’’ mengkhabarkan’’lebih umum
dari pada ‘’menceritakan’’.’’mengkhabar’’ itu
boleh dengan omongan, tulisan
dan beleh juga dengan
isyarat, ‘’sedangmenceritakan
‘’ terbatas dalam omongan
saja.
susunan ‘’saya telah
membaca padanya’’ itu, derajatnya dibawah
daripada kalau syaikhnya baca, didengarkan oleh
rawi, karena pada
‘’mendengarkan’’ itu lebih banyak
perhatian dari ‘’membaca’’.
c. kata kata yang
ada di III dimasukan dalam
martabat ketiga karena:
-shighat-shighat itu
dipakai dalam hal
murid –murid membaca,sedang sysikh mendengarkan juga, tetapi beramai-
ramai,sedangkan beramai-ramai derajatnya
dibawah dari sendirian.
d.empat lafazh yang
ada di IV ,artinya semua sama, yaitu ‘’memberitahu’’. Lafazh – lafazh ini
dimasukan dalam martabat
keempat, karena
-shighat demikian oleh
orang-orang dahulu dipakai
dengan
makna’’mengkhabarkan’’.tetapi oleh
muta’akhkhirin digunukan buat
ijazah,jadi masih gelap
e.’’Ia telah
serahkan kepadaku’’ itu, terpakai
dalam ijazah yang paling tinggi
yaitu satu cara
meriwayatkan hadits sebagaimana yang akan
dating,sedang ijazah ini,
menurut istilah derajatnya dibawah
‘’mendengar’’ dan ‘’membaca’’. Oleh karena
itulah ia dimasukan
kedalam martabat kelima
yaitu dibawah derajat
d.
f.shighat ‘’ia telah ucapkan
kepadaku’’itu terpakai dalam
ijazah.ijazah ada beberapa
macam sebagaimana yang saya
akan terangkan ;kalau seorang
syaikh berkata umpamanya:‘’aku beri idzin engkau
meriwayatkan hadits-hadits
bukhari’’,maka omongan ini
dinamakan ijazahmutlak,sedang ijazah mutlak derajatnya
di bawah’’munawalah’’(akan datang keterangan ).
g.’’Iateh menulis kepadaku
‘’yang ada di
VII,dipakai untuk ijazah , dan
dinamakan ijazah dengan tulisan.
h.perkataan- perkataan yang ada di
VIII, semua meragu-ragukan ,tidak tetap
menunjukanbahwa si rawi mendengar sendiri
dari syaikhnya, atau terima
sendiri dari syaikhnya. Dengan
perkataan lain bahwa
shighat- shighat itu
tidak tetap menunjukkan
kepada bersambungnya sanad.
A.Kalau seorang
ahli hadits berkata:
Isma’il dari
Ahmad, maka omongan
ini ,bisa difaham dua
macam :
1.Isma’il
mendengar (terima) sendiri
dari ahmad.
2.Isma’il mendengar (terima) dari orang lain yang
mendengar (terima)sendiri dari
AhmadB.Kalau seorang rawi
berkata:Sesungguhnya sufwan berkata
,bahwa Ali berkata..maka dari susunan
ini ,bisa orang faham:
1.sirawi
dengar sendiri sufyan
berkata ,dan sufyan dengar
sendiri ali
berkata.
2. sirawi dengar dari
orang lain yang dengar
sendiri dari sufyan , dan
sufyan
ini pula
dengar dari orang
lain yang dengar
sendiri dari ali.
C.Kalau
seorang tilmidz berkata
:
Amar telah
meriwayatkan (berkata atau
menyebut) , ini bisa
menunjukan:1.si tilmidz
bertemu (dengar, terima)dari
Amar; dan bisa juga
dipandang.
2.si tilmidz bertemu
(dengar, terima)dari orang
lain yang dengar
sendiri dari ‘Amar.
D.Kalau
seorang imam berkata:‘’telah sampai
khabar kepadaku , bahwa
ibnu umar..’’ini boleh dua
macam:
1.imam itu dapat khabar
sendiri dari ibnu
Umar
2.imam itu dapat
khabar dengar pakai
perantaraan rawi lain
yang bertemu
dengar Ibnu Umar
E.
Bilamana seorang rawi
berkata:‘’aku dapati beberapa
hadits dengan tulisan
si fulan ‘’(atau yang semakna
dengannya) maka ucapan
ini terpakai:
1. jika si rawi bertemu
dengan penulisnya (atau
ada mendengar hadits daripadanya)
2. jika
srawi belum pernah
bertemu dengan si penulis(atau
belum pernah mendengar
hadits daripadanya).
3. jika
si rawi dapati beberapa
Hadits dalam kitab-
kitab pengaang-pengarang yang terkenal.
Kata- kata singkatan
yang ada dalam
‘’tambahan’’itu,sudah cukup terang
begitu juga contoh-contoh
bagi shighat –shighat sanad
yang saya unjukan
itu semua,sebagiannya sudah ada dalam pasal –pasal yang
lalu, dan sebagiannya bisa kita dapati dengan
mudah dalam kitab-kitab hadits.
B.KALIMAT SANAD
YANG DIBUANG
diantara kalimat-kalimat sanad yang
biasa dibuang (tidak
ditulis),adalah lafazh ‘’qala’’.‘’qala’’yang dibuang
ini bukan shighat
‘’qala’’yang tersebut di bab yang
lalu, karena ‘’qala’’yang jadi
shighat sanad tidak
pernah dibuang.Supaya pembaca
dapat membeda-bedakan ,
6
maka berikut contoh –contoh ‘’qala’’ yang dipakai dan
yang dibuang.
1.’’Qala’’yang dipakai
Keterangannya:
Disanad tersebut, ada
dua ‘’qala’’Yang pertama
ucapan ibnu syihab,dan
yang kedua shighat
bagi humaid.yang biasa
dibuang ialah yang pertama ,
tetapi disanad ini dipakai.
Keteranga:
Dalam sanad ini, sesudah
ya’kub bin Ibrahim,
yahya,hisyam bin ‘urwah,semau
pakai ‘’qala’’,yang jadi
ucapan bagi tiga
rawi itu, bukan sebagai shighat sanad.biasanya ‘’qala’’ini
tidak ditulis ,tetapi disini
dipakai.
2.’’Qala’’ yang dibuang
Keterangan:
‘’Qala’’yang
ada disanad ini
jadi shighat bagi
Abil-Waddak, bukan ucapan yahya bin
said bin
Mujalid.’’Qala’’yang jadi ucapan
yahya bin said
bin mujalid itu
dibuang karena biasa.
a.shighat - shighat yang
terang menunjukan bahwa
si rawi dengar
atau terima dari syaikhnya
sendiri dengan tidak
pakai perantaraan ,dinamakan
sighat jazm, Dan sebagainya
b. sighat –sighat yang terang
menunjukan ada pertemuan antara
tilmidz dengan syaikhnya yaitu
sebalik dari yang
tersebut diatas dinamakan:shighat tamridl. c.
hendaknya pembaca beda-bedakan benar-benar antara
( Qala) dengan ( Qalali)
(zakara) dengan (zakarali
(wajadtu bihatti pulalin) dengan (wajadtu pikitabi
d. “qala”yang jadi shighat
sanad, tidak pernah di buang jadi kalau
dalam satu sanad terdapat satu
“qala”ialah shighat bagi sanadyang tidak terang menunjukan ada pertemuan
antara tilmidz dengan syaikhnya,yaitu sebalik dari yang tersebut di atas
dinamakan:sighat tamridl.
C.MAKSUD
Terkadang kita dapati di tengah –tengah sanad
perkataan (wabihi ), artinya:dengan dia
Tetapi maksud: dengan sanad itu , atau dengan sanad
tersebut contoh di bawah ini , pembaca
bisa mengerti maksudnya lebih terang lagi.
Dalam kitab Ath-thabaranis-shaghir, imam thabarani berkata:
Artinya: telah menceritakan kepada kami ,ahmad,telah
menceritakan kepada kami, bapakku,ishak ,dari bapaknya, Ibrahim, dari
bapaknya,nabaith, bin syarith ,ia berkata:aku dengar rasulullah SAW bersabda :”
tiap- tiap kebaikan itu shadakah……..dan dengannya rasulullah bersapda
“berperang itu hilah” (H.R.Thabarani 14).
D.JALAN MENERIMA
HADITS
Jalan atau cara
orang-orang terima atau
mengambil hadits dari
satu-satu rawi sehingga
tercatat dalam kitab-kitab
hadits sebagaimana yang
kita dapati sekarang
ada 8 macam .
Dibawah
ini lafazh-lafazh shighat
yang mereka gunakan
tatkala menyampaikan hadits atau
Riwayat yang mereka terima.
1.Sama
Sama’artinya mendengar, maksud
disini:’’seorang rawi mendengarkan
lafazh syaikhnya membaca atau
menyebut hadits atau
hadits bersama sanadnya’
2.Ardi
Ardi
artinya:membaca dengan hafalan;tetapi yang
ditujukan disini ,’’seorang rawi
membaca hadits kepada
seorang syaikh’’,atau ‘’orang
lain membaca hadits kepada
syaikh itu, sedang
sirawi mendengarnya ‘’..
3.Ijazah
Ijazah
artinya:mengizinkan ,yaitu’’seorang
syaikh mengizinkan
tilmidznya meriwayatkan hadits atau
riwayat,maupun idzinnya itu
dengan ucapan atau
tulisan’’.
Ijazah ada beberapa
macam:
a.
syaikh mengizinkan
sesuatu yang tertentu
kepada seorang yang
tertentusyaikh mengizinkan sesuatu
yang belum tertentu
kepada orang yang
tertentu.
b. syaikh mengizinkan
secara umum
c. sysikhnya mengizinkan sesuatu yang
ia terima dengan
jalan ijazah ,kepada orang
yang tertentu
Peringatan;
-
syaikh yang meng-ijazahkan itu,dalam
bahasa ilmu hadits , disebut mujiz.
-
rawi yang menerima ijazah itu,dikatakan
mujaz.
- riwayat,
hadits, catatan , kitab atau yang
seumpamanya yang di-ijazahkan kepada si
rawi itu,dikatakan:mujaz bihi.
4. munawalah
Munawalah
artinya :memberi,menyerahkan.yakni:’’si syaikh berikan
kitabnya kepada tilmidz’’,atau ‘’ia suruh
salin kitab itu’’,atau ‘’ia pinjamkan kitabnya itu’’, atau ‘’seorang rawi serahkan
satu kitab kepada
syaikhnya;sesudah si syaikh
perhatikannya benar-benar lalu
ia kembalikannya keppada rawi
tadi’’
5. Mukatabah
Mukatabah
artinya:bertulis-tulis surat,yakni
‘’seseorang syaikh menulis sendiri
atau ia menyuruh orang lain
menulis riwayatnya kepada
orang yang hadir
ditempatnya atau yang
tidak hadir disitu’’.mukatabah ini
ada yang disertakan
dengan ijazah ,dan ada
yang tidak pakai ijazah, tetapi kedua-dua
macam itu boleh
dipakai.
6.I’lam
I’lam
artinya:memberitahu, yaitu
‘’seorang syaikh memberitahu
kepada seorang rawi,bahwa
hadits ini,atau kitab
ini,riwayatnya’’,dengan
tidak disertakan izin
untuk meriwayatkan
daripadanya’’.sesungguhpun I’lam itu,biasa
tidak disertakan denga
idzin,tetapi cara riwayat demikian , boleh juga
dipakai dan dianggap shah.
7.Washiyat
Washiyat
artinya;memesan,atau mewashiyati,
maksudnya:’’seorang syaikh mewasyiyatkan
diwaktu naza’’ atau dalam
safar, sebuah kitab yang
mewashiyatkankepada seorang rawi’’.
Beleh dipakai karena
dengan washiyat itu, boleh berarti
ia mengizinkan meriwayatkan daripadanya.
8.Wajadah
Wajadah
artinya:mendapat,yaitu: ‘’seorang
rawi mendapat hadits
atau kitab dengan
tulisan orang yang
meriwayatkan, sedang hadits-
hadits ini tidak
pernah si rawi mendengar
atau menerima dari
yang menulisnya ‘’.
Wajadah
ini termasuk dalam
bilangan mun-qathi’,karena si rawi
tidak menerima sendiri
dari orang yang
menulisnya
PERINGATAN:
1.Cara menerima hadits
(riwayat) dengan jalan sama’,
‘Ardi,Munawalah, Mukatabah ,I’lam,dan
washiyat, boleh
dikatakan,hamper tidak ada di
zaman sekarang kebanyakan orang menerima dengan
jalan ‘ijazah tetapi adakalanya
dengan jalan Wijadah.
2.Mun-qathi’ yang tersebut
dalam pembicaraan
Wijadah,tidak sama rupanya dengan Mun-qathi’ yang ada
dipasal Dla’if.
3.jalan bagi ‘’menerima
hadits’’ itu,dalam ‘’ilmu
mushthalah,.
4.menyampaikan
E.Syarat-syarat menyampaikan Hadits.
Ketika
meriwayatkan atau menyampaikan
hadits hendaklah ‘’si rawi
itu seorang muslimlagi sudah
baligh’’hadits kepada seorang
rawi disebut.
1.Adapun orang
yang mendengar atau
menerima hadits,tidak disyaratkan
apa- apa , jadianak –anak,apabila
ia faham apa
yang ia dengar, atau
apa yang ia
lihat serta bisamembeda-bedakannya, kemudian ia menceritakan
riwayat itu sesudah baligh,lagi
kepercayaan diterima riwayatnya
2.orang yang fasiq waktu
menerima hadits,apabila ia
riwayatkan sesudah bertaubat,
lagi kepercayaan,diterima haditsnya.yang
dikatakan ‘’fasiq’’itu ialah
orang yang melanggar
perintah-perintah atau larangan-larangan agama yang
besar-besar.
3.Tetapi kalau ia
berdusta dalam riwayat,kebanyakan ‘ulama tidak
mau menerima haditsnya, walaupun ia bertaubat
atas dustanya tadi
4.orang kafir,apabila ia dengar
hadits dari seorang
syaikh di dalam
kekufurannya,lalu ia masuk
islam dengan baik,kepercayaan serta
meriwayatkan hadits, diterima
ceritanya.
F. MAQSHUD
Susunan
tersebut ,artinya ‘’yang
lebih shah dalam pasal
ini’’.sering orang faham,
bahwa apabila satu
hadits diiringi dengan
ucapan: ‘’yang lebih
shah dalam pasal
ini’’berarti hadits ini,
derajatnya lebih shah
dari yang lain-lain’’.
Mereka yang
faha hadits itu paling
shah sanadnya,faham demikian bisa
betul ,kalau kepada bagian
hadits yang sah hadits –sanadnya
1.bilamana dalam sebuah
kitab disebut beberapa
hadits shah yang
sama atau semakna, lalu salah
satunya diiringi dengan
omongan.
2.kalau dibawakan beberapa
hadits Dla’if yang
sama atau semakna ,kemudian salah
satu daripadanya diiringi dengan
sebutan.
G.SANAD SHAHIH DAN
DLA’IFf BAG I SATU HADITS.
Sering terdapat
satu hadits atau
riwayat mempunyai sanad
yang shah dan Dla’if.
kalau kita
dapati satu Sepatutnya
hadits yang bersanad
Dla’if,hendaklah kita periksa
kita dapati satu
hadits yang sanadnya
shah,tidak perlu direriksa lagi apakah ia
mempunyai sanad Dla’if atau
tidak.contohnya yang artinya:
Dari abi barzah al-aslami,ia
berkata:telah bersabda rasulullah saw.’’tidaklah tergolong
kebijakan bershaum dalam safar’’lebih
lanjut,apakah ia mempunyai
sanad yang shah
atau tidak.tetapi kalau
2.terdapat imam bukhari
ada meriwayatkan hadits
itu , dari dalam jabir,sanadnya shahih.
a.Matan Hadits
yang bersanad Dla’if dan
Shahih,terkadang sama bunyinya .
b.ada kalanya
bunyi matan tidak
sama tetapi maknanya
atau maksudnya sama.
c.ada juga
yang sama dan semakna, tapi
pakai tambahan ,makna
yang pakai tambahan ini kalau adanyadisanad
yang shah, boleh dipakai,tapi
kalau adanya di
sanad Dla’if,tentu tidak
boleh diterima.
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
pasal ini, termuat beberapa
hal yang berhubungan
dengan urusan sanad, yakni
jalan menyandarkan hadits atau
riwayat.
Shighat-shighat isnad artinya:macam ,bentuk ,maksud
disini,lafazh-lafazh.shighat isnad ialah
lafazh- lafazh yang
ada dalamsanad yang digunakan
oleh rawi-rawi menyampaikan hadits atau
riwayat.
Karena
dengan adanya al-isnad,
akan memudahkan kita
memperoleh pengetahuan dalam
mempelajari shighat-shighat al-isnad
yang berkenaan tetang
orang-orang yang menyampaian
hadits atau riwayat,
yang digunakan oleh para
rawi-rawi yang mempunyai
cara-cara dalam penyampain hadits
atau riwayat.
B.
Saran.
Semoga makalah
ini menjadi pengembang
wawasan ilmu pengetahuan
kita tentang AL-ISNAD serta
dapat dimamfaatkan untuk
diterangkan pada orang
lain,dari pada ini
kami mohon kritik dan
sarannya bagi pembaca, untuk
membengun lebih baik
lagi dalam pembuatan makalah
kami yang serba
kekurangan
Hallo kak,kalo boleh tau ini sumbernya dari mana aja ya??
BalasHapus