Makalah
Sanad
dan Matan
Makalah ini dibuat dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah
Ulumul Hadist
Ulumul Hadist
Di
susun
O
L
E
H
Kelompok VIII
Wahyuni
Yanti jastari
Safi’i
Reza Rahmatillah
Dosen
: Siti Aisah, M.A
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Gajah Putih
Takengon
Aceh Tengah-Aceh
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita
ucapkan kepada Allah SWT, shalawat beserta salam keharibaan nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing
umat manusia dengan jalan agama yang di bawanya dan sunnahnya. Makalah ini kami diselesaikan dalam rangaka memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Ulumul Hadist.
Dalam makalah
kami ini tentu mempunyai banyak kekurangan serta pembaca mungkin menemukan suatu kesalahan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk
kebaikan dalam pembuatan makalah kami yang selanjutya.
Dengan
selesainya makalah ini penulis mengucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT,
serta mengucapkan terimakasih banyak kepada kedua orang tua kami yang telah
mendidik dan membimbing kami sampai saat ini dan ucapan terimakasih kami
ucapkan kepada teman-teman serta krue yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian
makalah ini. Semoga bermanfaat, Amin.
Takengon,
30-09-2013
penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
i
Daftar isi..........................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah........................................................................
1
B.
Rumusan masalah.................................................................................
1
C.
Tujuan penulisan...................................................................................
1
BAB
II PEMBAHASAN :
A.
Sanad hadist.........................................................................................
2
1.
Pengertian sanad hadist..................................................................
2
B.
Matan....................................................................................................
6
BAB
II PENUTUP
A.
Kesimpulan...........................................................................................
8
B.
Saran.....................................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an
sebagai petunjuk hidup manusia bagi orang-orang yang bertaqwa sifatnya mujmal (global)
atau masih ‘am(umum), maka untuk menerapkannya secara praktis sangatlah
membutuhkan penjelasan-penjelasan yang lebih jelas terutama dari nabi Muhammad
SAW yang menerima wahyu. penjelasan-penjelasan dari nabi tersebut bisa berupa
ucapan atau perbuatan maupun pernyataan atau pengakuan, yang dalam tradisi
keilmuan islam disebut hadits. Dengan demikian, hadits nabi merupakan sumber
ajaran islam setelah AL-Qur’an.
Untuk itu
dalam pembahasan makalah ini kami akan menyajikan bahan diskusi yang berjudul
:Sanad dan Matan kami akan mencoba memaparkan apa itu Sanad dan Matan Tolak
Ukur Kesahihan Sanad Hadits dan Tolak Ukur Kesahihan Matan Hadits.
B.
Rumusan Masalah
Ø
Apa Pengertian sanad?
Ø
Apa Pengertian matan?
C.
Tujuan Penulisan
ü Untuk
mengetahui apa pengertian sanad dan pembagiannya
ü Untuk
mengetahui pengertian matan
BAB II
PEMBAHASAN
SANAD DAN MATAN
A.
Sanad Hadist
1.
Pengertian Sanad Hadist
Kata sanad
menurut bahasa adalah sandaran atau sesuatu yang kita jadikan sandaran. Jika
demikian karena hadits bersandar kepadanya. Menrut istilah terdapat perbedaan
rumusan pengertian. Al-badru bin jama’ah dan al-tiby mengatakan bahwa sanad
adalah :
الاخبار عن
طريق المتن
Artinya : “berita
tentang jalan matan”
Yang lain menyebutkan :
سلسلة الرجال
الموصلة للمتن
Artinya : “silsilah
orang-orang yang meriwayatkan hadits yang menyampaikannya kepada hadis”
Ada juga yang menyebutkan :
سلسلة الرواة
الذين نقلو المتن عن مصدره الاول
Artinya : “silsilah para perawi yang menukilkan
hadits dari sumbernya yang pertama”.[1]
Sanad hadits
yang menurut pengertian istilah adalah rangkaian para periwayat yang
menyampaikan kita kerada matan hadits, mengandung dua bagian penting, yaitu :
- Nama-nama
periwayat yang terlibat dalam periwayatan hadits yang bersangkutan, dan
- Lambang-lambang
periwayatan hadits yang telah digunakan oleh masing-masing periwayat dalam
meriwayatkan hadits yang bersangkutan, misalnya sami’tu, ’an, dan ’anna..[2]
Yang
berkaitan dengan istilah sanad adalah isnad, musnid, dan musnad. Isnad
menurut ilmu bahasa yaitu menyandarkan. Menurut istilah ialah menerangkan sanad
hadits (jalan menerima hadits). Maka arti ”saya isnad-kan hadits” adalah saya
sebutkan sanadnya, saya terangkan jalan datangnya, atau jalan sampainya kepada
saya.
Orang yang
menerangkan hadits dengan menyebut sanadnya, disebut musnid. Hadits yang
disebut dengan diterangkan sanadnya yang sampai kepada nabi saw. Dinamai musnad.
Suatu hadits
sampai kepada kita, tertulis dalam bentuk hadits, melalui sanad-sanad. Setiap
sanad bertemu dengan rawi yang dijadikan sandaran menyampaikan berita (sanad
yang setingkat lebih atas), sehingga seluruh sanad itu merupakan suatu
rangkaian. Rangkaian sanad itu ada yang berderajat tinggi, sedang, dan lemah.,
mengingat perbedaan kedhabitan (kesetiaan ingatan) dan keadilan rawi yang
dijadikan sanadnya.rangkaian sanad yang berderajat tinggi menjadikan suatu
hadits lebih tinggi derajatnya dari pada hadits yang rangkaian sanadnya sedang
atau lemah. Para muhadditsin membagi tingkatan sanad kepada
- Ashahhul
asanid (sanad-sanad yang lebih sahih).
- Ahsanul
asanid (sanad-sanad yang lebih hasan), dan
- Adh’aful
asanid (sanad-sanad yang lebih lemah).[3]
Tiap-tiap
suatu hadist atau riwayat boleh dibagi menjadi dua unsur
1.
Urusan
sanad, dan
2.
Urusan matan
Hendaklah
diketahui bahwa antara sanad dan matan tidak mesti ada hubungannya .
a.
Kalau sanad
sudah shah, tidak mesti matannya juga shah
b.
Kalau
sanadnya dha’if tidak mesti matannya pun turut dha’if .
Tetapi
diantara hadis-hadist dan riwayat-riwayat :
1.
Ada yang
shah sanadnya dan matannya (shahihul-Isnad Wal Matan).
2.
Ada yang
shah sanadnya tetapi matannya terangkap lemah disebut (shahihul-isnad Dla’iful
matan).
3.
Ada yang
dhaif sanadnya dan matannya sekali dinamakan (Dhaiful Isnad Wal-Matan)
4.
Ada dhaif sanadnya
tetapi matannya teranggap shah disebut (Dha’ifus sanad Shahihul-Matan).
Maqsud
Asluhufii...
·
(asluhul fi
buhari) artinya asalnya dari kitab buhari
·
(asluhu fi
muslim) Artinya asalnya dari kitab muslim
·
(asluhu fil
shahihain) artinya asalnya ada di bukhari dan muslim
·
(asluhu
mutafaku ilaih) artinya :
asalnya diriwayatkan oleh buhari dan muslim sekali
Ucapan-ucapan
tersebut dan seumpama dengannya itu semua maksudnya untuk menguatkan riwayat
atau hadist yang ditunjukkan.
Maqshud
Walaf dullahu
Susunan
diatas artinya : “lafadz itu baginya”.
Maksudnya :
lafadz seperti yang disebut, diriwayatkan olehnya salah seorang (salah seorang
rawi atau ahli hadist).
Maqshud
Misluhu dan nahwuhu
Lafazh-lafazh
tersebut dan seumpama dengannya, banyak kita dapati daam beberapa kitab hadist.
“mitsil” dan
“nahwu” , arti kedua-duanya, sama saja, yaitu: seperti, bagaimana dan serupa.
a.
Mitsil terpakai
untuk hadis atau riwayat yang sama lafazhnya dengan yang diunjukkan .
b.
Nahwu terpakai
untuk yang maknanya saja sama, sedang lafadznya tidak sama dengan yang
diunjukkan.
Maqshud
Alhadisa
Al-hadist,
tulisannya dengan huruf arab diahirnya pakai fathah.
Lafazh ini
kebanyakan terdapat dalam kitab-kitab fiqih.
Satu hadis
yang asalnya panjang, atau di dalam hadist itu ada beberapa hal atau hadis itu
hendak disingkatkan dan disebutkan sebagainya kemudian diiringi denagn
perkataan (alhadist) maka maksudnya : “bacalah hadist itu sampai
habisnya” . atau “sempurnakanlah hadis itu”.
Jadi bolek
kita katakan bahwa (alhadist) itu sama tujuannya dengan kata-kata
singkat atau (ilhu).
(ilhu)
ini sempurnanya (ilaahirah) :”sampai akhirnya”
Asbabul wurudhil hadist
Asbab
artinya : sebab-sebab.
Wurud
artinya : datang
Asbabul
wurudhil hadist artinya : sebab-sebab datang hadist, yakni hal-hal yang
menyebabkan nabi Saw ucapkan sesuatu perintah larangan dan lainnya
Adajuga
hadist yan susah dimaknakan atau sukar ditetapkan hukum yang berhubungan
dengannya
Maka kalau
kita mau tahu maknanya atau suka ditetapkan hukum yang bergantung denagannya,
kebanyakannya perlu kita ketahui asbabul wurudhil hadist.
Ikhtisharul-hadist
Ikhtisarul
hadist artinya : meringkaskan hadist
Maksudnya
menyisihkan sebagian dari hadist dengan meriwayatkan sebagian yang lain
Dalam
pembicaraan ini termasuk juga
a.
Mendahulukan
susunan yang semestinya di akhir, dan mengakhirkan susunan yang mestinya di
permulaan
b.
Dari hadist
yang panjang diambil apa yang dirasa perlu saja
Mengihtisarkan
hadist, memang boleh asal ringkasannya idak membawa kekeliruan dan salah faham,
sehingga bisa menyebabkan tidak betul dalam membatas satu-satu masalah atau
penetapan suatu hukum agama.
Riwayatul Hadist bil ma’na
Riwayatul hadist
bil-ma’na itu artinya : meriwayatkan hadist dengan makna.
maksundnya :
kita menceritakan satu hadist atau riwayat tidak menurut lafazhnya yang asal,
tetapi kita rubah dengan pakai lafazh yang semakna dengan yang asal.
Dalam pembicaraan ini termasuk juga.
1. Menceritakan hadist dengan dengan mengambil maknanya
saja atau mengambil maksudnya.
2. Menceritakan dengan mendahulukan yang mestinya ada
diahir dan diahirkan yang mestinya
dipermulakan
Kita
meriwayatkan hadist-hadist dengan makna itu, terkadang artinya bisa sama dengan
yang asal, dan ada kalanya makna yang diceritakan itu, dapat dipaham lain
macam.
Untuk masa kita karena hadis-hadis dan riwaya-riwayat
sudah tercatat tertulis dan dicetak orang baiklah kita riwayatkan sebagaiman
yang ada dalam kitab-kitab dengan tidak merubah lafalnya.
Kalau disalin dalam bahasa indonesia atau lainnya,
hendaklah kita berikhtiar supaya arti atau maknannya setuju benar dengan makna
hadist.
Begitu juga yakni dijadikan arti makna atau
maksud yang cocok dengan asal hadist
diwaktu kita memberi fatwa kepada orang dalam satu-satu masalah.
Menurut
Zhahir Hadist
Tiap-tiap arti bagi satu-satu hadist atau riwayat,
hendaklah kita menurut zahirnya.
Tidak boleh kita putar artinya atau kita artikan
selain dari yang tersebut dalam hadist itu
Kalau ada Qarinah atau tanda yang memaksa kita
maknakan lain, baru boleh.
B.
Matan
Kata Matan
atau almatan menurut bahasa ma irtafa’a min al-ardhi (tanah yang meninggi).
Sedang menurut istilah adalah :
ما ينتهى
اليه السند من الكلام
Artinya : “suatu
kalimat tempat berakhirnya sanad”.
Atau dengan redaksi lain ialah :
الفاظ الحديث
التى تتقوم بها معا نيه
Artinya :
“lafal-lafal hadits yang didalamnya mengandung makna-makna tertentu”.
Sebab-sebab terjadinya Perbedaan Kandungan Matan
suatu hadits, antara lain :
- Karena
Periwayatan Hadis Secara Makna.
- Karena
Meringkas dan Menyederhanakan Matan Hadis.
dari segi
bahasa,matan berarti membelah, mengeluarkan.
Sedangkan matan
menurut istilah ilmu hadis, yaitu sebagai berikut.
ﻤﺎ ﺍﻨﺘﮭﻰ ﺍﻟﻴﻪ ﺍﻟﺴﻨﺪ ﻤﻥ ﺍﻟﮑﻟﻢ ﻔﮭﻮ ﻨﻔﺲ
ﺍﻟﺤﺪﻴﺚ ﺍﻟﺬﻱ ﺬﮐﺮ ﺍﻻ ﺀﺴﻨﺎﺪﻟﻪ
“perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni
sabda nabi saw yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.”
Contoh:
‘dari Muhammad yang diterima dari abu salamah yang
diterima dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullahsaw bersabda :” saandainya tidak
akan memberatkan terhadap umatmu, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak
(menggosok gigi) niscaya aku melakukan shalat.”(HR. Turmuzi).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kata sanad
menurut bahasa adalah sandaran atau sesuatu yang kita jadikan sandaran. Jika
demikian karena hadits bersandar kepadanya. Menrut istilah terdapat perbedaan
rumusan pengertian. Al-badru bin jama’ah dan al-tiby mengatakan bahwa sanad
adalah :
الاخبار عن
طريق المتن
Artinya : “berita
tentang jalan matan”
Kata Matan
atau almatan menurut bahasa ma irtafa’a min al-ardhi (tanah yang meninggi).
Sedang menurut istilah adalah :
ما ينتهى
اليه السند من الكلام
Artinya : “suatu
kalimat tempat berakhirnya sanad”.
B.
SARAN
Demikian makalah yang berjudul “SANAD dan MATAN” Penulis buat. Penulis
menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan. Maka, kritik dan
saran konstruktif penulis harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik.
Semoga makalah ini menjadi motivator dan inspirator bagi kita semua.
REFERENSI
Ø
Munzier
Suparta, Ilmu Hadits, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet.
4.
Ø
M. Syuhudi
Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, (Jakarta : Bulan Bintang,
1992).
Ø
M. Solahudi
agus.ulumul hadist.(pustaka setia. Bandung 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar