MAKALAH
ILMU TAFSIR AL-QUR’AN
Ø DISUSUN
OLEH KELOMPOK 6 : REZA RAHMATILLAH
Ø JURUSAN
: TARBIAH
Ø PRODY
: PAI
Ø UNIT
: A
Ø SEMESTER
: 1 ( SATU )
DOSEN
PEMBIMBING : MUCHSIN, S.HI
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN
GPA) TAHUN AJARAN 2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur hanya milik ALLAH SWT.
Yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang kami beri judul “Ilmu Tafsir Al-Qur’an”. shalawat serta salam mari sama-sama kita do’akan kepada junjungan Nabi kita
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam jahilyah ke alam
berilmu pengetahuan seperti sekatang ini.
Makalah ini kami susun berdasarkan
beberapa buku/penyusunan /pembuatan . Adapun penyajian
materi ini sangat sederhana dan sebaik mungkin tanpa melupakan tujuan agar
mudah di pahami dan dimengerti untuk
mengetahui isi materi yang dipelajari..
Akhirnya kami menyerahkan diri kepada ALLAH SWT. Mudah
mudahan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan, agama dan Negara. Dengan rahmat serta
hidayah Nya, makalah ini merupakan karya yang diridhoi-Nya. Amin YaRobbal’alamin.
Takengon, Oktober 2013
Hormat
Kami,
Kelompok VI
BAB
I
PENDAHULUAN
Al- qur’an
adalah sumber utama hukum Islam sejak generasi sahabat hingga kini, meskipun
mereka hidup di zaman dan tempat yang berbeda, namun hasil kajian yang
dituangkan para ulama dalam kitab-kitab tafsirnya secara prinsip tidak jauh
berbeda. Adanya beberapa perbedaan penafsiran di kalangan para ulama yang
bermartabat lebih bersifat variatif dan bukan kontradiktif. Sebab dalam
menafsirkan ayat-ayat, mereka mengacu pada prinsip dan kaedah ‘ulum al-qur’an
yang benar, yang diwariskan secara terpercaya dari generasi ke generasi.
Dalam
menginformasikan suatu masalah, al-quran menyampaikan secara global, parsial
dan garis besar, kecuali pada beberapa masalah aqidah, pidana dan keluarga.
Oleh karena itu dibutuhkan ilmu-ilmu yang membahas tentang keberadaan al-quran
dan pemahaman kandungannya.
Dalam makalah
ini sekilas akan diuraikan tentang pengertian, ruang lingkup tafsir qur’an,
sejarah perkembangan,metode,bentuk dan pembahasan - pembahasan dalam makalah
ini bertujuan agar lebih fokus dan sistematis dalam mengkaji ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan ilmu tafsir al-qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tafsir Al-Qur'an
“Tafsir
Al-Qur'an adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan
menafsirkan yang bersangkutan dengan Al-Qur'an dan isinya berfungsi sebagai
mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan tentang arti dan kandungan Al
Qur’an, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak di pahami dan samar artinya,
dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an diperlukan bukan hanya pengetahuan
bahasa Arab saja tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan yang menyangkut
Al-Qur'an dan isinya, Ilmu untuk memahami Al-Qur'an ini disebut dengan Ushul
Tafsir atau biasa dikenal dengan Ulumul Qur'an, terdapat dua bentuk penafsiran
yaitu at-tafsîr bi al- ma’tsûr dan at-tafsîr bi- ar-ra’yi, dengan empat metode,
yaitu Ijmâli, Tahlîli, muqârin dan maudhû’i.”[1]
Sedangkan dari
segi corak lebih beragam, ada yang bercorak sastra bahasa, fiqh, teologi,
filsafat, tasawuf, ilmiyah dan corak sastra budaya kemasyarakatan.Berasal dari
kata al-fusru yang mempunyai arti al-ibanah wa al-kasyf (menjelaskan dan
menyingkap sesuatu). Menurut pengertian terminologi, seperti dinukil oleh
Al-Hafizh As-Suyuthi dari Al-Imam Az-Zarkasyi ialah ilmu untuk memahami kitab
Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-maknanya menyimpulkan
hikmah dan hukum-hukumnya.
B. Sejarah Tafsir Al-Qur'an
“Sejarah ini
diawali dengan masa Rasulullah
SAW. ketika masih hidup seringkali timbul beberapa
perbedaan pemahaman tentang makna sebuah ayat. Untuk itu mereka dapat langsung
menanyakan pada Rasulullah
SAW. Secara garis besar ada tiga sumber utama yang dirujuk oleh para sahabat
dalam menafsirkan Al-Qur'an.”[2]
1.Al-Qur'an itu sendiri
karena kadang-kadang satu hal yang dijelaskan secara global di satu tempat dijelaskan
secara lebih terperinci di ayat lain.
2.Rasulullah
SAW semasa
masih hidup para dapat bertanya
langsung pada Beliau SAW tentang makna suatu ayat yang tidak mereka pahami atau
mereka berselisih paham tentangnya.
3.Ijtihad dan Pemahaman
mereka sendiri karena mereka adalah orang-orang Arab
asli yang sangat memahami makna perkataan dan mengetahui aspek kebahasaannya.
Tafsir yang berasal dari para sahabat ini dinilai mempunyai nilai tersendiri
menurut jumhur ulama karena disandarkan pada Rasulullah SAW terutama pada
masalah azbabun nuzul.
Sedangkan pada hal yang dapat dimasuki ra’yi maka statusnya terhenti pada sahabat itu sendiri selama tidak disandarkan pada Rasulullah SAW.
C. Klasifikasi Tafsir Al-Qur'an
bentuk-bentuk tafsir
Al-Qur'an dapat dibagi menjadi tiga:
Tafsir bi al-Ma’tsur
“Dinamai dengan nama ini (dari kata atsar
yang berarti sunnah, hadits,
jejak, peninggalan) karena dalam melakukan penafsiran seorang mufassir menelusuri jejak atau peninggalan
masa lalu dari generasi sebelumnya terus sampai kepada Nabi SAW.”
[3]
“Tafsir bi al-Matsur adalah tafsir yang
berdasarkan pada kutipan-kutipan yang shahih yaitu menafsirkan Al-Qur'an
dengan Al-Qur'an, Al-Qur'an dengan sunnah karena ia berfungsi sebagai penjelas Kitabullah, dengan
perkataan sahabat karena merekalah yang dianggap paling mengetahui Kitabullah,
atau dengan perkataan tokoh-tokoh besar tabi'in
karena mereka pada umumnya menerimanya dari para sahabat.”[4]
Contoh tafsir
Al Qur'an dengan Al Qur'an antara lain
¨(#qè=ä.ur (#qç/uõ°$#ur
4Ó®Lym tû¨üt7oKt ãNä3s9 äÝøsø:$# âÙuö/F{$# z`ÏB ÅÝøsø:$# ÏuqóF{$# z`ÏB Ìôfxÿø9$# (
Artinya: Maka
sekarang campurilah mereka dan carilah ap yang ditetapkan AllAh untukmu, dan
makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. (Surat Al Baqarah:187)
Kata minal
fajri adalah tafsir bagi apa yang dikehendaki dari kalimat al khaitil
abyadhi.
Contoh Tafsir Al Qur'an dengan Sunnah antara
lain:
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä óOs9ur (#þqÝ¡Î6ù=t OßguZ»yJÎ)
AOù=ÝàÎ/ y7Í´¯»s9'ré& ãNßgs9 ß`øBF{$# Nèdur
tbrßtGôgB
ÇÑËÈ
Artinya: orang-orang yang beriman
dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka
itulah orang-orang yang mendapat keamanaan dan mereka itu adalah orang-orang
yang mendapat petunjuk. (Surat Al An'am: 82)
Rasulullah
s.a.w.menafsirkan dengan mengacu pada ayat :
(
cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã
ÇÊÌÈ
Artinya: jaganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah
benar-benar kezhaliman yang besar. (Surat Luqman:
13)
Dengan itu
Beliau menafsirkan makna zhalim dengan syirik.
Tafsir bi ar-Ra’yi
Seiring perkembangan zaman yang
menuntut pengembangan metode tafsir karena tumbuhnya ilmu pengetahuan pada masa
Daulah Abbasiyah
maka tafsir ini memperbesar peranan ijtihad
dibandingkan dengan penggunaan tafsir bi al-Matsur.
Dengan bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab,
ilmu qiraah, ilmu-ilmu Al-Qur'an, hadits dan ilmu
hadits, ushul fikih dan ilmu-ilmu lain seorang mufassir akan menggunakan
kemampuan ijtihadnya untuk menerangkan maksud ayat dan mengembangkannya dengan
bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada.[5]
Contoh Tafsir
bir ra'yi dalam Tafsir Jalalain:
ßt,n=y{
z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ
Artinya: Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah.
(Surat Al Alaq:
2)
Kata alaq
disini diberi makna dengan bentuk jamak dari lafaz alaqah yang berarti
segumpal darah
yang kental.
Tafsir Isyari
Menurut kaum sufi, setiap ayat
mempunyai makna yang zahir dan batin. Yang zahir adalah yang segera mudah
dipahami oleh akal pikiran sedangkan yang batin adalah yang isyarat-isyarat
yang tersembunyi dibalik itu yang hanya dapat diketahui oleh ahlinya.
Isyarat-isyarat
kudus yang
terdapat di balik ungkapan-ungkapan Al-Qur'an inilah yang akan tercurah ke
dalam hati dari limpahan gaib pengetahuan yang dibawa
ayat-ayat. Itulah yang biasa disebut tafsir Isyari. tafsyir berdasarkan
intuisi, atau bisikan batin.
Contoh bentuk
penafsiran secara Isyari antara lain adalah pada ayat:
¨bÎ) ©!$# ôMä.âßDù't br& (#qçtr2õs? Zots)t/ (
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Musa berkata
kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi
betina." mereka berkata: "Apakah kamu hendak
Yang mempunyai
makna zhahir adalah Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih
seekor sapi betina tetapi dalam tafsir Isyari diberi makna dengan Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah.
D. Metodologi Tafsir
Al-Qur'an
Metodologi Tafsir dibagi menjadi empat macam yaitu metode
tahlili, metode ijmali, metode muqarin dan metode maudlu’i.
Metode Tahlili (Analitik)
“Metode ini
adalah yang paling tua dan paling sering digunakan. Menurut Muhammad Baqir
ash-Shadr, metode ini, yang ia sebut sebagai metode tajzi'i, adalah metode yang
mufasir-nya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an
dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat al-Qur`an
sebagaimana tercantum dalam al-Qur`an.”[6]
“Tafsir ini
dilakukan secara berurutan ayat demi ayat kemudian surat demi surat dari awal
hingga akhir sesuai dengan susunan Al-Qur'an. Dia menjelaskan kosa kata dan
lafazh, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan
ayat, yaitu unsur-unsur I’jaz, balaghah, dan keindahan susunan
kalimat, menjelaskan apa yang dapat diambil dari ayat yaitu hukum fiqih, dalil syar’i, arti
secara bahasa, norma-norma akhlak dan lain sebagainya.”[7]
Menurut Malik bin Nabi,
tujuan utama ulama menafsirkan Al-Qur'an dengan metode ini adalah untuk
meletakkan dasar-dasar rasional bagi pemahaman akan kemukzizatan Al-Qur'an,
sesuatu yang dirasa bukan menjadi kebutuhan mendesak bagi umat Islam dewasa
ini.
Karena itu
perlu pengembangan metode penafsiran karena metode ini menghasilkan gagasan
yang beraneka ragam dan terpisah-pisah .
Kelemahan lain dari metode ini adalah bahwa
bahasan-bahasannya amat teoritis, tidak sepenuhnya mengacu kepada
persoalan-persoalan khusus yang mereka alami dalam masyarakat mereka, sehingga
mengesankan bahwa uraian itulah yang merupakan pandangan Al-Qur'an untuk setiap
waktu dan tempat. Hal ini dirasa terlalu “mengikat” generasi berikutnya.
contoh dari metode ini yaitu:
Al-Quranul
Karim (at-Taubah 28)
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä $yJ¯RÎ) cqä.Îô³ßJø9$# Ó§pgwU xsù (#qç/tø)t yÉfó¡yJø9$# tP#tysø9$# y÷èt/ öNÎgÏB$tã #x»yd 4 ÷bÎ)ur óOçFøÿÅz \'s#øtã t$öq|¡sù ãNä3ÏZøóã ª!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù bÎ) uä!$x© 4 cÎ) ©!$# íOÎ=tæ ÒOÅ6ym ÇËÑÈ
Artinya: Hai
orang-orang yang beriman sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka
janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kalian
khawatir menjadi miskin maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepada kalian
dari karuniaNya.
(#qè=ÏG»s% úïÏ%©!$# w cqãZÏB÷sã «!$$Î/ wur ÏQöquø9$$Î/ ÌÅzFy$# wur tbqãBÌhptä $tB tP§ym ª!$# ¼ã&è!qßuur wur cqãYÏt tûïÏ Èd,ysø9$# z`ÏB úïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tFÅ6ø9$# 4Ó®Lym (#qäÜ÷èã spt÷Éfø9$# `tã 7t öNèdur crãÉó»|¹ ÇËÒÈ
Artinya: Perangilah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka mengharamkan
apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya, serta tidak beragama dengan
agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan al-Kitab
kepada mereka sampai mereka membayar jizyah dengan patuh dan mereka tunduk.
Surat Ibrahim ayat 1,2, dan 3
!9#
4 ë=»tGÅ2
çm»oYø9tRr&
y7øs9Î)
ylÌ÷çGÏ9
}¨$¨Z9$#
z`ÏB
ÏM»yJè=à9$#
n<Î)
ÍqY9$#
ÈbøÎ*Î/
óOÎgÎn/u
4n<Î)
ÅÞºuÅÀ
ÍÍyèø9$#
ÏÏJptø:$#
ÇÊÈ «!$#
Ï%©!$#
¼ã&s!
$tB
Îû
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
$tBur
Îû
ÇÚöF{$#
3 ×@÷urur
úïÌÏÿ»s3ù=Ïj9
ô`ÏB
5>#xtã
>Ïx©
ÇËÈ tûïÏ%©!$#
tbq7ÅstFó¡o
no4quysø9$#
$u÷R9$#
n?tã
ÍotÅzFy$#
crÝÁtur
`tã
È@Î6y
«!$#
$pktXqäóö7tur
%¹`uqÏã
4 y7Í´¯»s9'ré&
Îû
¤@»n=|Ê
7Ïèt/
ÇÌÈ
Artinya: Alif, laam raa. (ini adalah) kitab
yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita
kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan
Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Allah-lah yang memiliki segala apa
yang di langit dan di bumi. dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena
siksaan yang sangat pedih, (yaitu)
orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat,
dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan
Allah itu bengkok. mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.
Alif lamraa kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan
manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka
kepada jalan dari Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji.
(1) Allah yang memiliki apa yang ada
di langit dan apa yang ada di bumi. Dan kecelakaanlah bagi kaum kafir karena
azab yang sangat keras.
(2) Orang-orang yang lebih menyukai
kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, menghalang-halangi dari jalan Allah
dan menginginkannya bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang
jauh.Pembicaraan mengenai huruf yang terputus-putus telah dikemukakan pada
beberapa awal surat. "Kitab yang Kami turunkan kepadamu" yakni kitab
ini Kami menurunkannya kepadamu, hai Muhammad, Kitab itu ialah al-Quran yang
agung. Ia merupakan kitab yang paling mulia di antara kitab yang diturunkan
Allah dari langit; diturunkan kepada Rasul yang paling mulia.
“Menurut Malik bin Nabi,
tujuan utama ulama menafsirkan Al-Qur'an dengan metode ini adalah untuk
meletakkan dasar-dasar rasional bagi pemahaman akan kemukzizatan Al-Qur'an,
sesuatu yang dirasa bukan menjadi kebutuhan mendesak bagi umat Islam dewasa
ini. Karena itu
perlu pengembangan metode penafsiran karena metode ini menghasilkan gagasan
yang beraneka ragam dan terpisah-pisah” .[8]
Kelemahan lain dari metode ini adalah bahwa
bahasan-bahasannya amat teoritis, tidak sepenuhnya mengacu kepada
persoalan-persoalan khusus yang mereka alami dalam masyarakat mereka, sehingga
mengesankan bahwa uraian itulah yang merupakan pandangan Al-Qur'an untuk setiap
waktu dan tempat. Hal ini dirasa terlalu “mengikat” generasi berikutnya
Metode Ijmali (Global)
Metode ini adalah berusaha menafsirkan Al-Qur'an secara
singkat dan global, dengan menjelaskan makna
yang dimaksud tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah dipahami.
Urutan penafsiran sama dengan metode tahlili
namun memiliki perbedaan dalam hal penjelasan yang singkat dan tidak panjang
lebar.
Keistimewaan
tafsir ini ada pada kemudahannya sehingga dapat dikonsumsi oleh lapisan dan
tingkatan kaum muslimin secara merata. Sedangkan kelemahannya ada pada
penjelasannya yang terlalu ringkas sehingga tidak dapat menguak makna ayat yang
luas dan tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.
Contoh dari dari metode ini yaitu:
Al
Jalalain saat menafsirkan Firman Allah QS al-Baqarah 1 memaparkan “الم”
misalnya dia berkata Allah Yang Maha Tahu maksudnya. Demikian pula halnya saat
menafsirkan Firman Allah “الكتاب” hanya menyatakan yang dibaca oleh Muhammad
SAW. “لا ريب فيه” berfungsi sebagai predikat dan subjeknya adalah “ذالك”. “هدى”
berfurngsi sebagai predikta kedua bagi “ذالك” yang mengandung arti memberi
petunjuk bagi orang yang bertaqwa.Kemudian imam membahas kata dzalika dan kata
kitab. Dalam masalah ini imam memaparkan penafsirkan dzalika dengaan isyarat
kepada Alquran, yang dilakukan oleh Abu Ubaidah dan Akramah. Contohnya adalah
Firman Allah lainnya.
تلك ايات الله نتلوها عليك بالحق
ذالكم حكم الله يحكم بينكم
تلك حجتنا آتيناها ابراهيم
Megenai kata Kitab, terdapat
beberapa pendapat dalam penafsirannya, diantaranya;
Dzalika
kitab yakni kitab yang telah Aku tulis atas makhluk-makhluk, dengan berbagai
bentuk kesedihan, kegembiraan, ajal rezeki yang tidak ada keraguan di dalamnya.
Metode Muqarin
Tafsir ini menggunakan metode perbandingan
antara ayat dengan ayat, atau ayat dengan hadits, atau
antara pendapat-pendapat para ulama tafsir dengan
menonjolkan perbedaan tertentu dari obyek yang diperbandingkan itu.
Contoh dari metode ini yaitu:
Ayat-ayat
beredaksi mirip yang membahas kasus yang berbeda
$tBur ã&s#yèy_ ª!$# wÎ) 3tô±ç/ ¨ûÈõyJôÜtFÏ9ur ¾ÏmÎ/ öNä3ç/qè=è% 4 $tBur çóǨZ9$# wÎ) ô`ÏB ÏYÏã «!$# 4 cÎ) ©!$# îÍtã íOÅ3ym ÇÊÉÈ
Artinya: Dan Allah tidak menjadikannya
(mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu
menjadi tenteram karenanya. dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
$tBur ã&s#yèy_ ª!$# wÎ) 3uô³ç0 öNä3s9 ¨ûÈõyJôÜtGÏ9ur Nä3ç/qè=è% ¾ÏmÎ/ 3 $tBur çóǨZ9$# wÎ) ô`ÏB ÏYÏã «!$# ÍÍyèø9$# ÉOÅ3ptø:$# ÇÊËÏÈ
Artinya: Dan Allah tidak menjadikan
pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi
(kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. dan kemenanganmu itu
hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dua ayat tersebut redaksinya terlihat mirip, bahkan
sama-sama menjelaskan pertolongan Allah kepada kaum muslimin dalam bertempur
melawan musuh.
Variasi yang dapat dilihat adalah:
a. Surat Al Anfal mendahulukan kata bihi dari pada qulubukum
b. surat Al Anfal menggunakan kata inna, sedangkan Al Imron
tidak
c. Surat Ali Imron menggunakan kata lakum, sedangkan Al
Anfal tidak
d. Surat Al Anfal berbicara mengenai perang Badar, sedangkan
Ali Imron berbicara tentang perang uhud
Variasi keterdahuluan bihi dan penambahan inna dalam ayat
pertama dimaksudkan sebagai penekanan atau penegasan (taukid) kandungan utama
ayat tersbut saat berlansungnya perang badar. Pada ayat kedua, hal tersebut
diduga tidak lagi diperlukan.
2.
Ayat-ayat membahas kasus yang sama dengan redaksi yang berbeda
* ö@è% (#öqs9$yès? ã@ø?r& $tB tP§ym öNà6/u öNà6øn=tæ ( wr& (#qä.Îô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ( wur (#þqè=çFø)s? Nà2y»s9÷rr& ïÆÏiB 9,»n=øBÎ) ( ß`ós¯R öNà6è%ãötR öNèd$Î)ur ( wur (#qç/tø)s? |·Ïmºuqxÿø9$# $tB tygsß $yg÷YÏB $tBur ÆsÜt/ ( wur (#qè=çGø)s? [øÿ¨Z9$# ÓÉL©9$# tP§ym ª!$# wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ö/ä3Ï9ºs Nä38¢¹ur ¾ÏmÎ/ ÷/ä3ª=yès9 tbqè=É)÷ès? ÇÊÎÊÈ
Artinya Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang
diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki
kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan
yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar.
wur (#þqè=çGø)s? öNä.y»s9÷rr& spuô±yz 9,»n=øBÎ) ( ß`øtªU öNßgè%ãötR ö/ä.$Î)ur 4 ¨bÎ) öNßgn=÷Fs% tb%2 $\«ôÜÅz #ZÎ6x. ÇÌÊÈ
Artinya:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena
takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga
kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.
Dua ayat tersebut membahas kasus
yang sama, yakni larangan membunuh anak-anak karena alasan kemiskinan, namun
redaksinya terlihat berbeda. Perbedaan itu bisa dilihat dari segi mukhatab
(objek) nya. mukhatab pada ayat pertama adalah orang miskin, sehingga redaksi
yang digunakan adalah من إملاق yang berarti karena alasan kemiskinan. Tegasnya,
“janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena kamu miskin”. Sementara itu,
mukhatab pada ayat kedua adalah orang kaya sehingga redaksi yang digunakan
adalah خشية إملاق yang berarti karena takut menjadi miskin. Tegasnya,
“janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena kamu takut menjadi miskin”.
Selanjutnya, pada ayat pertama dhamir mukhatab didahulukan dengan maksud untuk
menghilangkan kekhawatiran si miskin bahwa ia tidak mampu memberikan nafkan
kepada anaknya, sebab Allah akan memberikan rizki kepadanya. Jadi, kedua ayat
itu menumbuhkan optimisme kepada si kaya maupun si miskin.
Metode Maudhu’i (Tematik)
Tafsir berdasarkan tema, yaitu memilih satu tema dalam
al-Qur'an untuk kemudian menghimpun seluruh ayat Qur'an yang berkaitan dengan
tema tersebut baru kemudian ditafsirkan untuk menjelaskan makna tema tersebut.
“Metode ini adalah metode tafsir yang berusaha mencari
jawaban Al-Qur'an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang mempunyai
tujuan satu, yang bersama-sama membahas topik atau judul tertentu dan
menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab turunnya,
kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan,
keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat lain kemudian
mengambil hukum-hukum darinya.”[9]
Mengkaji sebuah surat dengan kajian
universal (tidak parsial), yang di dalamnya dikemukakan misi awalnya, lalu misi
utamanya, serta kaitan antara satu bagian surat dan bagian lain, sehingga wajah
surat itu mirip seperti bentuk yang sempurna dan saling melengkapi.
Cntoh:
ßôJptø:$# ¬! Ï%©!$# ¼çms9 $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# ã&s!ur ßôJptø:$# Îû ÍotÅzFy$# 4 uqèdur ÞOÅ3ptø:$# çÎ7sø:$# ÇÊÈ ãNn=÷èt $tB ßkÎ=t Îû ÇÚöF{$# $tBur ßlãøs $pk÷]ÏB $tBur ãAÍ\t ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# $tBur ßlã÷èt $pkÏù 4 uqèdur ÞOÏm§9$# âqàÿtóø9$# ÇËÈ
Artinya: Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan
apa yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang
Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi,
apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik
kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun.(Qs,Saba:1-2)
Di dalam Al-Qur’an surat saba’: 1-2
ini diawali pujian bagi Allah dengan menyebutkan kekuasaan-Nya. Setelah itu,
mengemukakan pengetahuan-Nya yang universal, kekuasaan-Nya yang menyeluruh pada
kehendak-Nya yang bijak.
Menghimpun seluruh ayat Al-qur’an
yang berbicara tentang tema yang sama. Semuanya diletakkan dibawah satu judul,
lalu ditafsirkan dengan metode maudhu’i.
Contohnya:
Allah SWT, berfirman:
#¤)n=tGsù ãPy#uä `ÏB ¾ÏmÎn/§ ;M»yJÎ=x. z>$tGsù Ïmøn=tã 4 ¼çm¯RÎ) uqèd Ü>#§qG9$# ãLìÏm§9$# ÇÌÐÈ
Artinya: “ Kemudian Adam menerima beberapa
kalimat dan tuhannya , maka Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Allah maha
penerima tobat lagi maha penyayang.”
Untuk
menjelaskan kata ‘kalimat’ pada firman Allah Ta’ala di atas ,nabi
mengemukakan ayat.
w$s% $uZ/u !$oY÷Hs>sß $uZ|¡àÿRr& bÎ)ur óO©9 öÏÿøós? $uZs9 $oYôJymös?ur ¨ûsðqä3uZs9 z`ÏB z`ÎÅ£»yø9$# ÇËÌÈ
Artinya: “ keduanya berkata, : ya Tuhan kami, kami telah menganiaya
diri kami sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni rahmat kepada kami, niscaya
pastilah kami termasuk orang-orang merugi
Perkembangan
Ilmu tafsir Al Qur'an terus mengalami perkembangan sesuai
dengan tuntutan zaman. Perkembangan ini merupakan suatu keharusan agar Al
Qur'an dapat bermakna bagi umat Islam. Pada
perkembangan terbaru mulai diadopsi metode-metode baru guna memenuhi tujuan
tersebut. Dengan mengambil beberapa metode dalam ilmu filsafat
yang digunakan untuk membaca teks Al-Qur'an
maka dihasilkanlah cara-cara baru dalam memaknai Al-Qur'an. Di antara
metode-metode tersebut yang cukup populer antara lain adalah Metode Tafsir Hermeneutika
dan Metode Tafsir Semiotika.
E.
Ilmu yang terkait dengan Ilmu Tafsir
- Lughat (fitologi), yaitu
ilmu untuk mengetahui setiap arti kata Al- Qur'an.
Mujahid rah.a., berkata, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhirat, ia tidak layak berkomentar tentang ayat-ayat Al-Qur'an tanpa
mengetahui ilmu lughat. Sedikit pengetahuan tentang ilmu lughat tidak
cukup karena kadangkala satu kata mengandung berbagai arti. Jadi hanya
mengetahui satu atau dua arti, tidaklah cukup. Dapat terjadi, yang
dimaksud kata tersebut adalah arti yang berbeda.[10]
- Nahwu (tata bahasa). Sangat
penting mengetahui ilmu nahwu, karena sedikit saja i'rab (bacaan akhir
kata) berubah akan mengubah arti kata tersebut. Sedangkan pengetahuan
tentang i'rab hanya di dapat dalam ilmu nahwu.[11]
- Sharaf (perubahan bentuk kata)
- Isytiqaq (akar kata)
- Ma'ani (susunan kata)
- Bayaan
- Badi'
- Qira'at
- Aqa'id
- Ushul Fiqih
- Asbabun Nuzul. Asbabunnuzul adalah
sebuah ilmu yang menerangkan tentang latar belakang turunnya suatu ayat.
Atau bisa juga.
- keterangan yang menjelaskan tentang keadaan atau
kejadian pada saat suatu ayat diturunkan, meski tidak ada kaitan langsung
dengan turunnya ayat. Tetapi ada konsideran dan benang merah antara
keduanya. Seringkali peristiwa yang terkait dengan turunnya suatu ayat
bukan hanya satu, bisa saja ada beberapa peristiwa sekaligus yang menyertai
turunnya suatu ayat. Atau bisa juga ada ayat-ayat tertentu yang turun
beberapa kali, dengan motivasi kejadian yang berbeda.
- Nasikh Mansukh
- 'Fiqih
- Hadits
- Wahbi[12]
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas,
ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam makalah ini, yaitu tafsir
qur’an adalah ilmu pengetahuan untuk memehami dan menafsirkan yang
bersangkutan dengan al-qur’an dan isinya berfungsi sebagai mubayyin(pemberi
penjelasan), menjelaskan tentang arti dan kandungan al-qur’an, khususnya
menyangkut ayat-ayat yang tidak di pahami dan samar artinya. sejarah dan perkembangan
ilmu al-qur’an tidak lahir sekaligus, melainkan melalui proses perkembangan
setahap demi setahap sejalan dengan kebutuhan zaman ketika itu. mulai dari fase
periwayatan melalui lisan sampai kodifikasi menjadi suatu ilmu yang mencakup
berbagai ilmu al-qur’an.
peranan ulumul qur’an dalam
memahami, menafsirkan, dan menerjemahkan ayat-ayat al-qur’an sangat penting
bagi seseorang mufasir. ilmu al-qur’an bagaikan kunci pembuka bagi mufasir.
artinya kuasai terlebih dahulu ulumul qur’an barulah menafsirkan ayat
al-qur’an.
B. saran
sebagai manusia biasa, tidak ada jaminan pemakalah
selalu benar. kiranya, tanggapan, saran, dan masukan dari peserta diskusi
senantiasa diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. M. Qhuraish Shihab, Membumikan Al-Quran: fungsi
dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat, Penerbit Mizan, Bandung 1994.
2. Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’i, M.A. Pengantar
Ilmu Tafsir, Penerbit Pustaka Setia, Bandung februari 2006.
3. Drs. Abu Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an Sebuah
Pengantar, Penerbit Amzah, Oktober 2005.
4. Manna‟
Al-Qaththan, 1973, mabahits fi ulum Al-Qur‟an, Mansyurat Al-„Ashr
Al-Hadits, ttp.
5. Jalaludin
As-Suyuthi, tth, Al-itqan fi Ulum Al-Qur‟an, Beirut: Dar Al-Fikr.
Jalaludin As-Suyuthi, tth, Asrar Tartib Al-Qur‟an, Kairo: Dar Al-I‟tisham.
6. Djalal,
Abdul, 2012, Ulumul Qur‟an, Surabaya: Dunia Ilmu.
7. Al-Qattan,
Manna‟
Khalil, 2007, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an/ Manna Khalil
Al-Qattan; diterjemahkan dari bahasa arab oleh Mudzakir AS. Bogor: Pustaka
Litera Antar Nusa.
8. Hamzah,
Muchotob, 2003, Studi Al-Qur‟an Komprehensif,
Yogyakarta: Gama Media.
9. Anwar,
Rosihon, 2008 Ulum Al-Qur‟an, Bandung: Pustaka
Setia Bandung. Abdullah,
10. Mawardi,
2011, Ulumul Qur‟an, Yogyakarta: pustaka
Pelajar. Fazlurahman, tth, Major Times Of The Al-Qur‟an,
ttp.
11. Abd, Maman Djalil, Alumul Qur`an 1, (Jakarta:
Pustaka Setia, 1997).
12. al-Hafizh , Ashim W, Kamus Ilmu
Al-Quran, Pustaka Amzah, 2005.
13. Anwar, Rosihan Ulum al-Qur`an,
(Jakarta: Pustaka Setia, 2008).
14. Departemen Agama RI, al-Qur`an dan
terjemahnya, (Jakarta: Pustaka Setia, 2009).
15. Gazali, Ulumul Quran. (Banjarmasin:
Indra Media, 2003).
[1] Muhammad Husein Adz-Dzahabi,At-Tafisr Wa Al-Mufassirun,Juz I, Dar (mesir:Al-Maktub Al-Haditsah, 1976), hlm. 13.
[6]
Al-Farmawy, ‘Abd Al-Havy, Al-Bidayah Fi At-Tafsir Al-Mudhu’i,( mesir: Maktabah Al-Jumhuriyyah), t.t., hlm. 26-27.
[7] . Jalaludin Rakhmat, “ Tafsir
Kontemporer, Kritik Dan Masalah Pengembanagan Metodologi’’, Makalah Seminar
Yang Diselengarakan HIMA Tafsir Hadis,(Bandung: fakultas ushuluddin IAIN SGD1991), hlm. 4.
[8] Jalaludin Rakhmat, “ Tafsir Kontemporer, Kritik Dan Masalah
Pengembanagan Metodologi’’, Makalah Seminar Yang Diselengarakan HIMA Tafsir
Hadis, (Bandung:
Fakultas Ushuluddin IAIN SGD, 1991), hlm. 4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar