HUBUNGAN
ILMU KALAM , FILSAFAT, DAN TASAWUF
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK : 4 (Empat)
: Reza Rahmatillah
PRODI : PAI / A
DOSEN PENGAMPU : Dra. Kartini, M.A
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
GAJAH PUTIH TAKENGON ACEH TENGAH, ACEH
2013
BAB
II
MU’TAZILAH
DAN SYI’AH
A.
PENGERTIAN
DAN ASAL-USUL KEMUNCULAN MU’TAZILAH
Secara harfiah kata Mu’tazilah berasal
dari kata i’tazala yang berarti berpisah atau memisahkan diri, yang berarti
juga menjauh atau menjauhkan diri.Secara teknis, istilah Mu’tazilah menunjuk
pada dua golongan .
Golongan pertama (selanjutnya disebut
Mu’tazilah I ) muncul sebagai respon politik murni. Golongan ini tumbuh sebagai
kaum netral politik ,khususnya dalam
arti bersikap lunak dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan
lawan-lawannya,terutama Muawiyah,Aisyah, dan Abdullah bin Zubair.Menurut penulis ,golongan inilah yang mula-mula
disebut kaum Mu’tazilah karena mereka menjauhkan diri dari pertikaian masalah
khalifah. Kelompok ini bersifat netral politik tanpa stigma teologis seperti
yang ada pada kaum mu’tazilah yang tumbuh di kemudian hari.
Golongan kedua (selanjutnya disebut
Mu’tazilah II ) muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang dikalangan Khawarij dan
Murji’ah akibat adanya peristiwa tahkim.Golongan ini muncul karena mereka
berbeda pendapat dengan golongan khawarij dan Murji’ah tentang pemberian status
kafir kepada orang- orang yang berbuat dosa besar.Mu’tazilah II inilah yang
akan dikaji. dalam sejarah kemunculannya memiliki banyak versi. beberapa versi tentang pemberian nama
Mu’tazilah kepada golongan kedua ini berpusat pada peristiwa yang terjadi
antara Wasil bin Atha serta mertanya ,Amr bin Ubaid,dan Hasan Al-Basri di
Basrah.Ketika Wasil mengikuti pelajaran
yang diberikan oleh Hasan Al Basri di
mesjid Basrah. datanglah seseorang yang bertanya mengenai pendapat Hasan Al
Basri tentang orang yang berdosa besar . Ketika Hasan Al Basri masih berfikir .
Wasil mengemukakan pendapatnya dengan mengatakan .”Saya
berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar bukanlah mukmin bukanlah pula
kafir ,tetapi berada pada posisi diantara keduanya , tidak mukmin tidak juga
kafir.” Kemudian ia berdiri
dan menjauhkan diri dari Hasan Al Basri pergi ke tempat lain di mesjid disana
ia mengulangi pendapatnya kembali .Atas
peristiwa ini Hasan Al Basri mengatakan:
“wasil menjauhkan diri dari kita (I’tazaala’ anna )”. Dengan demikian ia
serta teman-temannya,kata al-Syahrastani, disebut kaum Mu’tazilah.
Menurut al-Baghdadi,Wasil dan temannya
‘Amr ibn Ubaid Ibn Bab diusir oleh hasan Al-basri dari majlisnya karena adanya
pertikaian antara mereka memgenai persoalan Qadar dan orang yang berdosa besar
.Keduanya menjauhkan diri dari Hasan
Al-Basri dan mereka serta pengikut-pemgikutnya disebut kaum Mu’tazilah. karena
mereka menjauhklan diri dari paham umat islam tentang soal orang yang berdosa
besar.
Versi lain yang diberikan oleh Tazy Kubrah Zadah,menyebut
bahwa Qatadah Ibn Da’maah pada suatu hari masuk ke mesjid Basrah dan menuju
majlis ‘Amr ibn Ubaid yang disangkanya adalah majelis Hasan Al Basri .setelah
ternyata baginya bahwa itu bukan majelis Hasan Al Basri ia berdiri dan
meninnggalkan tempat itu,sambil berkata: “Ini kaum Mu’tazilah .” Semenjak itu ,
kata Tasy Kubra Zadah ,mereka disebut kaum Mu’tazilah.
Ada teori baru yang dimajukan oleh Ahmad
Amin .bahwa nama Mu’tazilah sudah terdapat sebelum adanya peristiwa Wasil
dengan Hasan Al Basri dan sebelum timbulnya pendapat tentang posisi diantara
duia posisi.kalau itu dipakai sebagai designatie terhadap golongan orang-orang
yang tak mau turut campur dalam
pertikaian –pertikaian politik yang terjadi di Zaman Usman Ibn’ Affan dan’Ali
bin Abi Thalib . Mereka menjauhkan diri
dari golongan-golongan yang saling bertikai. Dalam suratnya kepada khalifah
“mu’tazilin’. Kalau al Tabari menyebut nama Mu’tazilin”, abu al-fida memakai
kata al mu’tazilah sendiri.
Untuk mengetahui asal usul nama
Mu’tazilah itu sebenarnya memang sulit .
Yang jelas ialah bahwa nama Mu’tazilah sebagai designatie bagi aliran
teologi rasional dan liberal dalam islam timbul sesudah peristiwa Wasil dengan
Hasan al Basri di Basrah dan bahwa lama sebelum terjadinya peristiwa Basrah itu
telah pula terdapat kata-kata I’tazalah,al-Mu’tazilah . tetapi apa hubungan
yang terdapat antara Mu’tazilah pertama dan Mu’tazilah kedua, fakta-fakta yang
ada belum dapat memberikan kepastian .
a.
Al
Ushul Al Khamzah : Lima Ajaran Dasar Teologi Mu’tazilah
Kelima ajaran dasar mu’tazilah yang
tertuang dalam al ushul al khamzah antara lain :
1.
At
tauhid
At Tauhid (pengesaan Tuhan ) merupakan
prinsip utama dan intisari ajaran Mu’tazilah . tauhid memiliki arti yang
spesifik.Tuhan harus disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti
kemahaesaannya. Menurutnya Tuhan itu Esa tidak ada yang menyamainya ,bukan
jisim,bukan jauhar,bukan ‘aradl,tidak berlaku padanya masa,tidak mengambil
ruang dan tempat , tidak bisa disifati
dengan sifat-sifat yang ada pada makhuknya ,tidak terbatas,tidak melahirkan,dan
tidak dilahirkan ,tidak dapat dicapai dengan panca indera.
2.
Al-
Adl
Ajaran ini bertujuan ingin menempatkan
Tuhan benar-benar adil menurut sudut pandang manusia ,karena alam semesta ini
sesungguhnya dicipitakan untuk kepentingan manusia .Tuhan dipandang adil
apabila bertindak hanya yang baik (ash
–shalah) dan terbaik (al-ashalah)dan bukan yang tidak terbaik . Begitu pula
Tuhan itu adil bila tidak melanggar
janji-Nya . Dengan demikian Tuhan terikat dengan janjinya.
Ajaran tentang keadilan ini berkait erat
dengan beberapa hal antara lain:
a.
Perbuatan
manusia
Manusia menurut Mu’tazilah,melakukan dan
menciptakan perbuatannya sendiri,terlepas dari kehendak dan kekuasaan Tuhan,baik
secara langsung atau tidak.Manusia benar-benar bebas untuk menentukan pilihan
perbuatannya baik atau buruk.
b.
Berbuat
baik dan terbaik
Maksudnya adalah kewajiban Tuhan untuk
berbuat baik bahkan terbaik bagi manusia.Tuhan tidak mungkin jahat dan aniaya
karena akan terkesan Tuhan .Tuhan Penjahat Penganiaya sesuatu yang tidak layak
bagi Tuhan.
3.
Al-Wa’d
wa al-Wa’id
Ajaran ketiga sangat erat kaitannya
dengan ajaran kedua . Al-Wa’d wa al-Wa’id berarti janji dan ancaman. Tuhan yang
Maha adil dan Mahabijaksana tidak akan melanggar janji-Nya .Perbuatan Tuhan
tertikat dan dibatasi oleh janji-Nya sendiri. Yaitu memberi pahala surga bagi
yang berbuat baik (al-muthni) dan mengancam dengan siksa neraka atas orang yang
durhaka (al -ashi) . Begitu pula janji Tuhan untuk memberi pengampunan pada
orang yang bertobat nasuha pasti benar adanya. ini sesuai dengan prinsip
keadilan .Jelasnya siapapun berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan .
Siapapun berbuat jahat akan dibalasnya
dengan siksa yang sangat pedih.
4.
Al-Manzilah
bain al-manzilatain (posisi diantara dua posisi)
Pokok
ajaran ini adalah bahwa mukmin yang melakukan dosa besar dan belum tobat bukan lagi mukmin atau
kafir.tetpi fasik.Izusu dengan mengutip Ibn Hazmn,menguraikan pandangan
Mu’tazilah sebagai berikut”Orang yang melakukan dosa besar disebut fasik,Ia
bukan mukmin bukan pula kafir,bukan pula munafik. Mengomentari pendapat
tersebut,Izutsu menjelaskan bahwa sikap MU’tazilah adalah membolehkan hukum
perkawinan dan warisan antara mmukmin pelaku dosa besar dan mukmin lain dan
dihalalkannya binatang sembelihannya. Menurut mu’tazilah pelaku dosa besar
tidak dapat dikatakan sebagai mukmin secara mutlak. Hal ani karena keimanan
menuntut adanya kepatuhan kepada Tuhan ,tidak cukup hanya pengakuan dan
pembenaran . berdosa besar bukanlah kepatuhan melainkan kedurhakaan. Pelakunya
tidak dapat dikatakan kafir secara mutlak mkarena ia masihpercaya kepada Tuhan
,Rasul-Nya dan mengerjakan pekerjaan yang baik.
Hanya saja kalau meninggal sebelum
bertobat ,ia dimasukkan ke neraka dan akan kekal di dalamnya.orang mukmin masuk
surga dan orang kafir masuk neraka.
5.
Al-Amr
bin al-Ma’ruf Wa an-nahyin an Munkar
Ajaran dasar yang kelima adalah menyuruh
kebajikan dan melarang kemungkaran . ajaran ini menekankan keberpihakan kepada
kebenaran dan keadilan. Ini merupakan konsekuensi logis dari keimanan hanya
dibuktikan dengan perbuatan baik,diantaranya dengan menyuruh orang berbuat baik
dan mencegahya dari kejahatan.[1]
B.
PENGERTIAN
DAN ASAL USUL MUNCULNYA ALIRAN SYIAH
Syi’ah dilihat dari bahasa berarti
pengikut,pendukung,partai atau kelompok, sedangkan secara terminologis adalah
sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu
merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW. Atau orang yang disebut sebagai
ahlal-bait. Poin penting dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan bahwa segala
petunjuk agama itu bersumber dari ahl al-bait.Mereka menolak petunjuk –petunjuk
keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya.
Syiah adalah golongan yang menyanjung
dan memuji Sayyidina Ali secara berlebih-lebihan .karena mereka beranggapan
bahwa beliau adalah yang lebih berhak menjadi pengganti Nabi Muhammad SAW,
berdasarkan wasiatnya.Sedangkan khalifah-khalifah sepertiAbu Bakar As Siddiq,
Umar bin Khattab dan Utsman Bin Affan dianggap sebagai penggasab atau perampas
khalifah.
Sebagaimana dimaklumi bahwa milai
timbulnya fitnah di kalangan ummat Islam biang keladinya adalah Abdullah Bin
Saba’ ,seorang Yahudi yang pura-pura masuk
islam .Fitnah tersebut cukup berhasil,dengan terpecah-belahnya persatuan
ummat,dan timbullah Syiah sebagai firqoh pertama.
Kalangan syiah sendiri berpendapat bahwa
kemunculan syiah berkaitan dengan masalah pengganti (khilafah) Nabi SAW.mereka
menolak kekhalifahan Abu Bakar ,Umar bin Khttab, dan Utsman bin Affan karena
dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib lah yang berhak menggantikan
Nabi.Kepemimipinan Ali dalam pandangan Syiah sejalan dengan isyarat-isyarat
yang diberikan oleh Nabi SAWpada masa hidupnya.Pada awal kenabian ,ketika
Muhammad SAW dip[erintahkan menyampaikan dakwahkepada kerabatnya yang
pertama-tama menerima adalah Ali bin Abi Thalib .Diceritakan bahwaNabi pada
saat itu mengatakan bahwa oranga yang pertama-tama memenuhi ajakannya akan
menjadi penerus dan pewarisnya.Selain itu sepanjang kenabian Muhammad ,Ali
merupakan orang yang menunujukkan perjuagan dan pengabdian yang luar biasa besar.
Berlawanan dengan harapan mereka ,justru
ketika Nabi wafat dan jasadnya belum dikuburkan ,sedangkan anggota keluarganya
dan beb erapa orang sahabat sibuk dengan persiapan dan upacara
pemakamannya.teman dan para pengikut Ali mendengar kabar adanya kelompok lain
yang telah pergi ke mesjid ,tempat umat berkumpul menghadapi hilangnya pemimpin
yang tiba-tiba .kelompok ini ,yang kemudian menjadi mayoritas ,bertindak lebih
jauh dan dengan sangat tergesa-gesa memilih pimpinan kaum muslimin dengan
maksud menjaga kesejahteraan unat dan memecahkan masalah mereka saat itu.Mereka
melakukan hal itu tanpa berunding dengan ahlul bait ,keluarga ataupun para
sahabat yang sedang sibuk dengan acara pemakaman dan tidak sedikit pun
memberitahukan mereka. Dengan demikian ,kawan-kawan Ali dihadapkan pada suatu
keadaan yang sudah tak dapat berubah lagi.(faith accompli).
Berdasarkan realita itu, muncullah sikap
di kalangan sebagian kaum muslimin yang menentang kekhalifahan dan menolak kaum
mayoritas .Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti Nabi dan penguasa keagamaan
yang sah adalah Ali. Inilah yang
kemudian disebut Syiah.namun , lebih dari itu .seperti dikatakan Nasr, sebab
utama munculnya Syiah adalah terletak pada kenyataan bahwa kemungkinan ini ada
dalam wahyu islam sendiri,sehingga mesti diwujudkan .
1)
Syi’ah
Asyariyh ( Syi’ah Dua Belas/Syi’ah Imamiyah )
a.
Asal
usul penyebutan imamiah dan syi’ahi itsna asyariyah
Dinamakan Syi’ah Imamiyah karena
dasar yang terjadi dasar akidahnya adalah persoalan imam dalam arti pemimpin
religio politik,yakni ali berhak menjadi khalifah bukan hanya karena
kecakapannya atau kemuliaan akhlaknya, tetapi juga karena ia telah ditunjuk nas
dan pantas menjadi kholifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad SAW . Ide
tentang hak ali dan keturunannya untuk menduduki jabatan kholifah telah ada
sejak nabi wafat,yaitu dalam perbincangan politik di Saqifah Bani Sa’idah.
Syi’ah Itsna Asyariyah sepakat bahwa ali
adalah penerima wasiat Nabi Muhammad seprti yang di tunjukkan nas. Adapun
Al-ausiya (penerima wasiat) setelah ali bin abi tholib adalah keturunan dari
garis fatimah, yaitu Hasan bin Ali kemudian Husen bin Ali sebagaimana yang
disepakati. Setelah Husen adalah Ali Zainal Abidin, kemudian secara
berturut-turut;Muhammad Al-Baqir,Abdullah ja’far Ash-Shadiq,Musa Al-kahzim,Ali
Ar-Rida,Muhammad Al-Jawwad,Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askri dan Muhammad
Al-Mahdi sebgai imam kedua belas. Demikian lah, karena berbaiat di bawah imamah
dua belas imam, mereka di kenal dengan sebutan Syiah Itsna Asyariyah.
Nama dua belas (Itsna Asyariyah) ini
mengandung pesan penting dalam tinjauan sejarah, yaitu golongan ini terbentuk
setelah lahirnya kedua belas iman yaitu kira-kira pada tahun 260 H/878 M.
Pengikut sekte ini menganggap bahwa iman ke duabelas, Muhammad Al-Mahdi,
dinyatakan gaibah (occultation). Muhammad Al-Mahdi bersembunyi diruang bawah
tanah rumah ayahnya di samarra dan tidak kembali. Itulah sebabnya kembalinya
Imam Al-Mahdi ini selalu ditunggu-tunggu pengikut sekte Syi’ah Itsna Asyariyah.
Ciri khas kehadirannya adalah sebagai Ratu Adil yang akan turun di akhir zaman.
Oleh karena inilah, Muhammad Al-Mahdi dijuluki sebagai Imam Mahdi Al-Muntazhar
(yang ditunggu).
b.
Doktrin-doktrin
Syi’ah Itsna Asyariyah
Di dalam sekte Syi’ah Itsna Asyariyah
dikenal konsep UsulAd-Din. Konsep ini terjadi akar atau fondasi pragmatisme
agama. Konsep usuluddin mempunyai lima akar.
1.
Tauhid
(The Devine Unity).s
Tuhan adalah Esa baik
esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan Tuhan adalah mutlak. Ia bereksistensi
dengan sendirinyasebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu diciptakan oleh
tuhan. Tuhan maha tahu,maha mendengar,selalu hidup,mengerti tidak murakkab
(tersusun). Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri sendiri,tidak
dibatasioleh ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
2.
Keadilan
(The Devine Justice)
Tuhan menciptakan kebaikan di dalam
semesta ini merupakan keadilan. Ia tidak pernah menghiasi ciptaan-Nya dengan
ketidakadailan. Karena ketidakadilan dan kelaliman terhadap yang lain merupakan
tanda kebodohan dan ketidak mampuandan sifat ini jauh dari keabsolutan dan
kehendak tuhan.Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui pekara
yang benar atau salah melalui perasaan. Manusia dsapat menggunakan penglihatan,
pendengaran, dan indra lainya untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baiak
maupun perbuatan buruk.jadi, manuasia dapat mamanfatkan potensi berkehandak
sebagaianugrah tuhan untuk mewujudkan dan bertangguang jawab atas
perbuatannya.
3.
Nubuwwah
(Apostleship)
Setiap makhluk sekalipun telah diberi
insting, masih membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari tuhan maupun dari
manuasia. Rosul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara transenden
diutus untuk membrikan acuan dalam membedakan antara yang baiak dan yang buruk
di alam semesta. Dalam keyakinan Syi’ah itsna Asyariyah, tuhan telah mengutus
124.000 rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia. Syi’ahn Itsna Asyariyah
percaya mutlak tentang ajaran tauhid dengan kerasulan sejak adam hingga
Muhammad. Mereka percaya adanya kiamat. Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an
jauh dari tahrif perubahan, atau tambahan.
4.
Ma’ad
(The Last Day)
Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk
menghadap pengadilan atuhan di akhirat. Seriap muslim harus yakin akan
keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan bersih dan lurus dalam
pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit dari kehidipan dunia nemuju ke akhirat.
5.
Imamah
(The Devine Guidance)
Imamah adalah intuisi yang
dianagurasikan Tuhan untuk memberikan petunjuk manusia yang dipilih dari
keturunan ibrahim dan didelegasikan kepada keturunan Muhammad sebagai nabi dan
rasul terakhir.
Selanjutnya, dalam sisi yang yang
bersifat mahdah, Syi’ah isna asyariyah berpijak kepada delapan cabang agama
yang di sebut dengan furu ad-din delapan cabang tersebut terdiri atas shalat,
puasa, haji, zakat, khumus, atau pajak sebesar seperlima dari penghasilan,
jihad al-amri bi al-ma’ruf dan an-nahyu an-munkar.
c.
Syi’ah
Sab’iyah ( Syi’ah Tujuh )
Istilah Syi’ah sab’iyah (syiah tujuh) di
analogikan dengan Syi’ah Itsna asyariyah . Istilah itu memberikan pengertian
bahwa sekte Syi’ah Sabi’yah hanya mengakui tujuh Imam, yaitu Ali, Hasan, husein,
Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, ja’far As-Shodiq, dan Ismail bin ja’far.
Karena dinisbatkan pada ismail bin Ja’far As-Shadiq, syiah sab’iyah disebut
juga Syiah Ismailiyah.
Berbeda dengan Syi’ah Itsna Asyariyah,
Syi’ah istna asyariyah membatalkan ismail bin ja’far sebagai imam ketujuh
karena memiliki kebiasaan tak terpuji dan dia wafat mendahului bapaknya,ja’far.
Sebagai penggantinya adalah Musa Al-Kadzim, adik Ismail. Syiah sab’iyah menolak
pembatalan tersebut berdasarkan sistem pengangkatan imam dalam syi’ah dan
menganggap Ismail sebagai Imam ketujuh, dan sepeninggalnya diganti oleh
putranya yang tertua yang bernama Muhammad bin Ismail.
d.
Syi’ah
Zaidiyah
Imamah sebagaimana telah disebutka
merupakan doktrin fundamental dalam Syi’ah secara umum.Berbeda dengan doktrin
imamah yang lain .Syi’ah Zaidiyah merngembangkan doktrin imamah yang tipikal.
Kaum Zaidiyah menolak pandanagn yang menyatakan bahwa seorang imam yang
mewarisi kepemimpinan Nabi SAW.telah ditentukan nama dan orangnya oleh Nabi,tetapi
hanya ditentukan sifat-sifatnya saja.Ini jelas berbeda dengan sekte Syi’ah lain
yang percaya bahwa Nabi SAW telah menunjuk Ali sebagai imam setelah Nabi wafat
karena Ali memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh orang lain ,seperti
keturunan bani hasyim ,wara (saleh menjauhkan diri dari segala dosa ) bertakwa,
baik,dan membaur dengan rakyat untuk mengajak mereka hingga mengakuinya sebagai
iman.
Selanjutnya menurut Zaidiyah seorang
imam paling tidak harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut.Pertama,merupakan
keturunan ahl al bait,baik melalui garis Hasan maupun Husein kedua,. memiliki
kemampuan mengangkat senjata sebagai upaya mempertahankan diri atau menyerang . ketiga, memiliki
kecenderungan intelektualisme yang dapat dibuktikan melalui ide dan karya
dalam bidang keagamaan.
e.
Syi’ah Ghulat
Sesungguhnya Syiah Ghulat daalah
keturunan kaum gnostik lama,yang islamnya semata-mata karena mengganti kristus
dengan Muhammad atau Ali. Mereka sesungguhnya adalah kaum docet dalam
islam.kaum Nusauriyah yang percaya bahwa Ali itu adalah Tuhan .Menurut
Syahrastani, ada empat doktrin yang membuat mereka ekstrim, yaitu tanasukh,
bada’, raj’ah,dan tasbih. Moojan momen menambahkannya dengan hulul
dan ghayba.[2]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aliran mu’tazilah merupakan aliran yang
membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis
dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum khawarij dan Murji’ah .mereka banyak memakai akal sehingga
mereka mendapat nama “kaum Rasionalitas islam”.sedangkan aliran Syi’ah
merupakan aliran pertama yang muncul di kalangan umat Islam. Aliran ini
dilatarbelakangi oleh pendukung ahlul bait yang tetap menginginkan pengganti
Nabi adalah dari ahlul bait sendiri yaitu Ali bin Abi Thalib. Mereka mempunyai
doktrin sendiri dalam alirannya, salah satunya tentang Imamah. Mereka
berpendapat bahwa pengganti Nabi yang pantas menjadi pemimpin adalah seseorang
yang ma’shum(terhindar dari dosa). Bahkan dalam sekte yang ekstrim yaitu
Syi’ah Ghulat, mereka telah menuhankan Ali. Mereka menganggap bahwa Ali lebih
tinggi daripada Nabi Muhammad SAW.
B.
Kritikan dan Saran
Sangatlah diperlukan bagi kita untuk
mempelajari Aliran Mu’tazilah dan syi’ah ini,karena dengan belajar aliran ini
kita bisa mengetahui seluk beluk dari ajaran Mu’tazilah dan Syi’ah. Misalnya
tentang tokoh-tokoh Syi’ah. Dan agar kita juga bisa mengambil kekurangan dan
kelebihan dari kedua aliran ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,
Rosihan, Abdul Rozak, 2007. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Nasir,
H.Sahilun.1991.Pengantar Ilmu Kalam.Jakarta:CV Rajawali Pers.
Nasution
Harun .2011.Teologi Islam.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
[1]
Abdul Rozak, Rosihon Anwar. 2007, Ilmu
Kalam. Bandung : Pustaka Setia. Hal 77-88
[2]
Abdul Rozak, Rosihon Anwar. 2007, Ilmu
Kalam. Bandung : Pustaka Setia. Hal 89-107.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar