MAKALAH
PERBANDINGAN ALIRAN TENTANG
IMAN ,KUFUR ,ISLAM,IHSAN,DAN PERBUATAN TUHAN
SERTA PERBUATAN MANUSIA
Ø DISUSUN
OLEH KELOMPOK 6 : Reza Rahmatillah
Ø JURUSAN
: TARBIAH
Ø PRODY
: PAI / A
Ø SEMESTER
: 1 ( SATU )
Ø
DOSEN
PEMBIMBING : Dra.Kartini, M.A
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI(STAIN
GPA) TAHUN AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji
sukur kita atas kehadirat ALLAH swt, karena dengan rahmat dan karunianya saya
masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak lupa kami
mengucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman sekalian yang telah memberi
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Pemakalah menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman sekalian.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
I.1 LATAR BELAKANG............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 2
A.
Pengertian
Iman............................................................................................ 2
B.
Pengertian
Kufur........................................................................................... 3
C.
Pengertian
Islam............................................................................................ 4
D.
Pengertian
Ihsan............................................................................................ 5
E.
Perbandingan
Iman Dan Kufur..................................................................... 6
F.
Hubungan Iman
Islam Dan Kufur................................................................ 10
G.
Perbuatan
Tuhan........................................................................................... 12
H.
Perbuatan
Manusia........................................................................................ 13
BAB III PENUTUP................................................................................................. 15
III.1
Kesimpulan.............................................................................................. 15
III.2 Saran........................................................................................................ 15
III.3 Daftar Pustaka......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Persoalan kalam lain
yang menjadi bahan perdebatan di antara aliran-aliran kalam adalah masalah
perbuatan Tuhan dari perbuatan manusia. Masalah ini muncul sebagai buntut dari
perdebatan ulama kalam mengenai iman. Ketika sibuk menyoroti siapa yang masih
dianggap beriman dan siapa yang kafir di antara pelaku tahkim, para ulama kalam kemudian mencari jawaban atas
pertanyaan siapa sebenarnya yang mengeluarkan perbuatan manusia, apakah Allah
sendiri? Atau manusia sendiri? Atau kerja sama antara keduanya. Masalah ini
kemudian memunculkan aliran kalam fatalis (predestination) yang diwakili oleh Qadariyah dan free-will
yang diwakili Qodariyah dan
Maturidiyah, sedangkan aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah mengambil sikap
pertengahan. Persoalan im kemudian meluas lagi dengan mempermasalahkan apakah
Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu atau tidak? Apakah perbuatan Tuhan
itu tidak terbatas pada hal-hal yang baik-baik saja, ataukah perbuatan Tuhan
itu terbatas pada hal yang baik-baik saja, tetapi juga mencakup kepada hal-hal
yang buruk?
BAB II
PEMBAHASAN
PERBANDINGAN
ALIRAN TENTANG IMAN ,KUFUR ,ISLAM, IHSAN, DAN PERBUATAN TUHAN SERTA PERBUATAN
MANUSIA
A.
PENGERTIAN
IMAN
Iman berarti percaya, rukun iman itu
ada enam, yaitu percaya kepada Allah, kepada Malaikat-malaikat-Nya, kepada
Kitab-kitab-Nya, kepada Rasu-rasul-Nya, kepada Hari Akhir/Akhirat dan percaya
kepada qadha dan qadar dari Allah.
Menurut Imam Al Ghazali, yang
dimaksud dengan pokok agama (iman) adalah sebagai berikut:
1.
Iman kepada
Allah yang Maha Esa.
2.
Iman kepada
utusan-utusan-Nya.
3.
Iman kepada
Hari Akhirat.
Iman kepada Allah ialah kepercayaan
yang mutlak mengakui adanya Allah yang telah mengutus Utusan-utusan-Nya. Dalam
kepercayaan ini harus mengandung tiga unsur, yaitu:
1.
Diikrarkan/dinyatakan
dengan lisan.
2.
Mengakui kebenaran
di dalam hati, dan
3.
Dilaksanakan
dengan perbuatan anggota badan.
Iman adalah kepercayaan yang meresap
ke dalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur ragu, serta memberi
pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan pemiliknya
sehari-hari (Yusuf Qardlawi, 1977:25).
Iman
terletak didalam hati sanubari. Iman adalah segala yang dibenarkan dalam hati,
diucapkan dengan lisan dan diamalkan itu sudah barang tentu adalah
seluruh ajaran islam. Jika
seseorang sudah mengimani sluruh ajaran islam, maka orang tersebut sudah dapat
dikatakan mukmin.
Iman itu terdiri atas tiga
tingkatan :
1. Tingkatan mengenal. Pada tingkatan pertama ini seseorang baru
mengenalssuatu yang diimani.
2. Tingkat kesadaran. Pada tingkat kedua ini iman seseorang sudah lebih
tinggi, karena sesuatu yang diimani disadari oeh alasan-alasan tertentu.
3. Tingkat haqqul yaqin. Tingkat ini adalah tingkatan iman yang
tertinggi. Sseorang mengimani sesuatu tidak hanya mengetahui dengan
alasan-alasan tertentu, tetapi dibarengi dengan ketaatan dan berserah diri
kepada Allah
Hal yang paling pokok dalam iman
ialah percaya kepada Allah Yang Maha Esa dan percaya kepada para Utusan-Nya
yang membawa ajaran-ajaran, wahyu dan berita dari Allah. Ini tercermin dalam
lafaz syahadat yang pertama harus diucapkan atau dinyatakan oleh seseorang yang
masuk Islam. Hal ini pun sesuai dengan Firman Allah sebagai berikut:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä w (#qãBÏds)è? tû÷üt/ Äyt «!$# ¾Ï&Î!qßuur ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ììÏÿx ×LìÎ=tæ ÇÊÈ
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka Itulah orang-orang yang benar
(QS. Al Hujuraat: 15).
B. PENGERTIAN KUFUR
Kufur/kafir adalah orang yang tidak percaya/tidak beriman kepada Allah
baik orang tersebut bertuhan selain Allah maupun tidak bertuhan, seperti paham
komunis (ateis). Kufur ialah mengingkari Tauhid, Kenabian, Ma’ad, atau ragu
terhadap kejadiannya, atau mengingkari pesan dan hukum para nabi yang sudah
diketahui kedatangannya dari sisi Allah SWT. Ciri dari kekufuran adalah
mengingkari secara terang-terangan terhadap suatu hukum Allah SWT yang mereka
tahu tentang kebenarannya dan mereka memiliki tekad untuk memerangi agama yang
hak. Dari sinilah syirik (mengingkari tauhid) termasuk salah satu ciri konkret
dari kekufuran. Oleh karena itu orang-orang kufur/kafir sangatlah dimurkai oleh
Allah SWT karena mereka tidak melaksanakan ketentuan- ketentuan yang telah
digariskan oleh Allah. Adapun kufur/kafir sangatlah erat kaitannya atau
hubungannya dengan keadaan-keadaan yang menyesatkan seperti syirik, nifak,
murtad, tidak mau bersyukur kepada Allah SWT, dan lain sebagainya.
C.
PENGERTIAN ISLAM
Arti kata
islam itu ialah “tunduk” dan patuh kepada perintah orang yang memberi perintah
dan kepada larangannya tanpa membantah”. Agama kita telah diberi nama Islam,
karena ia berarti taat kepada Allah dan tunduk kepada perintah-Nya tanpa
membantah. Islam adalah agama yang mengajarkan agar manusia
berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah.
Ajaran islam
memang harus diyakini kebenaranya. Allah swt. telah menjamin kebenaran tersebut
sebagaimana firman-Nya :
¨bÎ) úïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# ÇÊÒÈ
Sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam……(Q.S. Ali Imran : 19)
Segala sesuatu yang ada di dalam
alam ini, tunduk kepada suatu peraturan tertentu dan kepada undang-undang
tertentu. Matahari, bulan dan bintang-bintang semua tunduk kepada suatu
peraturan yang tetap, tidak dapat bergeser atau menyeleweng dari padanya
meskipun seujung rambut.
D.
PENGERTIAN IHSAN
Ihsan
artinya berbuat baik. Ihsan adalah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah
swt. Dengan dilandasi kesadaran dan keikhlasan. Berbakti kepada Allah yakni berbuat
sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri, sesama manusia, maupun untuk
makhluk lain. Semua perbuatan itu dilakukan semata-mata karena Allah swt,
seolah-olah orang yang melakukan perbuatan itu sedang berhadapan dengan Allah.
Ihsan ada empat macam, yaitu :
1. Ihsan terhadap Allah, yakni menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya
2.
Ihsan
terhadap diri sendiri, yakni mengerjakan segala sesuatu yang mendatangkan
kebaikan bagi diri sndiri dan menghindari semua perbuatan yang mendatangkan
kecelakaan atau kerugian kepada diri sendiri
3. Ihsan terhadap sesama manusia, yakni berbuat baik kepada
saudara, tetangga, kerabat, maupun seagama
4. Ihsan terhadap makhluk lain (alam lingkungan), yakni berbuat
baik atau memelihara alam lingkungan agar tetap lestari dan tidak punah.
Iman yang
kuat, akan mengokohkan islam yang ada dijiwa dan akan melahirkan perbuatan
ihsan yang langsung terpancar dari Nur Ilahi.
E.
PERBANDINGAN
IMAN DAN KUFUR
kufur/kafir
adalah orang yang tidak percaya/tidak beriman kepada Allah baik orang tersebut
bertuhan selain Allah maupun tidak bertuhan, seperti paham komunis (ateis).
Kufur ialah mengingkari Tauhid, Kenabian, Ma’ad, atau ragu terhadap
kejadiannya, atau mengingkari pesan dan hukum para nabi yang sudah diketahui
kedatangannya dari sisi Allah SWT. Ciri dari kekufuran adalah mengingkari
secara terang-terangan terhadap suatu hukum Allah SWT yang mereka tahu tentang
kebenarannya dan mereka memiliki tekad untuk memerangi agama yang hak. Dari
sinilah syirik (mengingkari tauhid) termasuk salah satu ciri konkret dari
kekufuran. Oleh karena itu orang-orang kufur/kafir sangatlah dimurkai oleh
Allah SWT karena mereka tidak melaksanakan ketentuan- ketentuan yang telah digariskan
oleh Allah. Adapun kufur/kafir sangatlah erat kaitannya atau hubungannya dengan
keadaan-keadaan yang menyesatkan seperti syirik, nifak, murtad, tidak mau
bersyukur kepada Allah SWT, dan lain sebagainya.[1]
A.
Aliran
Khowarij
Khawarij
menetapkan dosa itu hanya satu macamnya, yaitu dosa besar agar dengan demikian
orang Islam yang tidak sejalan dengan pendiriannya dapat diperangi dan dapat
dirampas harta bendanya dengan dalih mereka berdosa dan setiap yang berdosa
adalah kafir. Mengkafirkan Ali, Utsman, orang-orang yang terlibat dalam perang
Jamal dan orang-orang yang rela terhadap tahkim dan mengkafirkan orang-orang
yang berdosa besar dan wajib berontak terhadap penguasa yang menyeleweng.
Dalam pandangan Khawarij,
iman tidak semata-mata percaya kepada Allah. Mengerjakan segala perintah
kewajiban agama juga merupakan bagian dari keimanan. Dengan demikian, siapapun
yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah dan mengakui Muhammad adalah
Rasul-Nya, tetapi tidak melaksanakan kewajiban agama dan malah melakukan
perbuatan dosa, ia dipandang kafir oleh Khawarij.
Iman menurut Kwaharij
bukanlah tashdiq. Dan iman dalam
arti mengetahui pun belumlah cukup. Menurut Abd. Al-jabbar, orang yang tahu
Tuhan tetapi melawan kepadanya, bukanlah orang yang mukmin, dengan demikian
iman bagi mereka bukanlah tashdiq, bukan pula ma’rifah tetapi amal yang timbul
sebagai akibat dari mengetahui Tuhan tegasnya iman bagi mereka adalah
pelaksanaan perintah-perintah Tuhan.
Menurut subsekte Murji’ah yang ekstrim, mereka
berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala
ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti
menggeser atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna
dalam pandangan Tuhan.
Sementara yang
dimaksud Murji’ah moderat adalah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa
besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal
didalamnya bergantung pada dosa yang dilakukannya. Ciri khas mereka lainnya adalah dimasukkannya iqrar sebagai bagian penting
dari iman, di samping tashdiq (ma’rifah).
3)
Aliran Mu'tazilah
Seluruh pemikir
Mu’tazilah sepakat bahwa amal perbuatan merupakan salah satu unsur terpenting
dalam konsep iman. Aspek penting lainnya dalam konsep Mu’tazilah tentang iman
adalah apa yang mereka identifikasikan sebagai ma’rifah (pengetahuan dan akal).
Ma’rifah menjadi unsur penting dari iman karena pandangan Mu’tazilah yang
bercorak rasional. Disini terlihat bahwa Mu’tazilah sangat menekankan
pentingnya pemikiran logis atau penggunaan akal bagi keimanan. Harun Nasution
menjelaskan bahwa menurut Mu’tazilah, segala pengetahuan dapat diperoleh dengan
perantaraan akal dan segala kewajiban dapat diketahui dengan pemikiran yang
mendalam.
Pandangan Mu’tazilah
seperti ini, menurut Toshihiko Izutsu, pakar teologi Islam asal Jepang,
menyatakan pendapatnya bahwa hal ini sarat dengan konsekuensi yang cukup fatal.
Hal ini karena hanya para mutakallim (teolog) saja yang benar-benar dapat
menjadi orang yang beriman, sedangkan masyarakat awam yang mencapai jumlah
mayoritas tidak dipandang sebagai orang yang benar-benar beriman (mukmin).
Iman adalah tashdiq di dalam hati, ikrar dengan lisan
dan dibuktikan dengan perbuatan konsep ketiga ini mengaitkan perbuatan manusia
dengan iman, karena itu, keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal
perbuatannya. Konsep ini dianut pula oleh Khawarij.
4)
Aliran Asy’ariyah
Menurut aliran ini, dijelaskan oleh Asy-Syahrastani, iman
secara esensial adalah tashdiq bil al janan (membenarkan dengan kalbu). Sedangkan
qawl dengan lesan dan melakukan berbagai kewajiban utama (amal bil arkan)
hanya merupakan furu’ (cabang-cabang) iman. Oleh sebab itu, siapa pun yang
membenarkan ke-Esaan Allah dengan kalbunya dan juga membenarkan utusan-utusan-Nya beserta apa
yang mereka bawa dari-Nya, iman secara ini merupakan sahih. Dan keimanan
seseorang tidak akan hilang kecuali ia mengingkari salah satu dari hal-hal
tersebut. Jadi Asy-Syahrastani menempatkan ketiga
unsur iman yaitu tashdiq, qawl, dan amal pada posisinya masing-masing.
5)
Maturidiyah
Dalam masalah iman,
aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah Tashdiq bi al-qalb,
bukan semata-mata iqrar bi al-lisan.
Maturidiyah Bukhara
mengembangkan pendapat yang berbeda. Al–Bazdawi menyatakan bahwa iman tidak
dapat berkurang, tetapi bisa bertambah dengan adanya ibadah-ibadah yang
dilakukan. Al–Bazdawi menegaskan hal tersebut dengan membuat analogi bahwa
ibadah-ibadah yang dilakukan berfungsi sebagai bayangan dari iman. Jika
bayangan itu hilang, esensi yang digambarkan oleh bayangan itu tidak akan
berkurang. Sebaliknya, dengan kehadiran bayang-bayang (ibadah) itu, iman justru
menjadi bertambah.
Iman adalah tashdiq dalam hati dan diikrarkan dengan lidah, dengan kata
lain, seseorang bisa disebut beriman jika ia mempercayai dalam hatinya akan
kebenaran Allah dan mengikrarkan kepercayaannya itu dengan lidah. Konsep ini
juga tidak menghubungkan iman
dengan amal perbuatan manusia. yang penting tashdiq dan ikrar
F.
HUBUNGAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN
Hubungan
iman, islam, dan ihsan bagaikan segitiga sama sisi. Hubungan antara sisi yang
satu dengan sisi yang lainnya sangat erat. Jadi orang yang taqwa ibarat
segitiga sama sisi, yang sisi-sisinya adalah iman, islam, dan ihsan. Segitiga
tersebut tidak akan terbentuk jika ketiga sisinya tidak saling mengait.
Iman itu membentuk jiwa dan watak
manusia menjadi kuat dan positif, yang akan mengejawantah dan diwujudkan dalam
bentuk perbuatan dan tingkah laku akhlakiah manusia sehari-hari adalah
didasari/diwarnai oleh apa yang dipercayainya. Kalau kepercayaannya benar dan
baik pula perbuatannya, dan begitu pula sebaliknya.
Iman yang tertanam di dada memberi
inspirasi positif kepada seseorang untuk berlaku dan beramal shaleh. Iman yang
benar membawa pribadi ke arah perubahan jiwa dan cara berpikir positif.
Perubahan jiwa tersebut merupakan suatu revolusi dan pembeharuan tentang tujuan
hidup, pandangan hidup, cita-cita, keinginan-keinginan dan kebiasaan (Yusuf
Qadlawi, 1977: 251).
Melakukan pembaruan jiwa, mengubah
pandangan dan semangat adalah hal yang berat dan sulit, karena di dalam diri
manusia terdapat berbagai keadaan dan sifat. Nafsu dan syahwat adalah dua
kekuatan yang cendrung mendorong ke arah perbuatan negatif, menyimpang dari
akal sehat dan syari’at agama. Al-Qur’an membenarkan hal itu.
Keimanan kepada keesaan Allah itu
merupakan hubungan yang semulia-mulianya antara manusia dengan penciptanya.
Oleh karena itu, mendapatkan petunjuk sehingga menjadi orang yang beriman,
adalah kenikmatan terbesar yang dimiliki oleh seseorang. Keimanan itu bukanlah
semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah saja atau semacam keyakinan
dalam hati saja. Tetapi keimanan yang sebenar-benarnya adalah merupakan suatu
akidah atau kepercayaan yang memenuhi seluruh isi hati nurani, dari situ timbul
bekas-bekas atau kesan-kesannya, seperti cahaya yang disorotkan oleh matahari.
Salah satu
kesan dari iman ialah apabila Allah dan Rasul-Nya dirasakan lebih dicintai
olehnya dari segala sesuatu yang ada. Hal ini wajib ditampakkan, baik dalam
ucapan, perbuatan dan segala gerak-geriknya dalam pergaulan maupun sewaktu
sendirian.
Dalam Al Qur’an, iman itu selalu
dikaitkan dengan amal perbuatan baik sebagai syarat bahwa iman yang
disempurnakan dengan amal baik berupa pelaksanaan rukun-rukun Islam, akan
menyebabkan manusia hidup berbahagia di dunia dan di akhiratnya. Di antaranya
dalam Al Qur’an Allah berfirman sebagai berikut:
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏHxåur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ôMtR%x. öNçlm; àM»¨Zy_ Ĩ÷ryöÏÿø9$# »wâçR ÇÊÉÐÈ tûïÏ$Î#»yz $pkÏù w tbqäóö7t $pk÷]tã ZwuqÏm ÇÊÉÑÈ
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus
menjadi tempat tinggal, Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah
dari padanya (QS. Al kahfi: 107-108)
Dari ayat ini nampak jelas bahwa
iman yang dapat membawa ke arah kebahagian adalah yang disertai dengan amal
perbuatan yang baik.
Iman adalah landasan tempat berpijak
atau sebagai tali yang menjadi tempat bergantungnya dalam kehidupan ini. Lebih
jelas lagi adalah ibarat yang diberikan oleh S. Abul ‘Ala Al Maududi tentang
iman, bahwa iman itu laksana/ibarat urat (akar) dalam kehidupan
tumbuh-tumbuhan. Dia menyatakan: “Hubungan antara Islam dengan iman adalah
laksana hubungan antara pohon dengan uratnya, demikian pulalah, mustahil
seseorang bisa menjadi muslim tanpa mempunyai iman.
Disamping
adanya hubungan antara iman, islam, dan ihsan, juga terdapat perbedaan antara
ketiganya sekaligus merupakan ciri masing-masing. Iman lebih menekankan pada
segi keyakinan didalam hati, islam merupakan sikap untuk berbuat atau beramal.
Sedangka ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Ihsan
merupakan ukuran tipis tebalnya iman dan islam seseorang.
G. PERBUATAN TUHAN
1. Aliran Mu’tazilah
Sebagai aliran kalam yang bercorak
rasional, alairan Mu’tazilah berpendapat bahwa perbuatan Tuhan hanya terbatas
pada hal-hal yang dikatakan baik. Namun tidak berarti Tuhan tidak mampu
melakukan perbuatan buruk. Tuhan tidak melakukan perbuatan buruk karena Tuhan
mengetahui dari perbuatan buruk itu. Dasar pemikiran tentang konsep keadilan
Tuhan yang berjalan sejajar dengan paham adanya batasan-batasan bagi kekuasaan
dan kehendak Tuhan, kewajiban-kewajiban itu dapat disimpulkan dalam satu hal,
yaitu kewajiban berbuat baik bagi manusia, dalam istilah Arab berbuat baik dan
terbaik bagi manusai disebut “ash-shalahwa al-aslah”. Term ini dalam golongan
teologi Islam dikenal dengan term Mu’tazilah dan yang dimaksud adalah kewajiban
Tuhan berbuat baik bahkan yang terbaik bagi manusia, hal ini memang merupakan
suatu keyakinan yang penting bagi aliran Mu’tazilah, menurut aliran Mu’tazilah
kewajiban-kewajiban Allah adalah :
a. Kewajiban tidak memberikan beban diluar kemampuan manusia.
b. Kewajiban mengirimkan Rosul.
c. Kewajiban menepati janji (al-wa’ad) dan ancaman
(al-wa’di).
2. Aliran Asy’ariah
Aliran Asy’ariah mempunyai paham
bahwa kewajiaban Tuhan berbuat baik dan terbaik bagi manusia hal ini sama
seperti apa yang dikatakan oleh aliran Mu’tazilah hal ini ditegaskan oleh
Al-Ghozali ketika mengatakan bahwa Tuhan tidak berkewajiban berbuat baik dan
terbaik bagi manusia dan demikian aliran Asy’ariah tidak menerima paham Tuhan
mempunyai kewajiban. Tuhan dapat berbuat dengan sekehendak hatiNya terhadap
makhlukNya. Sebagaimana yang
dikatan Al-Ghozali bahwa perbuatan-perbuatan Tuhan
bersifat tidak wajib (jaiz) dan tidak satupun darinya memiliki sifat wajib. Aliran
Asy’ariah berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban menepati janji dan
menjalankan ancaman yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits, dengan
kata lain yang diancam akan mendapat hukuman bukanlah semua orang, tetapi
sebagian orang yang menelan harta anak yatim piatu dan dengan interprestasi
demikianlah Al-Asy’ari mengatasi persoalan wajibnya Tuhan berbuat baik dengan
manusia.[2]
3. Aliran Maturidiyah
Mengenai perbuata Tuhan ini terdapat
perbedaan pandangan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukharo. Dalam
sejarah pertumbuhan aliran-aliran kalam
dikenal dua sub sekte aliran Maturidiyah yang berbeda pendapat, Maturidiyah
Samarkand memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan,
berpendapat bahwa perbuatan Tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja,
demikian juga pengiriman Rosul dipandang sebagai kewajiban Tuhan.
Adapun Maturidiyah Bukharo memiliki
pandangan yang sama dengan As’ariyah tentang paham bahwa Tuhan tidak mempunyai
kewajiban. Tentang pengiriman Rosul Maturidiyah Bukharo berpendapat bahwa itu
merupakan kehendak mutlak Tuhan, tidaklah bersifat wajib dan hanya bersifat
mungkin saja. Mengenai memberikan beban kepada manusia diluar batas kemampuan
manusia, aliran asy’ariyah menerimanya.[3]
H. PERBUATAN MANUSIA
Masalah perbuatan manusia bermula
dari pembahasan sederhana yang dilakukan oleh kelompok Jabariyah dan kelompok
Qodariya. Akar dari perbuatan
manusia adalah keyakinan bahwa Tuhan adalah pencipta
alam semesta termsuk di dalamnya manusia itu sendiri.[4]
1.
Aliran
Jabariyah
Dalam aliran ini dampak dua
perdebatan dalam masalah perbuatan manusia. Jabariyah Ekstrim dan Jabariyah
Moderat. Jabariyah Ekstrim mengatakan bahwa manusia tidak mampu berbuat
apa-apa, ia tidak mempunyai daya. Adapun Jabariyah Moderat, mengatakan bahwa
Tuhan menciptakan perbuatan manusia, perbuatan baik dan perbuatan buruk tetapi
manusia mempunyai peranan di dalamnya.
2.
Aliran
Qodariyah
Aliran ini mengatakan bahwa segala
tingkah laku manusia dilakukan atas kehendak sendiri, baik itu perbuatan buruk
atau perbuatran baik kerena itu ia berhak mendapat pahala atas kewajiban dan
juga berhak mendapat hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Tetapi aliran
Qodariyah berpendapat bahwa tidak pantas bagi manusia tindakan salah yang
dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.
3.
Aliran
Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah memandang manusia
memiliki daya yang besar dan bebas, oleh kerena itu Mu’tazilah menganut paham
Qodariyah, perbuatan manusia bukanlah diciptakan Tuhan pada diri manusia tetapi
manusia sendirilah yang mewujudkan perbuatannya. Dengan paham ini aliran
Mu’tazilah mengakui Tuhan
sebagai pencipta awal sedangkan manusia berperan
sebagai pihak yang beriaksi untuk mengubah bentuknya.
4. Aliran Asy’ariyah
Paham Asy’ari menyebutkan manusia
ditempatkan sebagai posisi yang lemah, oleh karena itu aliran ini lebih dekat
dengan aliran Jabariyah dari pada paham
Mu’tazilah.
5. Aliran Maturidiyah
Ada perbedaan antara Maturidiyah
Samarkand dan Maturidiyah Bukharo mengenai perbuatan manusia, kelompok pertama
lebih dekat dengan paham Mu’tazilah sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan
paham Asy’ariyah.
BAB III
PENUTUP
A .KESIMPULAN
Perbedaan antara aliran tentang
pembahasan dosa besar, iman dan kufur, pada kaum:
- Khowarij menandang orang yang tidak memtuskan
menurut apa yang dituturkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir. Dan pandangannya tentang iman kufur tidak semata-mata percaya
kapada Allah/ mengerjakan segala perintah kewajiban agama juga merupakan
bagian dari keimanan.
- Murji’ah pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir
dan keimanan terletak dalam kalbu.
- Mu’tazilah, Setiap pelaku dosa besar berada di
posisi tengah di antara posisi mukmin dan posisi kafir. Seluruh pemikir
Mu’tazilah sepakat bahwa amal perbuatan merupakan salah satu unsur
terpenting dalam kosep iman, bahkan hampir mengidentikannya dengan iman.
Asy’ariyah
tidak mengkafirkan orang-orang yang sujud ke Baitullah (ahl Al-Qiblah) walaupun
melakukan dosa besar, seperti zina dan mencuri. Menurutnya, meraka masih tetap
sebagai orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun
berbuat dosa besar. dan“………. Iman (secara esensial) adalah (membenarkan
dengan kalbu). Sedangkan ‘mengatakan’ (qawl) dengan lisan dan melakukan
berbagai kewajiban utama (amal bi al-arkan) hanyalah merupakan furu
(cabang-cabang) iman. Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan keesaan Tuhan
dengan kalbunya dan juga membenarkan utusan-utusan-Nya beserta apa yang mereka
bawah darinya, iman orang semacam itu merupakan iman yang sahih….. Dan keimanan
seorang tidak akan hilang kecuali jika ia mengingkari salah satu dari hal-hal
tersebut.
B.
SARAN
pemakalah
berharap dengan adanya makalah ini pembaca dapat menggunakannya dengan baik,
serta berguna bagi kedepannya. pemakalah juga mengharapkan masukan dari para
pembaca, guna memperbaiki dan meminimalkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan
oleh pemakalah.
DAFTAR PUSTAKA
Rozak, Abdul dan Anwar, Rosihon,
2006. Ilmu kalam. Bandung: pustaka setia.
Annur _ Definisi dosa besar.
Abdul Rozak, M.ag dan . Rosihon
Anwar, M.ag. Ilmu kalam. Hal: 133-139
..Abdul Rozak, M.ag dan . Rosihon
Anwar, M.ag. Ilmu kalam. Hal:142-151
Tidak ada komentar:
Posting Komentar