Minggu, 10 Desember 2017

PERBANDINGAN ALIRAN TENTANG IMAN ,KUFUR ,ISLAM,IHSAN,DAN PERBUATAN TUHAN SERTA PERBUATAN MANUSIA

MAKALAH
PERBANDINGAN ALIRAN TENTANG
 IMAN ,KUFUR ,ISLAM,IHSAN,DAN PERBUATAN TUHAN SERTA PERBUATAN MANUSIA
Ø DISUSUN OLEH KELOMPOK  6  : Reza Rahmatillah
Ø  JURUSAN                                           : TARBIAH
Ø  PRODY                                               : PAI / A
Ø  SEMESTER                                         : 1 ( SATU )

Ø DOSEN PEMBIMBING :  Dra.Kartini, M.A



KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI(STAIN GPA) TAHUN AJARAN 2013/2014





KATA PENGANTAR 
Puji sukur kita atas kehadirat ALLAH swt, karena dengan rahmat dan karunianya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak lupa kami mengucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman sekalian yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Pemakalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman sekalian.



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
 BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
I.1 LATAR BELAKANG............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 2
A.   Pengertian Iman............................................................................................ 2
B.   Pengertian Kufur........................................................................................... 3
C.   Pengertian Islam............................................................................................ 4
D.   Pengertian Ihsan............................................................................................ 5
E.    Perbandingan Iman Dan Kufur..................................................................... 6
F.    Hubungan Iman Islam Dan Kufur................................................................ 10
G.   Perbuatan Tuhan........................................................................................... 12
H.   Perbuatan Manusia........................................................................................ 13


BAB III PENUTUP................................................................................................. 15
III.1 Kesimpulan.............................................................................................. 15
III.2 Saran........................................................................................................ 15
III.3 Daftar Pustaka......................................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN
1.  Latar  Belakang
Persoalan kalam lain yang menjadi bahan perdebatan di antara aliran­-aliran kalam adalah masalah perbuatan Tuhan dari perbuatan manusia. Masalah ini muncul sebagai buntut dari perdebatan ulama kalam mengenai iman. Ketika sibuk menyoroti siapa yang masih dianggap beriman dan siapa yang kafir di antara pelaku tahkim, para ulama kalam kemudian mencari jawaban atas pertanyaan siapa sebenarnya yang mengeluarkan perbuatan manusia, apakah Allah sendiri? Atau manusia sendiri? Atau kerja sama antara keduanya. Masalah ini kemudian memunculkan aliran kalam fatalis (predestination) yang diwakili oleh Qadariyah dan free-will yang diwakili Qodariyah dan Maturidiyah, sedangkan aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah mengambil sikap pertengahan. Persoalan im kemudian meluas lagi dengan mempermasalahkan apakah Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu atau tidak? Apakah perbuatan Tuhan itu tidak terbatas pada hal-hal yang baik-baik saja, ataukah perbuatan Tuhan itu terbatas pada hal yang baik-baik saja, tetapi juga mencakup kepada hal-hal yang buruk?







BAB II
PEMBAHASAN
PERBANDINGAN ALIRAN TENTANG IMAN ,KUFUR ,ISLAM, IHSAN, DAN PERBUATAN TUHAN SERTA PERBUATAN MANUSIA
A.                 PENGERTIAN IMAN
Iman berarti percaya, rukun iman itu ada enam, yaitu percaya kepada Allah, kepada Malaikat-malaikat-Nya, kepada Kitab-kitab-Nya, kepada Rasu-rasul-Nya, kepada Hari Akhir/Akhirat dan percaya kepada qadha dan qadar dari Allah.
Menurut Imam Al Ghazali, yang dimaksud dengan pokok agama (iman) adalah sebagai berikut:
1.         Iman kepada Allah yang Maha Esa.
2.         Iman kepada utusan-utusan-Nya.
3.         Iman kepada Hari Akhirat.
Iman kepada Allah ialah kepercayaan yang mutlak mengakui adanya Allah yang telah mengutus Utusan-utusan-Nya. Dalam kepercayaan ini harus mengandung tiga unsur, yaitu:
1.         Diikrarkan/dinyatakan dengan lisan.
2.         Mengakui kebenaran di dalam hati, dan
3.         Dilaksanakan dengan perbuatan anggota badan.
Iman adalah kepercayaan yang meresap ke dalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan pemiliknya sehari-hari (Yusuf Qardlawi, 1977:25).
Iman terletak didalam hati sanubari. Iman adalah segala yang dibenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan itu  sudah barang tentu adalah
seluruh ajaran islam. Jika seseorang sudah mengimani sluruh ajaran islam, maka orang tersebut sudah dapat dikatakan mukmin.
Iman itu terdiri atas tiga tingkatan :
1.      Tingkatan mengenal. Pada tingkatan pertama ini seseorang baru mengenalssuatu yang diimani.
2.      Tingkat kesadaran. Pada tingkat kedua ini iman seseorang sudah lebih tinggi, karena sesuatu yang diimani disadari oeh alasan-alasan tertentu.
3.      Tingkat haqqul yaqin. Tingkat ini adalah tingkatan iman yang tertinggi. Sseorang mengimani sesuatu tidak hanya mengetahui dengan alasan-alasan tertentu, tetapi dibarengi dengan ketaatan dan berserah diri kepada Allah
Hal yang paling pokok dalam iman ialah percaya kepada Allah Yang Maha Esa dan percaya kepada para Utusan-Nya yang membawa ajaran-ajaran, wahyu dan berita dari Allah. Ini tercermin dalam lafaz syahadat yang pertama harus diucapkan atau dinyatakan oleh seseorang yang masuk Islam. Hal ini pun sesuai dengan Firman Allah sebagai berikut:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#qãBÏds)è? tû÷üt/ Äytƒ «!$# ¾Ï&Î!qßuur ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ììÏÿxœ ×LìÎ=tæ ÇÊÈ  
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka Itulah orang-orang yang benar (QS. Al Hujuraat: 15).

B. PENGERTIAN KUFUR
Kufur/kafir adalah orang yang tidak percaya/tidak beriman kepada Allah baik orang tersebut bertuhan selain Allah maupun tidak bertuhan, seperti paham komunis (ateis). Kufur ialah mengingkari Tauhid, Kenabian, Ma’ad, atau ragu terhadap kejadiannya, atau mengingkari pesan dan hukum para nabi yang sudah diketahui kedatangannya dari sisi Allah SWT. Ciri dari kekufuran adalah mengingkari secara terang-terangan terhadap suatu hukum Allah SWT yang mereka tahu tentang kebenarannya dan mereka memiliki tekad untuk memerangi agama yang hak. Dari sinilah syirik (mengingkari tauhid) termasuk salah satu ciri konkret dari kekufuran. Oleh karena itu orang-orang kufur/kafir sangatlah dimurkai oleh Allah SWT karena mereka tidak melaksanakan ketentuan- ketentuan yang telah digariskan oleh Allah. Adapun kufur/kafir sangatlah erat kaitannya atau hubungannya dengan keadaan-keadaan yang menyesatkan seperti syirik, nifak, murtad, tidak mau bersyukur kepada Allah SWT, dan lain sebagainya.
C.                PENGERTIAN ISLAM
Arti kata islam itu ialah “tunduk” dan patuh kepada perintah orang yang memberi perintah dan kepada larangannya tanpa membantah”. Agama kita telah diberi nama Islam, karena ia berarti taat kepada Allah dan tunduk kepada perintah-Nya tanpa membantah. Islam adalah agama yang mengajarkan agar manusia berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah.
Ajaran islam memang harus diyakini kebenaranya. Allah swt. telah menjamin kebenaran tersebut sebagaimana firman-Nya :
¨bÎ) šúïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# ÇÊÒÈ  
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam……(Q.S. Ali Imran : 19)
Segala sesuatu yang ada di dalam alam ini, tunduk kepada suatu peraturan tertentu dan kepada undang-undang tertentu. Matahari, bulan dan bintang-bintang semua tunduk kepada suatu peraturan yang tetap, tidak dapat bergeser atau menyeleweng dari padanya meskipun seujung rambut.

D.                PENGERTIAN IHSAN
Ihsan artinya berbuat baik. Ihsan adalah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah swt. Dengan dilandasi kesadaran dan keikhlasan. Berbakti kepada Allah yakni berbuat sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri, sesama manusia, maupun untuk makhluk lain. Semua perbuatan itu dilakukan semata-mata karena Allah swt, seolah-olah orang yang melakukan perbuatan itu sedang berhadapan dengan Allah.
Ihsan ada empat macam, yaitu :
1.        Ihsan terhadap Allah, yakni menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
2.        Ihsan terhadap diri sendiri, yakni mengerjakan segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi diri sndiri dan menghindari semua perbuatan yang mendatangkan kecelakaan atau kerugian kepada diri sendiri
3.        Ihsan terhadap sesama manusia, yakni berbuat baik kepada saudara, tetangga, kerabat, maupun seagama
4.        Ihsan terhadap makhluk lain (alam lingkungan), yakni berbuat baik atau memelihara alam lingkungan agar tetap lestari dan tidak punah.
Iman yang kuat, akan mengokohkan islam yang ada dijiwa dan akan melahirkan perbuatan ihsan yang langsung terpancar dari Nur Ilahi.

E.                 PERBANDINGAN IMAN DAN KUFUR
kufur/kafir adalah orang yang tidak percaya/tidak beriman kepada Allah baik orang tersebut bertuhan selain Allah maupun tidak bertuhan, seperti paham komunis (ateis). Kufur ialah mengingkari Tauhid, Kenabian, Ma’ad, atau ragu terhadap kejadiannya, atau mengingkari pesan dan hukum para nabi yang sudah diketahui kedatangannya dari sisi Allah SWT. Ciri dari kekufuran adalah mengingkari secara terang-terangan terhadap suatu hukum Allah SWT yang mereka tahu tentang kebenarannya dan mereka memiliki tekad untuk memerangi agama yang hak. Dari sinilah syirik (mengingkari tauhid) termasuk salah satu ciri konkret dari kekufuran. Oleh karena itu orang-orang kufur/kafir sangatlah dimurkai oleh Allah SWT karena mereka tidak melaksanakan ketentuan- ketentuan yang telah digariskan oleh Allah. Adapun kufur/kafir sangatlah erat kaitannya atau hubungannya dengan keadaan-keadaan yang menyesatkan seperti syirik, nifak, murtad, tidak mau bersyukur kepada Allah SWT, dan lain sebagainya.[1]
A.                Aliran Khowarij
Khawarij menetapkan dosa itu hanya satu macamnya, yaitu dosa besar agar dengan demikian orang Islam yang tidak sejalan dengan pendiriannya dapat diperangi dan dapat dirampas harta bendanya dengan dalih mereka berdosa dan setiap yang berdosa adalah kafir. Mengkafirkan Ali, Utsman, orang-orang yang terlibat dalam perang Jamal dan orang-orang yang rela terhadap tahkim dan mengkafirkan orang-orang yang berdosa besar dan wajib berontak terhadap penguasa yang menyeleweng.
Dalam pandangan Khawarij, iman tidak semata-mata percaya kepada Allah. Mengerjakan segala perintah kewajiban agama juga merupakan bagian dari keimanan. Dengan demikian, siapapun yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah dan mengakui Muhammad adalah Rasul-Nya, tetapi tidak melaksanakan kewajiban agama dan malah melakukan perbuatan dosa, ia dipandang kafir oleh Khawarij.
Iman menurut Kwaharij bukanlah tashdiq. Dan iman dalam arti mengetahui pun belumlah cukup. Menurut Abd. Al-jabbar, orang yang tahu Tuhan tetapi melawan kepadanya, bukanlah orang yang mukmin, dengan demikian iman bagi mereka bukanlah tashdiq, bukan pula ma’rifah tetapi amal yang timbul sebagai akibat dari mengetahui Tuhan tegasnya iman bagi mereka adalah pelaksanaan perintah-perintah Tuhan.

2)      Aliran Murji’ah

Menurut subsekte Murji’ah yang ekstrim, mereka berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna dalam pandangan Tuhan.
Sementara yang dimaksud Murji’ah moderat adalah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya bergantung pada dosa yang dilakukannya. Ciri khas mereka lainnya adalah dimasukkannya iqrar sebagai bagian penting dari iman, di samping tashdiq (ma’rifah).

3)      Aliran Mu'tazilah

Seluruh pemikir Mu’tazilah sepakat bahwa amal perbuatan merupakan salah satu unsur terpenting dalam konsep iman. Aspek penting lainnya dalam konsep Mu’tazilah tentang iman adalah apa yang mereka identifikasikan sebagai ma’rifah (pengetahuan dan akal). Ma’rifah menjadi unsur penting dari iman karena pandangan Mu’tazilah yang bercorak rasional. Disini terlihat bahwa Mu’tazilah sangat menekankan pentingnya pemikiran logis atau penggunaan akal bagi keimanan. Harun Nasution menjelaskan bahwa menurut Mu’tazilah, segala pengetahuan dapat diperoleh dengan perantaraan akal dan segala kewajiban dapat diketahui dengan pemikiran yang mendalam.
Pandangan Mu’tazilah seperti ini, menurut Toshihiko Izutsu, pakar teologi Islam asal Jepang, menyatakan pendapatnya bahwa hal ini sarat dengan konsekuensi yang cukup fatal. Hal ini karena hanya para mutakallim (teolog) saja yang benar-benar dapat menjadi orang yang beriman, sedangkan masyarakat awam yang mencapai jumlah mayoritas tidak dipandang sebagai orang yang benar-benar beriman (mukmin).

Iman adalah tashdiq di dalam hati, ikrar dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan konsep ketiga ini mengaitkan perbuatan manusia dengan iman, karena itu, keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Konsep ini dianut pula oleh Khawarij.

4)      Aliran Asy’ariyah

Menurut aliran ini, dijelaskan oleh Asy-Syahrastani, iman secara esensial adalah tashdiq bil al janan (membenarkan dengan kalbu). Sedangkan qawl dengan lesan dan melakukan berbagai kewajiban utama (amal bil arkan) hanya merupakan furu’ (cabang-cabang) iman. Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan ke-Esaan Allah dengan kalbunya dan juga membenarkan utusan-utusan-Nya beserta apa yang mereka bawa dari-Nya, iman secara ini merupakan sahih. Dan keimanan seseorang tidak akan hilang kecuali ia mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut. Jadi Asy-Syahrastani menempatkan ketiga unsur iman yaitu tashdiq, qawl, dan amal pada posisinya masing-masing.

5)      Maturidiyah

Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah Tashdiq bi al-qalb, bukan semata-mata iqrar bi al-lisan.
Maturidiyah Bukhara mengembangkan pendapat yang berbeda. Al–Bazdawi menyatakan bahwa iman tidak dapat berkurang, tetapi bisa bertambah dengan adanya ibadah-ibadah yang dilakukan. Al–Bazdawi menegaskan hal tersebut dengan membuat analogi bahwa ibadah-ibadah yang dilakukan berfungsi sebagai bayangan dari iman. Jika bayangan itu hilang, esensi yang digambarkan oleh bayangan itu tidak akan berkurang. Sebaliknya, dengan kehadiran bayang-bayang (ibadah) itu, iman justru menjadi bertambah.
Iman adalah tashdiq dalam hati dan diikrarkan dengan lidah, dengan kata lain, seseorang bisa disebut beriman jika ia mempercayai dalam hatinya akan kebenaran Allah dan mengikrarkan kepercayaannya itu dengan lidah. Konsep ini
juga tidak menghubungkan iman dengan amal perbuatan manusia. yang penting tashdiq dan ikrar
F.                 HUBUNGAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN
Hubungan iman, islam, dan ihsan bagaikan segitiga sama sisi. Hubungan antara sisi yang satu dengan sisi yang lainnya sangat erat. Jadi orang yang taqwa ibarat segitiga sama sisi, yang sisi-sisinya adalah iman, islam, dan ihsan. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk jika ketiga sisinya tidak saling mengait.
Iman itu membentuk jiwa dan watak manusia menjadi kuat dan positif, yang akan mengejawantah dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku akhlakiah manusia sehari-hari adalah didasari/diwarnai oleh apa yang dipercayainya. Kalau kepercayaannya benar dan baik pula perbuatannya, dan begitu pula sebaliknya.
Iman yang tertanam di dada memberi inspirasi positif kepada seseorang untuk berlaku dan beramal shaleh. Iman yang benar membawa pribadi ke arah perubahan jiwa dan cara berpikir positif. Perubahan jiwa tersebut merupakan suatu revolusi dan pembeharuan tentang tujuan hidup, pandangan hidup, cita-cita, keinginan-keinginan dan kebiasaan (Yusuf Qadlawi, 1977: 251).
Melakukan pembaruan jiwa, mengubah pandangan dan semangat adalah hal yang berat dan sulit, karena di dalam diri manusia terdapat berbagai keadaan dan sifat. Nafsu dan syahwat adalah dua kekuatan yang cendrung mendorong ke arah perbuatan negatif, menyimpang dari akal sehat dan syari’at agama. Al-Qur’an membenarkan hal itu.
Keimanan kepada keesaan Allah itu merupakan hubungan yang semulia-mulianya antara manusia dengan penciptanya. Oleh karena itu, mendapatkan petunjuk sehingga menjadi orang yang beriman, adalah kenikmatan terbesar yang dimiliki oleh seseorang. Keimanan itu bukanlah semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah saja atau semacam keyakinan dalam hati saja. Tetapi keimanan yang sebenar-benarnya adalah merupakan suatu akidah atau kepercayaan yang memenuhi seluruh isi hati nurani, dari situ timbul bekas-bekas atau kesan-kesannya, seperti cahaya yang disorotkan oleh matahari.
Salah satu kesan dari iman ialah apabila Allah dan Rasul-Nya dirasakan lebih dicintai olehnya dari segala sesuatu yang ada. Hal ini wajib ditampakkan, baik dalam ucapan, perbuatan dan segala gerak-geriknya dalam pergaulan maupun sewaktu sendirian.
Dalam Al Qur’an, iman itu selalu dikaitkan dengan amal perbuatan baik sebagai syarat bahwa iman yang disempurnakan dengan amal baik berupa pelaksanaan rukun-rukun Islam, akan menyebabkan manusia hidup berbahagia di dunia dan di akhiratnya. Di antaranya dalam Al Qur’an Allah berfirman sebagai berikut:
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏHxåur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ôMtR%x. öNçlm; àM»¨Zy_ Ĩ÷ryŠöÏÿø9$# »wâçR ÇÊÉÐÈ   tûïÏ$Î#»yz $pkŽÏù Ÿw tbqäóö7tƒ $pk÷]tã ZwuqÏm ÇÊÉÑÈ 
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya (QS. Al kahfi: 107-108)
Dari ayat ini nampak jelas bahwa iman yang dapat membawa ke arah kebahagian adalah yang disertai dengan amal perbuatan yang baik.
Iman adalah landasan tempat berpijak atau sebagai tali yang menjadi tempat bergantungnya dalam kehidupan ini. Lebih jelas lagi adalah ibarat yang diberikan oleh S. Abul ‘Ala Al Maududi tentang iman, bahwa iman itu laksana/ibarat urat (akar) dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan. Dia menyatakan: “Hubungan antara Islam dengan iman adalah laksana hubungan antara pohon dengan uratnya, demikian pulalah, mustahil seseorang bisa menjadi muslim tanpa mempunyai iman.
Disamping adanya hubungan antara iman, islam, dan ihsan, juga terdapat perbedaan antara ketiganya sekaligus merupakan ciri masing-masing. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan didalam hati, islam merupakan sikap untuk berbuat atau beramal. Sedangka ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Ihsan merupakan ukuran tipis tebalnya iman dan islam seseorang.

G. PERBUATAN TUHAN
1. Aliran Mu’tazilah

Sebagai aliran kalam yang bercorak rasional, alairan Mu’tazilah berpendapat bahwa perbuatan Tuhan hanya terbatas pada hal-hal yang dikatakan baik. Namun tidak berarti Tuhan tidak mampu melakukan perbuatan buruk. Tuhan tidak melakukan perbuatan buruk karena Tuhan mengetahui dari perbuatan buruk itu. Dasar pemikiran tentang konsep keadilan Tuhan yang berjalan sejajar dengan paham adanya batasan-batasan bagi kekuasaan dan kehendak Tuhan, kewajiban-kewajiban itu dapat disimpulkan dalam satu hal, yaitu kewajiban berbuat baik bagi manusia, dalam istilah Arab berbuat baik dan terbaik bagi manusai disebut “ash-shalahwa al-aslah”. Term ini dalam golongan teologi Islam dikenal dengan term Mu’tazilah dan yang dimaksud adalah kewajiban Tuhan berbuat baik bahkan yang terbaik bagi manusia, hal ini memang merupakan suatu keyakinan yang penting bagi aliran Mu’tazilah, menurut aliran Mu’tazilah kewajiban-kewajiban Allah adalah :
a. Kewajiban tidak memberikan beban diluar kemampuan manusia.
b. Kewajiban mengirimkan Rosul.
c. Kewajiban menepati janji (al-wa’ad) dan ancaman (al-wa’di).

2. Aliran Asy’ariah

Aliran Asy’ariah mempunyai paham bahwa kewajiaban Tuhan berbuat baik dan terbaik bagi manusia hal ini sama seperti apa yang dikatakan oleh aliran Mu’tazilah hal ini ditegaskan oleh Al-Ghozali ketika mengatakan bahwa Tuhan tidak berkewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia dan demikian aliran Asy’ariah tidak menerima paham Tuhan mempunyai kewajiban. Tuhan dapat berbuat dengan sekehendak hatiNya terhadap makhlukNya. Sebagaimana yang
dikatan Al-Ghozali bahwa perbuatan-perbuatan Tuhan bersifat tidak wajib (jaiz) dan tidak satupun darinya memiliki sifat wajib. Aliran Asy’ariah berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban menepati janji dan menjalankan ancaman yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits, dengan kata lain yang diancam akan mendapat hukuman bukanlah semua orang, tetapi sebagian orang yang menelan harta anak yatim piatu dan dengan interprestasi demikianlah Al-Asy’ari mengatasi persoalan wajibnya Tuhan berbuat baik dengan manusia.[2]

3. Aliran Maturidiyah

Mengenai perbuata Tuhan ini terdapat perbedaan pandangan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukharo. Dalam sejarah pertumbuhan  aliran-aliran kalam dikenal dua sub sekte aliran Maturidiyah yang berbeda pendapat, Maturidiyah Samarkand memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, berpendapat bahwa perbuatan Tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja, demikian juga pengiriman Rosul dipandang sebagai kewajiban Tuhan.
Adapun Maturidiyah Bukharo memiliki pandangan yang sama dengan As’ariyah tentang paham bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban. Tentang pengiriman Rosul Maturidiyah Bukharo berpendapat bahwa itu merupakan kehendak mutlak Tuhan, tidaklah bersifat wajib dan hanya bersifat mungkin saja. Mengenai memberikan beban kepada manusia diluar batas kemampuan manusia, aliran asy’ariyah menerimanya.[3]

H. PERBUATAN MANUSIA

Masalah perbuatan manusia bermula dari pembahasan sederhana yang dilakukan oleh kelompok Jabariyah dan kelompok Qodariya. Akar dari perbuatan
manusia adalah keyakinan bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta termsuk di dalamnya manusia itu sendiri.[4]

1.      Aliran Jabariyah
Dalam aliran ini dampak dua perdebatan dalam masalah perbuatan manusia. Jabariyah Ekstrim dan Jabariyah Moderat. Jabariyah Ekstrim mengatakan bahwa manusia tidak mampu berbuat apa-apa, ia tidak mempunyai daya. Adapun Jabariyah Moderat, mengatakan bahwa Tuhan menciptakan perbuatan manusia, perbuatan baik dan perbuatan buruk tetapi manusia mempunyai peranan di dalamnya.

2.      Aliran Qodariyah
Aliran ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendak sendiri, baik itu perbuatan buruk atau perbuatran baik kerena itu ia berhak mendapat pahala atas kewajiban dan juga berhak mendapat hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Tetapi aliran Qodariyah berpendapat bahwa tidak pantas bagi manusia tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.

3.      Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah memandang manusia memiliki daya yang besar dan bebas, oleh kerena itu Mu’tazilah menganut paham Qodariyah, perbuatan manusia bukanlah diciptakan Tuhan pada diri manusia tetapi manusia sendirilah yang mewujudkan perbuatannya. Dengan paham ini aliran Mu’tazilah mengakui Tuhan
sebagai pencipta awal sedangkan manusia berperan sebagai pihak yang beriaksi untuk mengubah bentuknya.

4. Aliran Asy’ariyah

            Paham Asy’ari menyebutkan manusia ditempatkan sebagai posisi yang lemah, oleh karena itu aliran ini lebih dekat dengan aliran Jabariyah dari pada  paham Mu’tazilah.

5. Aliran Maturidiyah

Ada perbedaan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukharo mengenai perbuatan manusia, kelompok pertama lebih dekat dengan paham Mu’tazilah sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan paham Asy’ariyah.









BAB III
PENUTUP
A .KESIMPULAN
Perbedaan antara aliran tentang pembahasan dosa besar, iman dan kufur, pada kaum:
  • Khowarij menandang orang yang tidak memtuskan menurut apa yang dituturkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. Dan pandangannya tentang iman kufur tidak semata-mata percaya kapada Allah/ mengerjakan segala perintah kewajiban agama juga merupakan bagian dari keimanan.
  • Murji’ah pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir dan keimanan terletak dalam kalbu.
  • Mu’tazilah, Setiap pelaku dosa besar berada di posisi tengah di antara posisi mukmin dan posisi kafir. Seluruh pemikir Mu’tazilah sepakat bahwa amal perbuatan merupakan salah satu unsur terpenting dalam kosep iman, bahkan hampir mengidentikannya dengan iman.
Asy’ariyah tidak mengkafirkan orang-orang yang sujud ke Baitullah (ahl Al-Qiblah) walaupun melakukan dosa besar, seperti zina dan mencuri. Menurutnya, meraka masih tetap sebagai orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat dosa besar. dan“………. Iman (secara esensial) adalah   (membenarkan dengan kalbu). Sedangkan ‘mengatakan’ (qawl) dengan lisan dan melakukan berbagai kewajiban utama (amal bi al-arkan) hanyalah merupakan furu (cabang-cabang) iman. Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan keesaan Tuhan dengan kalbunya dan juga membenarkan utusan-utusan-Nya beserta apa yang mereka bawah darinya, iman orang semacam itu merupakan iman yang sahih….. Dan keimanan seorang tidak akan hilang kecuali jika ia mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut.
B.   SARAN
pemakalah berharap dengan adanya makalah ini pembaca dapat menggunakannya dengan baik, serta berguna bagi kedepannya. pemakalah juga mengharapkan masukan dari para pembaca, guna memperbaiki dan meminimalkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pemakalah.

  
DAFTAR PUSTAKA

Rozak, Abdul dan Anwar, Rosihon, 2006. Ilmu kalam. Bandung: pustaka setia.
Annur _ Definisi dosa besar.
Abdul Rozak, M.ag dan . Rosihon Anwar, M.ag. Ilmu kalam. Hal: 133-139
..Abdul Rozak, M.ag dan . Rosihon Anwar, M.ag. Ilmu kalam. Hal:142-151



[1] Annur _ Definisi dosa besar.

[2] DR.Abdul Rozak, M.ag dan DR. Rosihon Anwar, M.ag. Ilmu kalam. Hal: 133-139

[3].Abdul Rozak, M.ag dan . Rosihon Anwar, M.ag. Ilmu kalam. Hal: 133-139
[4] Rozak, Abdul dan Anwar, Rosihon, 2006. Ilmu kalam. Bandung: pustaka setia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar