Memenuhu Tugas
Makalah
PENGKODIFIKASIAN
HADITS
Di Susun
Oleh Kelompok : 3
:
REZA RAHMATILLAH
Dosen Pembimbing : SITI AISAH,
S.Pd, I, M.A
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI
GAJAH PUTIH
TAKENGON
ACEH TENGAH , ACEH
Dalam Sejarah Penghimpunan Dan Kodifikasi
Hadis Mengalami Perkembangan Yang Agak Lamban Dan Bertahap Dibandingkan
Perkembangan Kodifikasi Alquran. Hal Ini Wajar Saja Karena Alquran Pada Masa
Nabi Sudah Tercatat Seluruhnya Sekalipun Sangat Sederhana, Dan Mulai Di Bukukan
Pada Masa Abu Bakar Khalifah Pertama Dari Khulafa Ar-Rasyidin Sekalipun Penyempurnaanya Di
Lakukan Pada Masa Utsman Bin Affan Yang Disebut Dengan Tulisan Utsmani(Khathth
Utsmani). Sedangkan Penulisan Hadis Pada
Masa Nabi Secara Umum Justru Malah Dilarang.Masa Pembukuanya Pun
Terlambat Sampai Pada Masa Abad Ke 2
Hijriyahdan Mengalami Kejayaan Pada Abad Ke 3 Hijriyah. Perkembangan Penghimpunan Dan Pengkodifikasian Hadis Disini Dibagi Menjadi 5 Periode Yaitu Periode
Nabi Muhammad SAW, Periode Sahabat,Periode Tabi’in,Periode Tabi’ Tabi’in Dan Periode
Setelah Tabi’ Tabi’in. Mari Kita Bahas Perkembangannya Dari Periode Ke Periode.
A.Periode Nabi Muhammad SAW(13 Sh-11 H)
Nabi Dalam Melaksanakan Tugas Sucinya
Yakni Sebagai Rasul Berdakwah, Menyampaikan Dan Mengajarkan Risalah Islamiah
Kepada Umatnya.Nabi Sebagai Sumber Hadis Menjadi Figur Sentral Yang Mendapatkan Perhatian Para Sahabat. Segala Aktifitas
Beliau Seperti Perkataan, Perbuatan ,Dan Segala Keputusan Beliau Diingat Dan
Disampaikan Kepada Sahabat Lain Yang
Tidak Menyaksikanya ,Karena Tidak Seluruh Sahabat Hadir Dapat Hadir Di
Majlis Nabi Dan Tidak Seleruhnya Selalu Menemani Beliau.
Bagi Mereka Yang Hadir Dan Mendapatkan
Hadis Dari Beliau Berkewajiban Menyampaikan Apa Yang Dilihat Dan Apa Yang Di
Dengar Dari Rasulullah Baik Ayat-Ayat Alquran Maupun Hadis-Hadis Dari Rasulullah.
Mereka Sangat Antusias Dan Patuh Pada Perintah-Perintah Nabi SAW Dengan Sabda
Beliau:
Sampaikan
Dari Padaku Walaupun Satu Ayat.(HR. Al-Bukhari,Ahmad,Dan At-Tirmidzi Dari Ibnu Umar
Perhatian Sahabat Terhadap Hadis Sangat
Tinggi Terutama Di Berbagai Majlis Nabi Atau Tempat Untuk Menyampaikan Risalah
Islamiyah Seperti Di Masjid, Halaqah Ilmu, Dan Di Berbagai Tempat Yang Di
Janjikan Oleh Rasulullah. Mereka Berkewajiban Menghadiri Tempat-Tempat Itu
Untuk Menerima Petunjuk Dan Pelajaran Dari Hadis Beliau.
Hadis
Pada Waktu Itu Pada Umumnya Hanya Diingat Dan Dihapal Oleh Mereka Tidak Di
Tulis Seperti Alquran Ketika Disampaikan Nabi,Karena Situasi Dan Kondisi Yang
Tidak Memungkinkan. Dr.Mushthafa As-Siba’i
Menyampaikan Beberapa Alas An Di Antaranya:
1. Alquran
Masih Turun Kepada Nabi Muhammad SAW Dan Kondisi Penulisannya Masih Sangat Sederhana Di Tulis Di
Atas Pelepah Kurma,Kulit,Tulang Binatang, Dan Batu-Batuan Dan Belum Di
Bukukan.(Alquran Dibukukan Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq Dan Umar Bin Al-Khathab)
2. Kemampuan
Tulis Menulis Bagi Para Sahabat Pada Awal Islam Masih Sangat Langka Dapat Di
Hitung Dengan Jari Dan Mereka Sudah Difungsikan Sebagai Penulis Wahyu Alquran.
3. Inggatan
Orang-Orang Arab Yang Bersifat Ummi (Tidak Bias Baca Tulis) Sangat Kuat Dan
Diandalkan Rasul Untuk Mengingat Hadis.
Dalam
Pemeliharaan Hadis Nabi Mengandalkan Hapalan Para Sahabat Yang Pada Umumnya
Mereka Memiliki Daya Ingat Dan Daya Hapal Yang Kuat.Hadis Cukup Diingat Oleh
Para Sahabat Dan Di Simpan Dalam Dada Mereka Sedangkan Alquran Disimpan Dalam
Tulisan Dan Dalam Dada Mereka
Sekaligus.Kecuali Bagi Mereka Yang Kurang Kuat Hapalanya Atau Memiliki Kecakapan
Tulis-Menulis Atau Bagus Tulisanya Tidak Ada Kekhawatiran Tercampur Antara
Tulisan Keduanya,Maka Di Perbolehkan Menulis Hadis.
B. Periode Sahabat (12 - 98 H)
Setelah Nabi Muhammad SAW Wafat Para Sahabat Belum Memikirkan
Penghimpunan Dan Pengkodifikasian Hadis, Karena Banyak Problem Yang Dihadapi,Di Antaranya Timbulnya Kelompok
Orang Yang Murtad,Timbulnya Peperangan Sehingga Banyak Penghapal Alquran Yang
Gugur Dan Konsentrasi Mereka Bersama Abu Bakar Dalam Membukukan Alquran.Demikian
Juga Kasus Lain Kondisi Orang-Orang Asing/Non Arab Yang Masuk Islam Yang Tidak
Paham Bahasa Arab Secara Baik Sehingga Dikhawatirkan Tidak Bias Membedakan Alquran
Dan Hadis.Abu Bakar Pernah Berkeingginan Membukukan Sunnah Tetapi Di
Gagalkan Karena Khawatir Terjadi Fitnah
Di Tangan Orang-Orang Yang Tidak Dapat Di Percaya.
Umar Bin Al-Khathab Pernah Ingin Mencoba Menghimpunnya Tetapi Setelah
Bermusyawarah Dan Beristikharah Selama Satu Bulan Beliau Berkata:
Sesungguhnya Aku Punya Hasrat Menulis
Sunnah,Aku Telah Menyebutkan Suatu Kaum Sebelum Kalian Yang Menuliskan Beberapa
Buku Kemudian Mereka Sibuk Dengannya Dan Meninggalkan Kitab Allah. Demi Allah Sesungguhnya
Aku Tidak Akan Mencampuradukkan Kitab Allah Dengan Sesuatu Yang Lain Selamanya.
Kekhawatiran Umar Bin Al-Khathab Dalam Pembukuan Hadis Adalah
Tasyabbuh/Menyerupai Dengan Ahli Kitab
Yakni Yahudi Dengan Nasrani Yang Meninggalkan Kitab Allah Menggantikanya
Dengan Kalam Mereka Dan Menempatkan Biografi Para Nabi Mereka Di Dalam Kitab
Mereka.Umar Khawatir Umat Islam Meninggalkan Alquran Dan Hanya Membaca Hadis.
Hukum Kebolehan Menulis Hadis Terjadi
Secara Berangsur-Angsur(At-Tadarruj). Pada Saat Wahyu Turun, Umat Islam
Menghabiskan Waktunya Untuk Menghapal Dan Menulis Alquran. Sunnah Hanya
Disimpan Dalam Dada Mereka,Di Sampaikan Dari Lisan Ke Lisan Dan Dipraktikkan
Kehidupan Mereka Sesuai Dengan Apa Yang Mereka Lihat Dan Mereka Dengar Dari
Panutan Yang Mulia Yaitu Nabi SAW.
Kemudian Ketika Alquran Dapat Di
Pelihara Dengan Baik,Mereka Telah Mampu Membedakanya Dengan Catatan Sunnah, Dan
Tidak Ada Kekhwatiran Meniggalkan Alquran, Para Ulama Sepakat Bolehnya
Penulisan Dan Pengkodifikasian Sunnah. Pada Masa Ali, Timbul Perpecahan Di
Kalangan Umat Islam Akibat Konflik Politik Antara Pendukung Ali Dan Mu’awiyah. Umat
Islam Trpecah Menjadi Tiga Golongan:
1.
Khawarij, Golongan Pembrontak Yang Tidak Setuju Dengan
Perdamaian(Tahkim) Dua Kelompok Yang
Bertikai. Kelompok Ini Semula Menjadi Pendukung Ali, Tetapi Kemudian Mereka
Keluar (Khawarij) Jamak Dari Kharij Artinya Keluar) Dari Dukungannya Terhadap Ali
Karena Ali Menyetujui Perdamaian.
2.
Syiah, Pendukung Setia Terhapad Ali, Di Antara Mereka Fanatik Dan
Terjadi Pengkultusan Terhadap Ali.
3.
Jumhur Muslimin, Di Antara Mereka Ada Yang Mendukung Pemerintahan Ali, Ada
Yang Mendukung Pemerintahan Mu’awiyah, Dan Ada Pula Yang Netral Tidak Mau
Melibatkan Diri Dalam Kancah Konflik.
C. Periode Tabi’in
Pada Masa Abad Ini Disebut Masa Pengkodifikasian Hadis(Al-Jam’u Wa
Attadwin). Khalifah Umar Bin Abdul Aziz(99-101 H) Yakni Yang Hidup Pada Akhir
Abad 1 H Menganggap Perlu Adanya Penghimpunan Dan Pembukuan Hadis, Karena
Beliau Khawatir Lenyapnya Ajaran-Ajaran Nabi Setelah Wafatnya Para Ulama Baik
Di Kalangan Sahabat Maupun Tabi’in.
Maka
Beliau Intruksikan Kepada Para Gubernur Di Seluruh Wilayah Negeri Islam Agar
Para Ulama Dan Ahli Ilmu Penghimpun Dan Membukukan Hadis
Lihatlah Hadis Rasulullah Kemudian
Himpunlah Ia.
Demikian Juga Surat Khalifah Yang Di
Kirim Kepada Ibn Hazm(W.117 H):
Tulislah Kepadaku Apa Yang Tetap Padamu
Dari Pada Hadis Rasulullah,
Sesungguhnya Aku Khawatir Hilangnya Ilmu Dan Wafatnya Para Ulama.
Kemudian Aktifitas Penghimpunan Dan Pengkodifikasian Hadis Tersebar Di Berbagai Negeri Islam Pada
Abad Ke 2 H Diantaranya Adalah Abdullah Bin Abdul Aziz Bin Juraij (W.150 H) Di
Mekah, Ibnu Ishak (W.151 H) Di Mekah, Abdurahman Abu Amr Al-Auza’I (W.156 H) Di
Syira , Sufyan Ats-Tsauri (W.161 H) Di Kufah, Imam Malik Bin Anas (W.179 H) Di Madinah,Ar-Rabi’ Bin Shahih(W.160
H) Di Basrah Dan Lain-Lain.
Kitab-Kitab Hadis Pada Masa Ini Tidak
Sampai Kepada Kita Kecuali Di Antaranya Al-Muwathata’ Yang Ditulis Oleh Imam
Malik Dan Musnad Asysyafi’I Di Tulis
Oleh Imam Asy-Syafi’i.
Teknik
Pembukuan Hadis Pada Periode Ini Sebagaimana Disebutkan Pada Nama-Nama Buku-Buku
Tersebut Yaitu Al-Mushannaf,
Al-Muwaththa’, Dan Musnad,. Arti Dari Istilah-Istilah Ini Adalah:
1. AL-Mushannaf
Dalam Bahasa Di Artikan Sesuatu Yang Tersusun.Dalam Istilah Yaitu Teknik
Pembukuan Hadis Yang Didasarakn Pada Klasifikasi Hukum Fikih Dan Di Dalamnya
Mencantumkam Hadis Marfu’,Mawquf, Dan Maqthu’.Misalnya, Al-Mushannaf Oleh Abdul-Razzaq
Bin Hammam Ash-Shan’ani,
2. Al-Muwaththa’
Dalam Bahasa Diartikan Sesuatu Yang Dimudahkan.Dalam Istilah Al-Muwathta’
Diartiakn Sama Dengan Mushannaf Yaitu
Teknik Pembukuan Hadis Yang Didasarkan Pada Klasifikasi Hukum Fikih Dan
Didalamnya Mencantumkan Hadis Marfu’, Mawquf, Dan Maqthu’. Misalnya,Al-Muwaththa’
Imam Malik (W.179 H) Dan Al-Muwaththa’ Ibn Dzi’ib Al-Marwazi (W.158 H)
3. Musnad
Dalam Bahasa Tempat Sandaran Sedangkan Dalam Istilah Adalah Pembukuan Hadis
Yang Didasarkan Pada Nama Para Sahabat
Yang Meriwayatkan Hadis Tersebut, Seperti Musnad Asy-Syafi’i. Berarti Hadis-Hadis
Yang Dihimpun Asy Syafi’i Sistematikanya Disandarkan Atau Didasarkan Nama Para
Sahabat Yang Meriwayatkannya.
Tulisan-Tulisan
Hadis Pada Masa Awal Sangat Penting Sebagai Dokumentasi Ilmiah Dalam
Sejarah,Sebagai Bukti Adanya Penulisan Hadis Sejak Zaman Rasulullah, Sampai
Dengan Masa Pengkodifikasian Resmi Dari Umar Bin Abdul Aziz, Bahkan Sampai Pada
Masa Sekarang.
D. Periode Tabi’ Tabi’in
Periode Tabi’ Tabi’in Artinya Periode
Pengikut Tabi’in Yakni Pada Abad III H Yang
Disebut Ulama Dahulu/Salaf/Mutaqaddimin. Sedangkan Ulama Pada Abad Berikutnya
Abad Ke 4 H Dan Setelahnya Disebut Ulama Belakangan/Khalaf/Muta’akhirin. Pada Periode
Abad Ke 3 H Ini Disebut Masa Kejayaan Sunnah
(Min Ushur Al-Izdihar) Atau Disebut Masa Kemasaan Sunnah(Min AL-Ushur
Adz-Dzhabiyah), Karena Pada Masa Ini Kegiatan Rihlah Mencari Ilmu Dan Sunnah
Serta Pembukuannya Mengalami Puncak Keberhasialan Yang Luar Biasa.
Seolah-Olah
Pada Periode Ini Seluruh Hadis Telah Terhimpun Semuanya Dan Pada Abad
Berikutnya Tidak Mengalami Perkembangan Yang Signifikan.
Periode
Ini Nasa Yang Paling Sukses Dalam Pembukuan Hadis,Sebab Pada Masa Ini Ulama
Hadis Telah Berhasil Memisahkan Hadis Nabi SAW Dari Yang Bukan Hadis Atau Dari Hadis
Nabi Dari Perkataan Sahabat Dan Fatwanya Dan Telah Berhasil Pula Mengadakan
Filterisasi (Penyaringan ) Yang Sangat Teliti Apa Saja Yang Di Katakana Nabi,
Sehingga Telah Dapat Dipisahkan Mana Hadis Yang Shahih Dan Mana Yang Bukan
Shahih. Seolah-Olah Pada Abad Ini Hamper Seluruh Hadis Telah Terhimpun Ke Dalam
Buku,Hanya Sebagian Kecil Saja Dari Hadis Yang Terhimpun. Dan Yang Pertama Kali
Berhasil Mebukukan Hadis Shahih Saja Adalah Al-Bukhari Dan Disusul Imam Muslim.
Oleh Karena Itu,Pada Period Ini Juga Disebut Masa Pengkodifikasi Dan
Filterisasi (Ashr Al-Jami’ Wa At-Tashhih).
Perkembangan
Pembukuan Hadis Pada Periode Tabi’in Ada 3 Bentuk,Yaitu
1.Musnad,Yaitu
Menghimpun Semua Hadis Dari Tiap-Tiap Sahabat Tanpa Memperhatikan Masalah Atau
Topiknya, Tidak Perbab Seperti Fiqih Dan
Kualitas Hadisnya Ada Yang Shahih, Hasan Dan Dha’if.
2.AL-Jami’,
Yaitu Teknik Pembukuan Hadis Yang Mengakumulasi Sembilan Masalah Yaitu Aqa’id,Hukum,Perbudakan(Riqaq),
Adab Makan Minum, Tafsir, Tarikh Dan Sejarah, Sifat-Sifat
Akhlak(Syama’il),Fitnah(Fitan), Dan Sejarah(Manaqib)
3.Sunan,
Teknik Penghimpunan Hadis Secara Bab Seperti Fikih,Setiap Bab Memuat Beberapa
Hadis Dalam Satu Topic,Seperti Sunan An-Nasa’I, Sunan Ibn Majah, Dan Sunan Abu
Dawud.
E. Periode Setelah Tabi’
Tabi’in
Pada Masa Abad Ini Disebut Disebut
Penghimpunan Dan Penerbitan(Al-Jami’i Wa Al-Tarbit). Ulama Yang Hidup Pada Abad
Ke 4 H Dan Berikutnya Disebut Ulama Muta’akhirin Atau Khalaf (Modern) Sedangkan
Yang Hidup Pada Abad 4 H Disebut Ulama Mutaqaddimin Atau Ulama Salaf(Klasik).
Perkembangan
Teknik Pembukuan Hadis Pada Abad Ini Yakni Pada Abad 4-6 Ialah:
Mu’jan,Shahih,AL-Mustadrak,Sunan,Syarah,Mustakhraj,Aljam’u
Sanad
Untuk Memudahkan Bagi Umat Islam Untuk Mempelajarinya Ialah:
AL-Mawdhu’at,Al-Ahkam,Al-Athraf,Takhrij,Zawa’id,Jawami’
Jami’
Usaha
Umat Islam Dalam Mengeluarkan Hukum Dari Hadis Berjalan Dengan Baik Dari Abad
Pertama,Kedua, Dan Ketiga Hijriyah. Pada Abad Ke Empat Hijriyah Dan Berikutnya
Umat Islam Lebih Cenderung Mengikuti Mazhab Fikih Gurunya Sekalipun Dalam Suatu
Masalah Menyimpang Dari Sunnah.
F. Kitab Hadis Yang Dipedomani
Al-Qasimi Menukil Dari Ad-Dahlawi Dalam AL-Hujjah
Al-Balighah Membagi Derajat Kitab-Kitab
Hadis Menjadi 4 Tingkatan, Yaitu Sebagai Berikut
1.Kitab
Shahih
Maksud Kitab Shahih Ialah Al-Muwaththa’,Shahih
Al-Bukhari, Dan Shahih Muslim.Menurut Asy-Syafi’i, Kitab Yang Paling Shahih
Setelah Kitabullah Adalah Al-Muwaththa’ Karya Imam Malik Dan Ahli Hadis Sepakat
Bahwa Semua Hadis Di Dalamnya Shahih Menurut Pendapat Imam Malik Dan
Orang-Orang Yang Sependapat Dengannya.
2.Kitab
Sunan
Maksud Kitab Sunan Adalah Empat Sunan
Yaitu Sunan Abu Daud,Sunan At-Tirmidzi,Sunan An-Nasa’I, Dan Sunan Ibn Majah. Kitab-Kitab
Hadis Nomor Dua Ini Mendekati Al-Muwaththa’ Dan Shahih Nya Sekalipun Tidak
Sederajat Dengannya. Penulisnya Orang-Orang Yang Terkenal Kredibelitas.
3.Kitab-Kitab
Musnad
Maksud Kitab Musnad Selain Musnad Ahmad Seperti
Musnad Abi Ya’la Musnad Abd Ar-Razzaq,Mushannaf Abi Bakar Bin Abi Syaybah,Musnad
Ath-Thayalisi,Sunan Al Bayhaki,Kitab-Kitab Al Thawi,Dan Kitab Ath-Habrara.Hadis-Hadis
Di Dalam Kitab-Kitab Tersebut Ada Yang Berkualitas Sahih, Hasan, Dan Dha’if
Bahkan Terdapat Hadis Gharib,Munkar,Syadz,Dan Lain-Lain
4.Kitab-Kitab
Hadis Lain
Maksud Tingkatan Ini, Seperti Kitab-Kitab Al-Asakir,
Ad-Dailami,Ibnu An-Najjar,Abu Nu’aim, Dan Sesamanya Kitab-Kitab Hadis Tersebut
Hanya Mengumpulkan Berbagai Yang Tidak Didapati Pada Dua Generasi Awal,Yaitu
Hadis-Hadis Yang Ada Dalam Kitab-Kitab Jami’ Dan Musnad Tidak Terkenal Atau
Orang-Orang-Orang Yang Tidak Ditulis Hadisnya Oleh Ahli Hadis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar