Minggu, 10 Desember 2017

Pengkodivikasian Hadits


 
                           Memenuhu Tugas Makalah
      PENGKODIFIKASIAN HADITS

Di Susun
Oleh Kelompok : 3
: REZA RAHMATILLAH

Dosen Pembimbing : SITI AISAH, S.Pd, I, M.A












SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
GAJAH PUTIH TAKENGON
 ACEH TENGAH , ACEH


   Dalam Sejarah Penghimpunan Dan Kodifikasi Hadis Mengalami Perkembangan Yang Agak Lamban Dan Bertahap Dibandingkan Perkembangan Kodifikasi Alquran. Hal Ini Wajar Saja Karena Alquran Pada Masa Nabi Sudah Tercatat Seluruhnya Sekalipun Sangat Sederhana, Dan Mulai Di Bukukan Pada Masa Abu Bakar Khalifah Pertama Dari Khulafa   Ar-Rasyidin Sekalipun Penyempurnaanya Di Lakukan Pada Masa Utsman Bin Affan Yang Disebut Dengan Tulisan Utsmani(Khathth Utsmani). Sedangkan Penulisan Hadis Pada   Masa Nabi Secara Umum Justru Malah Dilarang.Masa Pembukuanya Pun Terlambat Sampai  Pada Masa Abad Ke 2 Hijriyahdan Mengalami Kejayaan Pada Abad Ke 3 Hijriyah. Perkembangan  Penghimpunan Dan Pengkodifikasian  Hadis Disini Dibagi Menjadi 5 Periode Yaitu Periode Nabi Muhammad SAW, Periode Sahabat,Periode Tabi’in,Periode Tabi’ Tabi’in Dan Periode Setelah Tabi’ Tabi’in. Mari Kita Bahas Perkembangannya Dari Periode Ke Periode.
A.Periode Nabi Muhammad SAW(13 Sh-11 H)
     Nabi Dalam Melaksanakan Tugas Sucinya Yakni Sebagai Rasul Berdakwah, Menyampaikan Dan Mengajarkan Risalah Islamiah Kepada Umatnya.Nabi Sebagai Sumber Hadis Menjadi Figur Sentral Yang  Mendapatkan Perhatian Para Sahabat. Segala Aktifitas Beliau Seperti Perkataan, Perbuatan ,Dan Segala Keputusan Beliau Diingat Dan Disampaikan Kepada Sahabat Lain Yang   Tidak Menyaksikanya ,Karena Tidak Seluruh Sahabat Hadir Dapat Hadir Di Majlis Nabi Dan Tidak Seleruhnya Selalu Menemani Beliau.


     Bagi Mereka Yang Hadir Dan Mendapatkan Hadis Dari Beliau Berkewajiban Menyampaikan Apa Yang Dilihat Dan Apa Yang Di Dengar Dari Rasulullah Baik Ayat-Ayat Alquran Maupun Hadis-Hadis Dari Rasulullah. Mereka Sangat Antusias Dan Patuh Pada Perintah-Perintah Nabi SAW Dengan Sabda Beliau:
Sampaikan Dari Padaku Walaupun Satu Ayat.(HR. Al-Bukhari,Ahmad,Dan   At-Tirmidzi Dari  Ibnu Umar
     Perhatian Sahabat Terhadap Hadis Sangat Tinggi Terutama Di Berbagai Majlis Nabi Atau Tempat Untuk Menyampaikan Risalah Islamiyah Seperti Di Masjid, Halaqah Ilmu, Dan Di Berbagai Tempat Yang Di Janjikan Oleh Rasulullah. Mereka Berkewajiban Menghadiri Tempat-Tempat Itu Untuk Menerima Petunjuk Dan Pelajaran Dari Hadis Beliau.
Hadis Pada Waktu Itu Pada Umumnya Hanya Diingat Dan Dihapal Oleh Mereka Tidak Di Tulis Seperti Alquran Ketika Disampaikan Nabi,Karena Situasi Dan Kondisi Yang Tidak Memungkinkan.   Dr.Mushthafa As-Siba’i Menyampaikan Beberapa Alas An Di Antaranya:
1.     Alquran Masih Turun Kepada Nabi Muhammad SAW Dan Kondisi Penulisannya          Masih Sangat Sederhana Di Tulis Di Atas Pelepah Kurma,Kulit,Tulang Binatang, Dan Batu-Batuan Dan Belum Di Bukukan.(Alquran Dibukukan Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq Dan Umar Bin Al-Khathab)



2.     Kemampuan Tulis Menulis Bagi Para Sahabat Pada Awal Islam Masih Sangat Langka Dapat Di Hitung Dengan Jari Dan Mereka Sudah Difungsikan Sebagai Penulis Wahyu Alquran.
3.     Inggatan Orang-Orang Arab Yang Bersifat Ummi (Tidak Bias Baca Tulis) Sangat Kuat Dan Diandalkan Rasul Untuk Mengingat Hadis.
Dalam Pemeliharaan Hadis Nabi Mengandalkan Hapalan Para Sahabat Yang Pada Umumnya Mereka Memiliki Daya Ingat Dan Daya Hapal Yang Kuat.Hadis Cukup Diingat Oleh Para Sahabat Dan Di Simpan Dalam Dada Mereka Sedangkan Alquran Disimpan Dalam Tulisan Dan Dalam  Dada Mereka Sekaligus.Kecuali Bagi Mereka Yang Kurang Kuat Hapalanya Atau Memiliki Kecakapan Tulis-Menulis Atau Bagus Tulisanya Tidak Ada Kekhawatiran Tercampur Antara Tulisan Keduanya,Maka Di Perbolehkan Menulis Hadis.
B.  Periode Sahabat (12 - 98 H)
      Setelah Nabi Muhammad SAW Wafat Para Sahabat Belum Memikirkan Penghimpunan Dan Pengkodifikasian Hadis, Karena Banyak Problem Yang  Dihadapi,Di Antaranya Timbulnya Kelompok Orang Yang Murtad,Timbulnya Peperangan Sehingga Banyak Penghapal Alquran Yang Gugur Dan Konsentrasi Mereka Bersama Abu Bakar Dalam Membukukan Alquran.Demikian Juga Kasus Lain Kondisi Orang-Orang Asing/Non Arab Yang Masuk Islam Yang Tidak Paham Bahasa Arab Secara Baik Sehingga Dikhawatirkan Tidak Bias Membedakan Alquran Dan Hadis.Abu Bakar Pernah Berkeingginan Membukukan Sunnah Tetapi Di

Gagalkan Karena Khawatir Terjadi Fitnah Di Tangan Orang-Orang Yang Tidak Dapat Di Percaya.
    Umar Bin Al-Khathab Pernah Ingin Mencoba Menghimpunnya Tetapi Setelah Bermusyawarah Dan Beristikharah Selama Satu Bulan Beliau Berkata:
Sesungguhnya Aku Punya Hasrat Menulis Sunnah,Aku Telah Menyebutkan Suatu Kaum Sebelum Kalian Yang Menuliskan Beberapa Buku Kemudian Mereka Sibuk Dengannya Dan Meninggalkan Kitab Allah. Demi Allah Sesungguhnya Aku Tidak Akan Mencampuradukkan Kitab Allah Dengan Sesuatu Yang Lain Selamanya.
     Kekhawatiran Umar Bin Al-Khathab Dalam Pembukuan Hadis Adalah Tasyabbuh/Menyerupai Dengan Ahli Kitab  Yakni Yahudi Dengan Nasrani Yang Meninggalkan Kitab Allah Menggantikanya Dengan Kalam Mereka Dan Menempatkan Biografi Para Nabi Mereka Di Dalam Kitab Mereka.Umar Khawatir Umat Islam Meninggalkan Alquran  Dan Hanya Membaca Hadis.
Hukum Kebolehan Menulis Hadis Terjadi Secara Berangsur-Angsur(At-Tadarruj). Pada Saat Wahyu Turun, Umat Islam Menghabiskan Waktunya Untuk Menghapal Dan Menulis Alquran. Sunnah Hanya Disimpan Dalam Dada Mereka,Di Sampaikan Dari Lisan Ke Lisan Dan Dipraktikkan Kehidupan Mereka Sesuai Dengan Apa Yang Mereka Lihat Dan Mereka Dengar Dari Panutan Yang Mulia Yaitu Nabi SAW.


Kemudian Ketika Alquran Dapat Di Pelihara Dengan Baik,Mereka Telah Mampu Membedakanya Dengan Catatan Sunnah, Dan Tidak Ada Kekhwatiran Meniggalkan Alquran, Para Ulama Sepakat Bolehnya Penulisan Dan Pengkodifikasian Sunnah. Pada Masa Ali, Timbul Perpecahan Di Kalangan Umat Islam Akibat Konflik Politik Antara Pendukung Ali Dan Mu’awiyah. Umat Islam Trpecah Menjadi Tiga Golongan:
1.   Khawarij, Golongan Pembrontak Yang Tidak Setuju Dengan Perdamaian(Tahkim)     Dua Kelompok Yang Bertikai. Kelompok Ini Semula Menjadi Pendukung Ali, Tetapi Kemudian Mereka Keluar (Khawarij) Jamak Dari Kharij Artinya Keluar) Dari Dukungannya Terhadap Ali Karena Ali Menyetujui Perdamaian.
2.   Syiah, Pendukung Setia Terhapad Ali, Di Antara Mereka Fanatik Dan Terjadi Pengkultusan Terhadap Ali.
3.   Jumhur Muslimin, Di Antara Mereka Ada Yang Mendukung Pemerintahan Ali, Ada Yang Mendukung Pemerintahan Mu’awiyah, Dan Ada Pula Yang Netral Tidak Mau Melibatkan Diri Dalam Kancah Konflik.
C.  Periode Tabi’in
      Pada Masa Abad Ini Disebut Masa Pengkodifikasian Hadis(Al-Jam’u Wa Attadwin). Khalifah Umar Bin Abdul Aziz(99-101 H) Yakni Yang Hidup Pada Akhir Abad 1 H Menganggap Perlu Adanya Penghimpunan Dan Pembukuan Hadis, Karena Beliau Khawatir Lenyapnya Ajaran-Ajaran Nabi Setelah Wafatnya Para Ulama Baik Di Kalangan Sahabat Maupun Tabi’in.
 Maka Beliau Intruksikan Kepada Para Gubernur Di Seluruh Wilayah Negeri Islam Agar Para Ulama Dan Ahli Ilmu Penghimpun Dan Membukukan Hadis
Lihatlah Hadis Rasulullah Kemudian Himpunlah Ia.
Demikian Juga Surat Khalifah Yang Di Kirim Kepada Ibn Hazm(W.117 H):
Tulislah Kepadaku Apa Yang Tetap Padamu Dari Pada Hadis Rasulullah,   Sesungguhnya Aku Khawatir Hilangnya Ilmu Dan Wafatnya Para Ulama.
        Kemudian Aktifitas Penghimpunan Dan Pengkodifikasian  Hadis Tersebar Di Berbagai Negeri Islam Pada Abad Ke 2 H Diantaranya Adalah Abdullah Bin Abdul Aziz Bin Juraij (W.150 H) Di Mekah, Ibnu Ishak (W.151 H) Di Mekah, Abdurahman Abu Amr Al-Auza’I (W.156 H) Di Syira , Sufyan Ats-Tsauri (W.161 H) Di Kufah, Imam Malik  Bin Anas (W.179 H) Di Madinah,Ar-Rabi’ Bin Shahih(W.160 H) Di Basrah Dan Lain-Lain.
Kitab-Kitab Hadis Pada Masa Ini Tidak Sampai Kepada Kita Kecuali Di Antaranya Al-Muwathata’ Yang Ditulis Oleh Imam Malik  Dan Musnad Asysyafi’I Di Tulis Oleh Imam Asy-Syafi’i.
Teknik Pembukuan Hadis Pada Periode Ini Sebagaimana Disebutkan Pada Nama-Nama Buku-Buku Tersebut  Yaitu Al-Mushannaf, Al-Muwaththa’, Dan Musnad,. Arti Dari Istilah-Istilah Ini Adalah:

1.     AL-Mushannaf Dalam Bahasa Di Artikan Sesuatu Yang Tersusun.Dalam Istilah Yaitu Teknik Pembukuan Hadis Yang Didasarakn Pada Klasifikasi Hukum Fikih Dan Di Dalamnya Mencantumkam Hadis Marfu’,Mawquf, Dan Maqthu’.Misalnya, Al-Mushannaf Oleh Abdul-Razzaq Bin Hammam Ash-Shan’ani,

2.     Al-Muwaththa’ Dalam Bahasa Diartikan Sesuatu Yang Dimudahkan.Dalam Istilah Al-Muwathta’ Diartiakn Sama Dengan Mushannaf  Yaitu Teknik Pembukuan Hadis Yang Didasarkan Pada Klasifikasi Hukum Fikih Dan Didalamnya Mencantumkan Hadis Marfu’, Mawquf, Dan Maqthu’. Misalnya,Al-Muwaththa’ Imam Malik (W.179 H) Dan Al-Muwaththa’ Ibn Dzi’ib Al-Marwazi (W.158 H)
3.     Musnad Dalam Bahasa Tempat Sandaran Sedangkan Dalam Istilah Adalah Pembukuan Hadis Yang Didasarkan Pada Nama  Para Sahabat Yang Meriwayatkan Hadis Tersebut, Seperti Musnad Asy-Syafi’i. Berarti Hadis-Hadis Yang Dihimpun Asy Syafi’i Sistematikanya Disandarkan Atau Didasarkan Nama Para Sahabat Yang Meriwayatkannya.
Tulisan-Tulisan Hadis Pada Masa Awal Sangat Penting Sebagai Dokumentasi Ilmiah Dalam Sejarah,Sebagai Bukti Adanya Penulisan Hadis Sejak Zaman Rasulullah, Sampai Dengan Masa Pengkodifikasian Resmi Dari Umar Bin Abdul Aziz, Bahkan Sampai Pada Masa Sekarang.



D.   Periode Tabi’ Tabi’in
        Periode Tabi’ Tabi’in Artinya Periode Pengikut Tabi’in  Yakni Pada Abad III H Yang Disebut Ulama Dahulu/Salaf/Mutaqaddimin. Sedangkan Ulama Pada Abad Berikutnya Abad Ke 4 H Dan Setelahnya Disebut Ulama Belakangan/Khalaf/Muta’akhirin. Pada Periode Abad Ke 3 H Ini Disebut Masa Kejayaan Sunnah  (Min Ushur Al-Izdihar) Atau Disebut Masa Kemasaan Sunnah(Min AL-Ushur Adz-Dzhabiyah), Karena Pada Masa Ini Kegiatan Rihlah Mencari Ilmu Dan Sunnah Serta Pembukuannya Mengalami Puncak Keberhasialan Yang Luar Biasa.
Seolah-Olah Pada Periode Ini Seluruh Hadis Telah Terhimpun Semuanya Dan Pada Abad Berikutnya Tidak Mengalami Perkembangan Yang Signifikan.
Periode Ini Nasa Yang Paling Sukses Dalam Pembukuan Hadis,Sebab Pada Masa Ini Ulama Hadis Telah Berhasil Memisahkan Hadis Nabi SAW Dari Yang Bukan Hadis Atau Dari Hadis Nabi Dari Perkataan Sahabat Dan Fatwanya Dan Telah Berhasil Pula Mengadakan Filterisasi (Penyaringan ) Yang Sangat Teliti Apa Saja Yang Di Katakana Nabi, Sehingga Telah Dapat Dipisahkan Mana Hadis Yang Shahih Dan Mana Yang Bukan Shahih. Seolah-Olah Pada Abad Ini Hamper Seluruh Hadis Telah Terhimpun Ke Dalam Buku,Hanya Sebagian Kecil Saja Dari Hadis Yang Terhimpun. Dan Yang Pertama Kali Berhasil Mebukukan Hadis Shahih Saja Adalah Al-Bukhari Dan Disusul Imam Muslim. Oleh Karena Itu,Pada Period Ini Juga Disebut Masa Pengkodifikasi Dan Filterisasi (Ashr Al-Jami’ Wa At-Tashhih).

Perkembangan Pembukuan Hadis Pada Periode Tabi’in Ada 3 Bentuk,Yaitu
1.Musnad,Yaitu Menghimpun Semua Hadis Dari Tiap-Tiap Sahabat Tanpa Memperhatikan Masalah Atau Topiknya, Tidak Perbab  Seperti Fiqih Dan Kualitas Hadisnya Ada Yang Shahih, Hasan Dan Dha’if.
2.AL-Jami’, Yaitu Teknik Pembukuan Hadis Yang Mengakumulasi Sembilan Masalah Yaitu Aqa’id,Hukum,Perbudakan(Riqaq), Adab Makan Minum, Tafsir, Tarikh Dan Sejarah, Sifat-Sifat Akhlak(Syama’il),Fitnah(Fitan), Dan Sejarah(Manaqib)
3.Sunan, Teknik Penghimpunan Hadis Secara Bab Seperti Fikih,Setiap Bab Memuat Beberapa Hadis Dalam Satu Topic,Seperti Sunan An-Nasa’I, Sunan Ibn Majah, Dan Sunan Abu Dawud.
E. Periode Setelah Tabi’ Tabi’in
      Pada Masa Abad Ini Disebut Disebut Penghimpunan Dan Penerbitan(Al-Jami’i Wa Al-Tarbit). Ulama Yang Hidup Pada Abad Ke 4 H Dan Berikutnya Disebut Ulama Muta’akhirin Atau Khalaf (Modern) Sedangkan Yang Hidup Pada Abad 4 H Disebut Ulama Mutaqaddimin Atau Ulama Salaf(Klasik).
Perkembangan Teknik Pembukuan Hadis Pada Abad Ini Yakni Pada Abad 4-6 Ialah:
Mu’jan,Shahih,AL-Mustadrak,Sunan,Syarah,Mustakhraj,Aljam’u


Sanad Untuk Memudahkan Bagi Umat Islam Untuk Mempelajarinya Ialah:
AL-Mawdhu’at,Al-Ahkam,Al-Athraf,Takhrij,Zawa’id,Jawami’ Jami’
Usaha Umat Islam Dalam Mengeluarkan Hukum Dari Hadis Berjalan Dengan Baik Dari Abad Pertama,Kedua, Dan Ketiga Hijriyah. Pada Abad Ke Empat Hijriyah Dan Berikutnya Umat Islam Lebih Cenderung Mengikuti Mazhab Fikih Gurunya Sekalipun Dalam Suatu Masalah  Menyimpang Dari Sunnah.
F.   Kitab Hadis Yang Dipedomani
       Al-Qasimi Menukil Dari Ad-Dahlawi Dalam AL-Hujjah Al-Balighah  Membagi Derajat Kitab-Kitab Hadis Menjadi 4 Tingkatan, Yaitu Sebagai Berikut
1.Kitab Shahih
      Maksud Kitab Shahih Ialah Al-Muwaththa’,Shahih Al-Bukhari, Dan Shahih Muslim.Menurut Asy-Syafi’i, Kitab Yang Paling Shahih Setelah Kitabullah Adalah Al-Muwaththa’ Karya Imam Malik Dan Ahli Hadis Sepakat Bahwa Semua Hadis Di Dalamnya Shahih Menurut Pendapat Imam Malik Dan Orang-Orang Yang Sependapat Dengannya.
2.Kitab Sunan
      Maksud Kitab Sunan Adalah Empat Sunan Yaitu Sunan Abu Daud,Sunan At-Tirmidzi,Sunan An-Nasa’I, Dan Sunan Ibn Majah. Kitab-Kitab Hadis Nomor Dua Ini Mendekati Al-Muwaththa’ Dan Shahih Nya Sekalipun Tidak Sederajat Dengannya. Penulisnya Orang-Orang Yang Terkenal Kredibelitas.

3.Kitab-Kitab Musnad
       Maksud Kitab Musnad Selain Musnad Ahmad Seperti Musnad Abi Ya’la Musnad Abd Ar-Razzaq,Mushannaf Abi Bakar Bin Abi Syaybah,Musnad Ath-Thayalisi,Sunan Al Bayhaki,Kitab-Kitab Al Thawi,Dan Kitab Ath-Habrara.Hadis-Hadis Di Dalam Kitab-Kitab Tersebut Ada Yang Berkualitas Sahih, Hasan, Dan Dha’if Bahkan Terdapat Hadis Gharib,Munkar,Syadz,Dan Lain-Lain
4.Kitab-Kitab Hadis Lain
    Maksud Tingkatan Ini, Seperti Kitab-Kitab Al-Asakir, Ad-Dailami,Ibnu An-Najjar,Abu Nu’aim, Dan Sesamanya Kitab-Kitab Hadis Tersebut Hanya Mengumpulkan Berbagai Yang Tidak Didapati Pada Dua Generasi Awal,Yaitu Hadis-Hadis Yang Ada Dalam Kitab-Kitab Jami’ Dan Musnad Tidak Terkenal Atau Orang-Orang-Orang Yang Tidak Ditulis Hadisnya Oleh Ahli Hadis.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar