TADARUS
Disusun
Oleh
SENTIA UTAMI
Semester :
1( Satu )
Prodi :
PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
GAJAH
PUTIH TAKENGON ACEH TENGAH, ACEH
TAHUN
2013/2014
Pengertian
Tadarus & Tilawah Al Qur’an
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :
وَمَا اجتَمَعَ قَومٌ في
بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتلونَ كِتابَ اللهِ وَيتَدارَسُونَهُ بَينَهُم إِلا
نَزَلَت عَلَيهُم السَّكيْنَة وَغَشِيَتْهم الرَّحمَة وحَفَتهُمُ المَلائِكة
وَذَكَرهُم اللهُ فيمَن عِندَهُ
“Dan
tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu masjid dari masjid-masjid Allah,
untuk membaca Al Qur’an dan mereka saling mempelajarinya di
antara mereka, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan, diliputi
rahmat, dan dikelilingi malaikat, dan mereka akan disebut-sebut Allah dihadapan
makhluq-makhluq yang ada di sisi-Nya (para malaikat).”[1]
Kata تَدَارُسٌ tadaarusun jika diwaqaf menjadi tadaarus berasal
dari kata دَرَسَ darasa yang artinya adalah belajar.Kemudian
mengikuti wazan
تَفَاعَلَ tafaa’ala, sehingga mauzunnya
menjadi تَدَارَسَ tadaarasa.Fi’il yang mengikuti wazan ini
salah satunya mempunyai arti لِلْمُشَارِكَةِ fa’il (subjek) dan maf’ulnya
(objek) bersamaan dalam melakukan perbuatan, sehingga artinya menjadi saling
mempelajari. Kemudian ditashrif :
‘
تَدَارَسَ – يَتَدَارَسُ –
تَدَارُساً
Sehingga
mendapatkan kata تَدَارُساًtadaarusan, yang berkedudukan sebagai mashdar.Sehingga
artinya adalah pembelajaran secara bersama-sama, allohu a’lam.
Seperti
yang terdapat pada kalimat :
وَيتَدَارَسُوْنَهُ بَينَهُم
“Dan
mereka saling mempelajarinya di antara mereka,”
Kata يتَدَارَسُوْنَ yatadaarasuuna, terdiri dari kata يَتَدَارَسُ yatadaarasu dan dhomir muttashil هُمْ hum (mereka). Sehingga artinya menjadi mereka saling
mempelajari.Syaikh ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan maknanya
adalah saling mempelajari sebagian mereka dengan sebagian yang lain.
Sedangkan
kalimat :
يَتْلُونَ
كِتَابَ اللهِ
“Mereka
membaca Kitab Allah (yaitu Al Qur’an).”
Yaitu
membaca lafazhnya dan maknanya. Membaca lafazhnya berarti membaca
zhohir dari Al Qur’an tersebut, sedangkan membaca maknanya berarti
membaca apa yang terkandung dalam Al Qur’an.
Orang yang berkumpul untuk membaca
Al Qur’an ada dua makna :
- Yang pertama, mereka benar-benar
dalam rangka membaca Al Qur’an.
- Yang kedua, mereka dalam rangka
mempelajari ilmu Al Qur’an walaupun tidak membacanya. [3]
‘
Kata يَتْلُو dalam
kedudukan tashrif menduduki tempat ke dua yaitu sebagai fi’il mudhori’
(kata kerja sekarang/akan datang) :
‘
تَلَى – يَتْلُو – تِلاَوَةً
Maka
didapatkan kata
تِلاَوَةٌ tilaawah sebagai mashdar,
yang secara tekstual bisa diartikan pembacaan.
Asy
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa tilaawah
al qur’an (membaca al qur’an) ada 2 macam :
-
Tilaawah hukmiyyah, yaitu membenarkan segala khabar dari Al Qur’an dan
melakukan segala ketetapan hukumnya dengan cara melaksanakan
perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.
-
Tilaawah lafzhiyyah, yaitu membacanya (zhohir ayatnya-ed). Telah banyak
dalil-dalil yang menerangkan keutamaannya, baik keseluruhan Al Qur’an, atau
surat tertentu atau ayat tertentu.
[4]
Dijelaskan
oleh Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah di dalam Syarh
Al Arba’in An Nawawiyah ketika menjelaskan hadits di atas, bahwa orang yang
berkumpul untuk membaca Al Qur’an yaitu yang benar-benar dalam rangka
membaca lafazh Al Qur’an ada 3 keadaan :
·
Mereka membaca Al Qur’an
bersama-sama dengan satu mulut dan satu suara. Jika untuk pengajaran maka ini
diperbolehkan, sebagaimana seorang guru membaca satu ayat kemudian diikuti oleh
murid-muridnya dengan satu suara. Jika digunakan untuk perkara ibadah maka itu bid’ah,
karena hal yang demikian tidak diriwayatkan dari shahabat ataupun dari tabi’in.
·
Mereka berkumpul, kemudian salah
seorang membaca dan yang lain menyimak, kemudian yang kedua bergantian membaca, kemudian yang
ketiga, kemudian yang keempat dan seterusnya sampai semuanya mendapat giliran
membaca. Kondisi ini ada 2 bentuk :
1. Mengulang-ulang
bacaan yang sama.
Misalnya yang pertama membaca satu halaman, kemudian yang kedua membaca halaman
yang sama, kemudian yang ketiga membaca halaman yang sama dan seterusnya, maka
ini diperbolehkan. Terutama bagi para penghafal Al Qur’an yang ingin
memperkokoh hafalannya.
2. Membaca
bacaan yang berbeda.
Misalnya yang pertama membaca bacaan yang pertama, kemudian yang kedua membaca
bacaan yang lain, maka ini juga diperbolehkan.
Sebagaimana
ulama kami dan masyayikh kami melakukan hal ini, misalnya yang pertama membaca
surat Al Baqarah, yang kedua membaca surat yang kedua, yang ketiga membaca
surat yang ketiga, dan seterusnya. Salah seorang membaca dan yang lainnya
mendengarkan. Dan bagi yang mendengarkan hukumnya sama dengan yang membaca
dalam hal pahalanya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam kisah
Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimassalam :
قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ
دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا
“Sesungguhnya
telah diperkenankan permohonan kamu berdua, maka tetaplah kamu berdua pada
jalan yang lurus.”
[Yunus : 89]
Dan
doa Nabi Musa ‘alaihissalam sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
ta’ala :
‘
وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ
فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالاً فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا
لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى
قُلُوبِهِمْ فَلا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ* قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا
Musa
berkata :“Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun
dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia,
ya Tuhan kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya
Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka,
maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih.” Allah
berfirman : “Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua.” [Yunus
: 88-89]
Disebutkan
bahwasannya ketika itu Nabi Musa berdoa dan Nabi Harun mengaminkan doa Nabi
Musa. Dan ini yang disyari’atkan bagi seseorang yang mendengarkan bacaan
seorang pembaca Al Qur’an, jika pembaca tadi sujud maka si pendengar juga
ikut sujud.
·
Mereka berkumpul, setiap orang
membaca untuk dirinya sendiri, dan yang lain tidak mendengarkannya. Dan ini yang terjadi sekarang,
didapati orang-orang di dalam masjid, semuanya membaca untuk dirinya sendiri
dan yang lain tidak mendengarkannya.
‘
Sehingga
kalau hanya membaca Al Qur’an saja tanpa membahas kandungan yang terdapat di
dalam Al Qur’an, tidak disebut dengan tadaarus, akan tetapi disebut
denganتِلاَوَةُ الْقُرْآن tilaawatul qur’an (membaca al qur’an)
Bulan Ramadhan seperti sekarang ini
terasa sungguh menggembirakan hati saya.Meskipun saya belum juga memiliki Mobil
Keluarga Terbaik Di Indonesia, namun kegembiraan berpuasa hingga hari raya idul fitri
jauh lebih besar dari itu. Saya yang memang tinggal di daerah pedesaan (tepatnya
di desa babadsari, kecamatan kutowinangun, kabupaten kebumen, Jawa Tengah)
hingga saat ini masih menyaksikan kemeriahan Ramadhan di masjid-masjid, surau,
maupun langgar yang ada disekitar saya. Hal itu akan sangat lain ceritanya bagi
teman2 pembaca yang rata-rata dari daerah perkotaan, dimana dikota iklim budaya
Islaminya sudah agak menipis berganti dengan budaya jalan-jalan, maupun
hiburan-hiburan lainnya.
1.
Tadarus Al-Quran
Khusus
dalam bulan Ramadhan, bayak majelis taklim, masjid, dan musholla yang punya
tradisi "tadarus alquran". Tadarus Al-Quran yang saya amati selama
ini terdiri atas 3 model, yang pertama : para jama'ah membaca Al-Quran
bersama2, lalu yang kedua para jama'ah membaca Al-Quran satu-satu sementara
yang lain menyimak bacaanya, dan yang ketiga adalah tadarus dengan menyimak
hafalan Al-Quran, dimana jama'ah cuma menyimak apa yang dilantunkan oleh
Hafidz/Hafidhah (orang yang hafal Al-Qur'an)
Dari
ketiga tipe yang saya amati tersebut, saya dan rekan-rekan remaja masjid paling
sering melakukan yang nomer 1 dan 2, sedangkan yang nomer 3 baru saya lihat
terjadi di daerah lain yang memiliki beberapa penghafal Al-Quran.
2.
Para Penghafal Al-Quran
Sengaja saya menulis blog terkait dengan tadarus al-quran
ini karena beberapa hari ini saya sedang melakukan sedikit pengamatan tentang
tadarus yang dilakukan oleh para Hafidz/Hafidhah atau orang-orang yang hafal
Al-Quran.Pertama, saya kagum dengan kemampuan mereka.Kemudian, saya makin kagum
karena meskipun mereka menghabiskan banyak waktu untuk menghafal Al-Quran namun
daya kreatifitas mereka dalam bidang-bidang lain tidak kalah dengan orang yang
tidak menghafal Al-Quran.Padahal menurut teori, pekerjaan menghafal bisa
membuat daya kreatifitas melemah, namun yang saya lihat disini tidak begitu.
Atas dasar kekaguman tersebut sayapun mencari tau bagaimana
metode, atau cara, atau panduan untuk menghafal Al-Quran yang baik.
Dari
beberapa tanya jawab yang saya lakukan, para penghafal Al-Quran tersebut
semuanya mendapatkan ilmu menghafal Al-Qur'an dari pondok pesantrean khusus
yang mengajaran tentang hafalan Al-Qur'an.
Mungkin
memang begitulah metode terbaik untuk menghafal Al-Quran yaitu dengan berguru
langsung pada Kyai yang memiliki Pondok Pesantren khusus untuk menghafal
Al-Quran. Dan konon katanya waktu yang diperlukan dari awal sampai akhir bisa
dikatakan lulus ujian hafal Al-Quran itu rata-rata 2 tahun. Itu waktu yang
tidak sebentar bukan...
3. Panduan Cara Menghafal Al-Quran
Selain
dengan cara "mondok di pesantren" seperti itu, mereka juga merekomendasikan
beberapa teori dari buku-buku yang mengajarkan cara-cara menghafal Al-Quran.
Salah satunya adalah buku Panduan Menghafal Al-Quran. Dalam
buku Panduan Menghafal Al Quran ini dikemukakan cara termudah
untuk menghafalkan AlQuran. Keistimewaan teori ini adalah kuatnya
hafalan yang akan diperoleh seseorang disertai cepatnya waktu yang ditempuh
untuk mengkhatamkan Al Quran. Teori ini sangat mudah untuk di praktekan dan
insya Allah akan sangat membantu bagi siapa saja yang ingin menghafalkan
Al Quran.
Tip-tips
cara menghafal Al Quran yang
diuraikan dalam buku ini:
·
Bagaimana cara termudah untuk menghafalkan al quran.
·
Bagaimana cara menambah hafalan AlQuran pada hari
berikutanya.
·
Bagaimana cara menggabung antara mengulang (muraja’ah) dan
menambah hafalan baru.
·
Bagaimana cara mengulang Al-Quran (30 Juz) setelag
menyelesaikan murajaah di atas.
·
Apa yang dilakukan setelah menghafal Al Qur’an selama satu
tahun.
·
Bagaimana cara membedakan antara bacaan yang mutasyabih
(mirip) dalam Al Quran.
·
Kaidah dan ketentuan dalam menghafal AlQuran.
Kepada
rekan-rekan pembaca jika memang ingin memiliki Panduan Menghafal Al-Quran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar