KAEDAH TIKRAR
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
Nama : Sidar
Prodi/Unit : PAI /A
Semester : 1 (Satu )
Dosen Pengampu : Sodikin, M.A
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
GAJAH PUTIH TAKENGON ACEH TENGAH, ACEH
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Ayat-ayat al-Qur`an bagaikan
intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang
terpancar dari sudut-sudut lainnya. Dan tidak mustahil, bila anda
mempersilahkan orang lain memandangnya, ia akan melihat lebih banyak ketimbang
apa yang anda lihat. Inilah sebagian untaian kata yang diungkapkan oleh
Dr. Abdullah Durraz dalam bukunya al-Naba` al-Adzim.Kata-kata ini
menggambarkankan kepada kita tentang i`jaz al-Qur`an yang tidak akan pernah
habis ditelan zaman.
Dari salah
satu al-i`jaz yang terdapat dalam al-Qur`an adalah pengulangan yang
terjadi pada ayat-ayatnya atau yang lebih dikenal dalam cabang ilmu al-Qur`an al-tikrar.
Hikmah dari pengulagan ini antara lain adalah untuk penegasan dalam perkataan,
keindahan dalam berbahasa dan kecakapan dalam rethorika. al-tikrar dalam al-Qur`an juga masuk
dalam pembahasan mutasyabih al-Quran, karena ilmu Mutasyabih al-Qur`an
terbagi menjadi dua: (a) Mutasyabih yang khusus pada tata letak dan
susunan kalimat, contohnya: Taqdim wa Ta`khir, dzikr wa al-hazdf dan
masih banyak lagi yang semisal dengannya. (b) Dan yang kedua adalah
Mutasyabih dengan jenis pengulangan kata yang sering kita jumpai dalam
al-Qur`an. Untuk lebih jauh mengetahui tentang rahasia-rahasia yang tersembunyi
dari pengulangan-pengulangan yang terdapat dalam al-Qur`an, pada makalah yang
sederhana ini, penulis mencoba mempetakan sebuah studi pengantar atau al-dirasah
al-mumahhadah pada pembahasan ini. Tentunya kita semua mempunyai
tanggung jawab intelektual untuk mengkaji lebih dalam lagi salah satu uslub
al-Qur`an ini.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang kaidah kaidah
tikrar
2. Apa itu tujuan kaidah tikrar dalam
Al-Qur’an
3. Ciri-ciri
kaidah Tikrar Dalam Al-Qu’an
4. Contoh
kaidah tikrar
C.
Tujuan
1. Kita bisa mengetahui pengertian tikrar
2. Kita bisa tujuan tikrar
3. Kita bisa mengetahui ciri-ciri kaidah
tikrar
4. Dan kita bisa mengetahui contoh dari
tikrar
BAB II
KAIDAH TIKRAR
A.
Pengertian Tikrar
Dari aspek etimologi al-tikrar merupakan
bentuk infinitif (masdar) dari asal kata ( كرر ) Karrara yang berarti
mengulangi. Adapun menurut istilah, Ibnu Atsir mendefinisakan al-tikrar adalah:
Sebuah lafadz yang menunjukkan kepada suatu makna dengan berulang-ulang.
Defenisi lain yaitu dari Ibnu Naqib, ia mengartikan al-tikrar dengan:
Lafadz yang keluar dari seorang pembicara lalu mengulanginya dengan lafadz yang
sama, baik lafadz yang diulanginya tersebut semantik dengan lafadz yang ia
keluarkan ataupun tidak, atau ungkapan tersebut hanya dengan maknanya bukan
dengan lafadz yang sama.
B.
Tujuan Kaidah Tikrar
a. Menganjurkan
manusia agar mentadabburi al-Qur`an lalu kemudian mengambil ibrah dari
pengulangan ayat tersebut. Seperti pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang
kekuasaan Allah dari penciptaan langit, bumi angkasa raya dan sebagainya.
Seperti pada surat al-Syua`ra ayat 8 dan 9 yang bunyi ayatnya adalah: ان فى ذلك لأيةوما كان اكثرهم مؤمنين. وان ربك لهو العزيز الحيم) ayat ini diulangi sebanyak delapan kali
b. Anjuran agar
istiqomah. Seperti pengulangan kalimat Tauhid pada firmannya yang berbunyi: (شهد الله انه لااله الا هو والملائكة قائما بالقسط لااله الا
هو العزيز الحكيم)
c. Pengkukuhan
eksistensi tuhanyang memilki alam semesta. Seperti pada surat al-Nisa ayat 131
dan 132
d. Pengkhususan.
Seperti pengulangan pada lafazd الناس)) sebanyak dua kali pada surat Ghafir ayat
61. Pemgkususan ini diperuntukan kepada manusia dari makhluk yang lainnya
dengan kekufuran mereka pada nikmat-nikmat Allah.
e. Celaan. Seperti
pengulangan pada ayat((فبأي الاء ربكما تكذبان sebanyak
30 kali
f. Ancaman.
Seperti pengulangan ayat (ويل يومئذ للمكذبين) pada surat al-Mursalat
C.
Ciri-ciri Tikrar
1.
Pengulangan
yang terjadi pada lafadz
Maksud
pengulangan yang dimaksud pada jenis ini adalah pengulangan yang ada pada satu
tema dan siyaq-korelitas. Seperti pengulangan yang ada pada beberapa
ayat yang berdekatan atau pada pembahasan yang sama di surat yang berbeda atau
surat yang sama. Contohnya pengulangan yang terjadi pada lafdzu al-jalalah.
Pada lafdzu al-Jalalahالله)) pengulangan terjadi beragam, diantaranya terulang lebih dari
dua kali dalam satu ayat atau bahkan tiga kali seperti yang terjadi pada surat
al-Baqarah ayat 247 yang berbunyi:
tA$s%ur óOßgs9 óOßg–ŠÎ;tR ¨bÎ) ©!$# ô‰s% y]yèt/ öNà6s9 šVqä9$sÛ %Z3Î=tB 4 (#þqä9$s% 4’¯Tr& ãbqä3tƒ ã&s! Ûù=ßJø9$# $uZøŠn=tã ß`øtwUur ‘,ymr& Å7ù=ßJø9$$Î/ çm÷ZÏB öNs9ur |N÷sムZpyèy™ šÆÏiB ÉA$yJø9$# É
Pada ayat lain lafdz
al-Jalalah diulang hingga lima kali pada satu ayat yaitu masih pada surat
al-Baqarah ayat 165 yang berbunyi:
šÆÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB ä‹Ï‚Gtƒ `ÏB Èbrߊ «!$# #YŠ#y‰Rr& öNåktXq™6Ïtä† Éb=ßsx. «!$# ( tûïÉ‹©9$#ur (#þqãZtB#uä ‘‰x©r& ${6ãm °!$#
2. Pengulangan
pada mode gramatikal bahasa arab (al-Numt al-nahwi)
Pengulangan
pada jenis ini lebih kepada keindahan alunan musik yang ditimbulkan bukan pada
berapa kali diulangnya suatu kalimat. Keindahan ini membuat al-Qur`an begitu
indah sehingga jiwa pun rindu untuk selalu mentadaburinya dan juga mudah untuk
dihafal. Jenis pengulangan ini sering kita dapatkan pada surat-surat yang
bercorak al-Makkiy yang mempunyai potongan-potongan surat relatif
pendek. Contohnya pada surat al-Naziat ayat 1-5 yang
berbunyi:
ÏM»tãÌ“»¨Y9$#ur $]%öxî ÇÊÈ ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur $VÜô±nS ÇËÈ ÏM»ysÎ7»¡¡9$#ur $[sö7y™ ÇÌÈ ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù $Z)ö7y™ ÇÍÈ ÏNºtÎn/y‰ßJø9$$sù #XöDr& ÇÎÈ
Kita dapat
amati pengulangan yang terjadi pada wazanالفاعلات
فعلا pada empat ayat yang pertama dan pada ayat kelima memakai Ism
Fail Rubai Mudhaaf “ دبر” dan memakai Jam`a Muannats Salimtikrar ini pun datang
dengan alunan musik yang indah bagi pendengar.
3. Pengulangan
pada kalimat
Pengulangan
inilah yang mendapat perhatian besar dari kalangan ulama Tafsir dan Balaghah.
Seperti tafsir al-Kasyaf yang disusun oleh al-Zamakhsyari dan juga studi
dari ulama al-Mutaqaddimin yaitu buku yang berjudul “Durratu
al-Tanzil wa Gurratu al-Ta`wil”karya Khatib al-Iskafi dan juga al-Kirmani
dengan bukunya al-Burhan. Secara umum pengulangan pada kalimat dalam
al-Qur`an terbagi menjadi dua yaitu:
a.
Pengulangan pada kalimat yang berdekatan,
banyak kita dapatkan, tapi yang paling jelas terlihat pengulangan ini pada
surat al-Rahman, al-Mursalat dan al-Kafirun.
b.
Pengulangan pada kalimat yang berjauhan. Pada
pengulangan ini kembali menunjukkan kepad kita I`jaz Balaghi yang
dimilki oleh al-Qur`an. Ayat-ayat berulang namun disertai perbedaan lafadz dari
segi taqdim wa ta`khir atau mengganti huruf dengan makna yang berbeda.
Ini semua sekali menunjukkan segi balagatul-Qur`an. Namun untuk
mengetahui ini tentu dengan mencermati siyaq ayat tersebut antar ayat
sebelumnya dan sesudahnya. Seperti pengulangan yang terjadi pada surat
al-Baqarah ayat 49, al-A`raf ayat 141 dan surat Ibrahim ayat 6. Untuk
mengetahui pengulangan pada ayat-ayat diperlukan penjelasan yang panjang
penulis cukupkan dengan memberikansurat dan ayatnya guna efesiensi.
4. Al-Tikrar
dalam kisah al-Qur`an
Telah
kita ketahui bersama al-Qur`an diturunkan dalam rentan waktu tiga belas tahun
secara berangsur-angsur guna membimbing manusia untuk mengarungi kehidupan ini.
Dan salah satu wasilah yang digunakan al-Qur`an untuk adalah banyaknya
kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur`an. Wasilah ini sangat tepat karena
fitrah manusia memang gemar akan kisah-kisah. Mereka senang mendengarkan
ataupun membaca kisah-kisah kaum terdahulu kemudian al-Qur`an datang mengobati
fitrah manusia tersebut dengan mengetengahkan kisah kaum-kaum terdahulu dengan
beragam kondisi yang mereka alami. Sebagian mereka tersiksa akibat maksiat yang
mereka lakukan dan tidak patuh kepada perintah Tuhan dan sebagian mereka lagi
dalam keadaan suka penuh kebahagian disebabkan perbuatan mereka yang
terpuji. Banyak sekali kita dapatkan pengulangan-pengulangan pada kisah
al-Qur`an diantaranya pada kisah Musa yang diulang di banyak surat yaitu: Surat
Taha, surat al-Syu`ara, surat al-A`raf, surat al-Isra, surat Yunus, surat
al-nazi`at dan surat al-Dzariyat
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari aspek
etimologi al-tikrar merupakan bentuk infinitif (masdar) dari asal
kata ( كرر ) Karrara yang berarti
mengulangi. Adapun menurut istilah, Ibnu Atsir mendefinisakan al-tikrar adalah:
Sebuah lafadz yang menunjukkan kepada suatu makna dengan berulang-ulang.
Defenisi lain yaitu dari Ibnu Naqib, ia mengartikan al-tikrar dengan:
Lafadz yang keluar dari seorang pembicara lalu mengulanginya dengan lafadz yang
sama, baik lafadz yang diulanginya tersebut semantik dengan lafadz yang ia
keluarkan ataupun tidak, atau ungkapan tersebut hanya dengan maknanya bukan
dengan lafadz yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar