Selasa, 12 Desember 2017

KAEDAH TIKRAR

KAEDAH TIKRAR

DI
S
U
S
U
N
OLEH:


Nama                            :  Sidar
Prodi/Unit           :  PAI /A

Semester               :  1 (Satu )

Dosen Pengampu          :  Sodikin, M.A


                                             



JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
GAJAH PUTIH TAKENGON ACEH TENGAH, ACEH
2013/2014


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Ayat-ayat al-Qur`an bagaikan  intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lainnya. Dan tidak mustahil, bila anda mempersilahkan orang lain memandangnya, ia akan melihat lebih banyak ketimbang apa yang anda lihat. Inilah  sebagian untaian kata yang diungkapkan oleh Dr. Abdullah Durraz dalam bukunya al-Naba` al-Adzim.Kata-kata ini menggambarkankan kepada kita tentang i`jaz al-Qur`an yang tidak akan pernah habis ditelan zaman.
Dari salah satu al-i`jaz yang terdapat dalam al-Qur`an adalah pengulangan yang terjadi pada ayat-ayatnya atau yang lebih dikenal dalam cabang ilmu al-Qur`an al-tikrar. Hikmah dari pengulagan ini antara lain adalah untuk penegasan dalam perkataan, keindahan dalam berbahasa dan kecakapan dalam rethorika.  al-tikrar dalam al-Qur`an juga masuk dalam pembahasan mutasyabih al-Quran, karena ilmu Mutasyabih al-Qur`an terbagi menjadi dua: (a) Mutasyabih yang khusus pada tata letak dan susunan kalimat, contohnya: Taqdim wa Ta`khir, dzikr wa al-hazdf dan masih banyak lagi yang semisal dengannya. (b) Dan yang kedua adalah Mutasyabih dengan jenis pengulangan kata yang sering kita jumpai dalam al-Qur`an. Untuk lebih jauh mengetahui tentang rahasia-rahasia yang tersembunyi dari pengulangan-pengulangan yang terdapat dalam al-Qur`an, pada makalah yang sederhana ini, penulis mencoba mempetakan sebuah studi pengantar atau al-dirasah al-mumahhadah pada pembahasan ini. Tentunya kita semua mempunyai tanggung jawab intelektual untuk mengkaji lebih dalam lagi salah satu uslub al-Qur`an ini.




B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian tentang kaidah kaidah tikrar
2.      Apa itu tujuan kaidah tikrar dalam Al-Qur’an
3.      Ciri-ciri  kaidah Tikrar Dalam Al-Qu’an
4.      Contoh  kaidah tikrar
C.    Tujuan
1.      Kita bisa mengetahui pengertian tikrar
2.      Kita bisa tujuan tikrar
3.      Kita bisa mengetahui ciri-ciri kaidah tikrar
4.      Dan kita bisa mengetahui contoh dari tikrar


BAB II
KAIDAH TIKRAR
A.    Pengertian Tikrar
Dari aspek etimologi al-tikrar merupakan bentuk infinitif (masdar) dari asal kata  ( كرر ) Karrara yang berarti mengulangi. Adapun menurut istilah, Ibnu Atsir mendefinisakan al-tikrar adalah: Sebuah lafadz yang menunjukkan kepada suatu makna dengan berulang-ulang. Defenisi lain yaitu dari Ibnu Naqib, ia mengartikan al-tikrar dengan: Lafadz yang keluar dari seorang pembicara lalu mengulanginya dengan lafadz yang sama, baik lafadz yang diulanginya tersebut semantik dengan lafadz yang ia keluarkan ataupun tidak, atau ungkapan tersebut hanya dengan maknanya bukan dengan lafadz yang sama.
B.     Tujuan Kaidah Tikrar
a.       Menganjurkan manusia agar mentadabburi al-Qur`an lalu kemudian mengambil ibrah dari pengulangan ayat tersebut. Seperti pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang kekuasaan Allah dari penciptaan langit, bumi angkasa raya dan sebagainya. Seperti pada surat al-Syua`ra ayat 8 dan 9 yang bunyi ayatnya adalah: ان فى ذلك لأيةوما كان اكثرهم مؤمنين. وان ربك لهو العزيز الحيم) ayat ini diulangi sebanyak delapan kali
b.      Anjuran agar istiqomah. Seperti pengulangan kalimat Tauhid pada firmannya yang berbunyi: (شهد الله انه لااله الا هو والملائكة قائما بالقسط لااله الا هو العزيز الحكيم)
c.       Pengkukuhan eksistensi tuhanyang memilki alam semesta. Seperti pada surat al-Nisa ayat 131 dan 132
d.      Pengkhususan. Seperti pengulangan pada lafazd الناس)) sebanyak dua kali pada surat Ghafir ayat 61. Pemgkususan ini diperuntukan kepada manusia dari makhluk yang lainnya dengan kekufuran mereka pada nikmat-nikmat Allah.
e.       Celaan. Seperti pengulangan pada ayat((فبأي الاء ربكما تكذبان sebanyak 30 kali
f.       Ancaman. Seperti pengulangan ayat (ويل يومئذ للمكذبين)  pada surat al-Mursalat



C.    Ciri-ciri Tikrar
1.      Pengulangan yang terjadi pada lafadz
Maksud pengulangan yang dimaksud pada jenis ini adalah pengulangan yang ada pada satu tema dan siyaq-korelitas. Seperti pengulangan yang ada pada beberapa ayat yang berdekatan atau pada pembahasan yang sama di surat yang berbeda atau surat yang sama. Contohnya pengulangan yang terjadi pada lafdzu al-jalalah. Pada lafdzu al-Jalalahالله)) pengulangan terjadi beragam, diantaranya terulang lebih dari dua kali dalam satu ayat atau bahkan tiga kali seperti yang terjadi pada surat al-Baqarah ayat 247 yang berbunyi:
tA$s%ur óOßgs9 óOßgŠÎ;tR ¨bÎ) ©!$# ôs% y]yèt/ öNà6s9 šVqä9$sÛ %Z3Î=tB 4 (#þqä9$s% 4¯Tr& ãbqä3tƒ ã&s! ہù=ßJø9$# $uZøŠn=tã ß`øtwUur ,ymr& Å7ù=ßJø9$$Î/ çm÷ZÏB öNs9ur |N÷sムZpyèy šÆÏiB ÉA$yJø9$# É  

Pada ayat lain lafdz al-Jalalah diulang hingga lima kali pada satu ayat yaitu masih pada surat al-Baqarah ayat 165 yang berbunyi:
šÆÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB äÏ­Gtƒ `ÏB Èbrߊ «!$# #YŠ#yRr& öNåktXq6Ïtä Éb=ßsx. «!$# ( tûïÉ©9$#ur (#þqãZtB#uä x©r& ${6ãm °!$#  



2. Pengulangan pada mode gramatikal bahasa arab (al-Numt al-nahwi)
Pengulangan pada jenis ini lebih kepada keindahan alunan musik yang ditimbulkan bukan pada berapa kali diulangnya suatu kalimat. Keindahan ini membuat al-Qur`an begitu indah sehingga jiwa pun rindu untuk selalu mentadaburinya dan juga mudah untuk dihafal. Jenis pengulangan ini sering kita dapatkan pada surat-surat yang bercorak al-Makkiy yang mempunyai potongan-potongan surat relatif pendek. Contohnya pada surat al-Naziat ayat 1-5 yang berbunyi:        

ÏM»tãÌ»¨Y9$#ur $]%öxî ÇÊÈ   ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur $VÜô±nS ÇËÈ   ÏM»ysÎ7»¡¡9$#ur $[sö7y ÇÌÈ   ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù $Z)ö7y ÇÍÈ   ÏNºtÎn/yßJø9$$sù #XöDr& ÇÎÈ  

Kita dapat amati pengulangan yang terjadi pada wazanالفاعلات فعلا pada empat ayat yang pertama dan pada ayat kelima memakai Ism Fail Rubai Mudhaafدبر” dan memakai Jam`a Muannats Salimtikrar ini pun datang dengan alunan musik yang indah bagi pendengar.
3.  Pengulangan pada kalimat
Pengulangan inilah yang mendapat perhatian besar dari kalangan ulama Tafsir dan Balaghah. Seperti tafsir al-Kasyaf yang disusun oleh al-Zamakhsyari dan juga studi dari ulama al-Mutaqaddimin yaitu buku yang berjudul “Durratu al-Tanzil wa Gurratu al-Ta`wil”karya Khatib al-Iskafi dan juga al-Kirmani dengan bukunya al-Burhan. Secara umum pengulangan pada kalimat dalam al-Qur`an terbagi menjadi dua yaitu:
a.       Pengulangan pada kalimat yang berdekatan, banyak kita dapatkan, tapi yang paling jelas terlihat pengulangan ini pada surat al-Rahman, al-Mursalat dan al-Kafirun.
b.      Pengulangan pada kalimat yang berjauhan. Pada pengulangan ini kembali menunjukkan kepad kita I`jaz Balaghi yang dimilki oleh al-Qur`an. Ayat-ayat berulang namun disertai perbedaan lafadz dari segi taqdim wa ta`khir atau mengganti huruf dengan makna yang berbeda. Ini semua sekali menunjukkan segi balagatul-Qur`an. Namun untuk mengetahui ini tentu dengan mencermati siyaq ayat tersebut antar ayat sebelumnya dan sesudahnya. Seperti pengulangan yang terjadi pada surat al-Baqarah ayat 49, al-A`raf ayat 141 dan surat Ibrahim ayat 6. Untuk mengetahui pengulangan pada ayat-ayat diperlukan penjelasan yang panjang penulis cukupkan dengan memberikansurat dan ayatnya guna efesiensi.



4.  Al-Tikrar dalam kisah al-Qur`an
Telah kita ketahui bersama al-Qur`an diturunkan dalam rentan waktu tiga belas tahun secara berangsur-angsur guna membimbing manusia untuk mengarungi kehidupan ini. Dan salah satu wasilah yang digunakan al-Qur`an untuk adalah banyaknya kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur`an. Wasilah ini sangat tepat karena fitrah manusia memang gemar akan kisah-kisah. Mereka senang mendengarkan ataupun membaca kisah-kisah kaum terdahulu kemudian al-Qur`an datang mengobati fitrah manusia tersebut dengan mengetengahkan kisah kaum-kaum terdahulu dengan beragam kondisi yang mereka alami. Sebagian mereka tersiksa akibat maksiat yang mereka lakukan dan tidak patuh kepada perintah Tuhan dan sebagian mereka lagi dalam keadaan suka penuh kebahagian disebabkan perbuatan  mereka yang terpuji. Banyak sekali kita dapatkan pengulangan-pengulangan pada kisah al-Qur`an diantaranya pada kisah Musa yang diulang di banyak surat yaitu: Surat Taha, surat al-Syu`ara, surat al-A`raf, surat al-Isra, surat Yunus, surat al-nazi`at dan surat al-Dzariyat



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari aspek etimologi al-tikrar merupakan bentuk infinitif (masdar) dari asal kata  ( كرر ) Karrara yang berarti mengulangi. Adapun menurut istilah, Ibnu Atsir mendefinisakan al-tikrar adalah: Sebuah lafadz yang menunjukkan kepada suatu makna dengan berulang-ulang. Defenisi lain yaitu dari Ibnu Naqib, ia mengartikan al-tikrar dengan: Lafadz yang keluar dari seorang pembicara lalu mengulanginya dengan lafadz yang sama, baik lafadz yang diulanginya tersebut semantik dengan lafadz yang ia keluarkan ataupun tidak, atau ungkapan tersebut hanya dengan maknanya bukan dengan lafadz yang sama.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar