MAKALAH
TIGA
KERAJAAN BESAR
DINASTI SAFAWI , MUGHAL HINDIA ,TURKY USMANI
Ø DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8 : Reza Rahmatillah
Ø JURUSAN : TARBIAH
Ø PRODY : PAI
Ø UNIT
: A
Ø SEMESTER : 1 ( SATU )
Ø
DOSEN PEMBIMBING :
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI(STAIN GPA) TAHUN
AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji
sukur kita atas kehadirat ALLAH swt, karena dengan rahmat dan karunianya saya
masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak lupa kami mengucapkan
kepada dosen pembimbing dan teman-teman sekalian yang telah memberi dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini. Pemakalah menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman sekalian.
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 2
II.1 Dinasti Safawi.......................................................................................... 2
II.1.1 Para Penguasa Safawiyah....................................................................... 2
II.1.2 Kemajuan Dinasti Safawiyah................................................................. 3
II.1.3 Kemunduran dan kehancuran................................................................. 3
II.2
Kerajaan Mughal di India...................................................................... 3
II.2.1 raja-raja mughal...................................................................................... 4
II.2.2
kemunduran dan
kehancuran kerajaan islam mughal............................... 5
II.3 Kerajaan Turki Usmani............................................................................ 7
II.3.1 kemajuan yang di capai yang di capai turki
usmani............................... 7
II.3.2 Kemajuan budaya dan keagamaan......................................................... 10
II.3.3 Kemunduran Kerajaan Turki Usmani..................................................... 11
BAB III PENUTUP................................................................................................. 15
III.1
Kesimpulan.............................................................................................. 15
III.2 Saran........................................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. latar Belakang Masalah
Seperti yang
kita ketahui, sejarah Islam telah melalui tiga periode yaitu periode klasik
(650-1250), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern
(1800-sekarang). Pada periode klasik, Islam mengalami kemajuan dan masa
keemasan. Hal ini ditandai dengan sangat luasnya wilayah kekuasaan Islam,
adanya integrasi antarwilayah Islam, serta adanya kemajuan di bidang sains.
Pada abad pertengahan, Islam mengalami kemunduran yang ditandai dengan
terpecahnya kerajaan Islam menjadi beberapa kerajaan antara lain: (a). Kerajaan
Usmani di Turki, (b). Kerajaan Safawi di Persia, dan (c). Kerajaan Mughal di
India. Kemunculan tiga kerajaan Islam ini banyak memberikan kontribusi bagi
perkembangan peradaban Islam. Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaannya dibawah
kepemimpinan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M). Kerajaan Safawi, Syah
Abbas I membawa kerajaan tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode
kepemerintahannya (1588-1628 M). Dan Kerajaan Mughal meraih masa keemasan di
bawah Sultan Akbar (1542-1605 M). Seperti takdir yang telah Allah tentukan
disetiap kejayaan tentu akan berganti dengan kemunduran bahkan sebuah
kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan tersebut. Setelah
pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja itu, masing-masing
kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab kemunduran tersebut
berlangsung dengan cepat.
BAB 8
PEMBAHASAN
Tiga
Kerajaan Besar Dinasti Safawi , Mughal Hindia
,Turky Usmani
A.
Dinasti
Safawi
Dinasti Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat di
Ardabel, sebuah kota kecil di Ajarbaizan, Asia kecil. Tarikat ini di dirikan
oleh Safiudin (1252-1332 M). gerakan ini semakin besar dan berhasil mendirikan
sebuah dinasti.sejak di dirikan pada tahun 1301 M, tarekat ini mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Tujuan awal dari gerakan ini adalah untuk
memberantas penyimpangan yang dilakukan masyarakat muslim di asia kecil, yang
di kenal dengan sebutan ahli bid’ah.tetapi karena begitu fanatiknya gerakanpara
pengikut gerakan tarekat ini, akhirnya gerakan ini tidak hanya bertujuan
membarantas kelompok bid’ah, bahkan melakukan gerakan melawan mereka yang bukan
berasal dari golongan syi’ah . Gerakan tarekat ini di pimpin oleh Junaid
(1447-1460 M). sepeninggal Junaid, pimpinan tarekat di gantikan oleh anaknya
bernama Haidar. Haidar mengawini putrid Uzun Hasan dan melahirkan anak bernama
Isma’il.dialah yang kelak berhasi mendirikan kerajaan Safawiyah.[1]
1.
Para
Penguasa Safawiyah
Isma’il berkuasa
selama 23 tahun, baberapa tahun pertamanya ia berhasil menumpas sisa-sisa
kekuatan Ak-kuyonlu dan melancarkan gerakan ekspansi. Ekspansi ini berhasil
menaklukan propinsi caspia di Nazardaran, gurgan, dan yazd (1504 M),Diyar Bark
(1505-1507 M), baqdad dan wilayah barat daya yang di taklukkannya pada tahun
1501 M. hanya dalam waktu sepuluh tahun, Isma’il berhasil memperluas kekuasaan
yang meliputi wilayah Persia.[2]
2.
Kemajuan
Dinasti Safawiyah
Kemajuan ekonomi pada masa ini bermula dengan
penguasaan atas kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun. Dengan demikian
safawiyah menguasai perdagangan barat dan timur. Safawiyah juga mengalami
kemajuan dalam bidang pertanian. Kemajuan ekonomi ini mengantarkan safawiyah
mencapai kemajuan ilmu pengetahuan dan seni.[3]
3.
Kemunduran dan kehancuran
Kerajaan safawiyah mengalami kemunduran yang
berangsur-angsur dan akhirnya runtuh. Hal itu terjadi karena sejumlah raja yang
berkuasa setelah abbas merupakan penguasa yang lemah, sehingga tidak mampu
memprtahankan kejayaan kerajaan safawiyah. Ada sejumlah faktor penyebab
kemunduran kerajaan ini selain factor ketidak cakapan sejumlah raja setelah
Abbas I, di antaranya adalah pertama;
konflik militer yang berkepanjangan dengan kerjaan.[4]
B. Kerajaan Mughal di India
Sebelum dinasti
Mughal berdirikan di India wilayah ini sudah pernah di kuasai para penguasa
Islam pada masa dinasti Bani Umayah, yakni pada masa khalifah Al- Walid.penaklukan
wilayah ini di lakukan oleh pasukan Umayah yang di pimpin oleh panglima Muhammad bin Qasim kemudian
pasukan ghaznawiyah di
bawah pimpinan sultan Mahmud, berhasil mengembangkan kedudukan Islam di wilayah
ini dengan menaklukan seluruh kekuasaan hindu dan melakukan Islamisasi sebagian
masyarakat India pada tahun 1020 M. setelah gaznawi hancur, muncullah beberapa
dinasti kecil yang menguasai India.[5]
Kerajaan Islam Mughal di India di dirikan oleh Zahiruddin Babur. Ayahnya
bernama Umar Mirza yang
merupakan seorang penguasa Farghana.sepeninggal ayahnya Babur yang berusia 11
tahun mewarisi tahta kekuasaan wilayah Farghana. Ia bercita-cita menguasai
wilayah samarkhan yang merupakan kota terpencil di Asia Tengah pada saat
itu. Pada tahun 1954 Babur berhasil menaklukkan samarkhan dan pada
tahun 1504 M ia berhasil menaklukan Kabul, ibu kota Afghanistan. Dari Kabul,
Babur melanjutkan ekspansi ke India. Ketika itu India berada di bawah kekuasaan
Ibrahim Lodi. Pada saat itu , pemerintah dinasti Lodi sedang mengalami krisis
politik, dan pertahanan mulai melemah, sehingga babur dengan mudah
mengalahkannya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil mengusai wilayah Punjab. Setelah
memenangkan pertempuran di Panipat, Babur dan pasukannya berhasil memasuki kota
Delhi. Setahun kemenangan itu,
tepatnya pada 1526 M. babur berusaha mengembangkan Islam
di wilayah tersebut.[6]
1.
raja-raja
mughal
Sepeninggal Babul, tahta kerajaan Mughal di teruskan
oleh anaknya yang bernama Humayun. Sekalipun Babur berhasil menegakkan Mughal
dari serangan musuh, namun Humayun tetap saja menghadapi banyak tantangan, di
antara pemberontakan dari Bahadur syah, penguasa Gujarat yang ingin memisahkan
diri dari pemerintahan delhi. Akan tetapi pasukan tersebut dapat di kalahkan
pasukan Humayun.pada tahun 1556 M Humayun meninggal.[7]
Sepeninggal Humayun, tahta kerajaan Mughal di jabat
oleh putranya bernama Akbar(1556-1603 M). ketika menerima tahta kerajaan ini
Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan pemerintahan di percayakan
kepada Bairam khan, seorang penganut syiah. Ketika dewasa Akbar
berusaha menyingkirkan Bhairam Khan, karena dianggap terlalu memaksakan paham
syiah. Bhairam mengadakan pemberontakan yang segera dapat di padamkan oleh
Akbar dalam pertempuran di Jullandur tahun 1561 M.[8]
Untuk mengatasi perbedaan agama agar tidak terjadi
konflik umat beragama, Akbar membuat kebijakan nerupa kebijakan politik.
Politik sulakhul (toleransi universal).politik ini berhasil menciptakan
kerukunan masyarakat India yang sangat beragam suku dan keyakinannya.kemajuan
yang telah di capai Akbar dapat di pertahankan oleh penerusnya yang bernama Jehangir(1605-1627 M) dan syah Jihan(1628-1658M), dan Aurangzeb(1659-1707 M). ketiganya
merupakan raja-raja besar mughal yang di dukung oleh kekuatan militer yang
besar.[9]
2.
kemunduran
dan kehancuran kerajaan islam mughal
Terdapat
beberapa faktor penyebab kemunduran dan kehancuran dinasti Mughal di India. Di
antaranya adalah konflik internal dikalangan istana, serangan bangsa Hindu,
serangan bangsa Persia dan masuknya unsure asing seperti bangsa Inggris yang
menguasai sector ekonomi dengan mendirikan IEC. Meskipun mughal merupakan
kerajaan Islam namun mayoritas warganya tetap beragama Hindu.bahkan sejarah
pembentukan kerajaan ini bermula dari gerakan penaklukan terhadap sejumlah
penguasa Hindu. Mereka melancarkan pemberontakan di bawah pimpinan Hemu dalam
peperangan panipat II (1556M). pada waktu mughal mengalami krisis perebutan
kekuasaan di kalangan istana yakni antara tahun 1779-1748 M, orang-orang Hindu
kembali melancarkan sejumlah
pemberontakan. Kelompok
sikh di sebelah utara delhi, dan merebut kota sirhind. Golongan Maratha di
bawah pimpinan Baji Rao berhasil merebut sebagian wilayah Gujarat di tahun 1723
M.[10]
Ketika keadaan Mughal dalam kondisi seperti itu,
inggris memperkuat posisinya. Dari urusan perdagangan Inggris berusaha
memperlebar pengaruhnya dalam lapangan politik dengan di bentuknya EIC. Inggris
memperkut militernya di daerah perdagangan yang di kuasainya, terutama di
Bengal. Militer inggris berhasil menekan Syah Alam, sehingga melepaskan wilayah
Qudh, Bengal, dan Orisa Kepada Inggris. Akbar II (1806-1837 M), pengganti Syah
Alam, memberikan konsesi kepada EIC untuk mengembangkan perdangan di India
sebagaimana di inginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak
perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana.
Baharudin Syah (1837-1858 M) pengganti akbar II, menentang isi perjanjian yang
telah di sepakati oleh ayahnya, hal ini menimbul konflik antara Baharudin syah
dengan pihak Inggris.[11]
Ketika itu, pihak EIC sedang mengalami kerugian akibat
tidak efiseinnya administrasi perusahaan,sedang pihak EIC harus tetap menjamin
penghidupan raja dan keluarga istana. Inilah latar belakang EIC memungut pajak
tinggi dari rakyat. Rakyat yang merasa tertekan berusaha melancarkan
pemberontakan dengan menjadikan Baharudin Syah sebagai pemimpin mereka melawan
Inggris dalam sebuah pertempuran yang terjadi pada bulan mei 1857 M pihak
Inggris berhasil menghancurkan kekuatan rakyat India. Mereka di hokum secara
kejam sebelum di usir dari Delhi. Baharuddin Syah di usir dari istana pada
tahun 1885 M. dengan demikian berakhirlah kikuasaan kerajaan Islam Mughal di
India. [12]
C. Kerajaan Turki Usmani
Kehancuran dinasti Turki Saljuk oleh serangan pasukan
Mongol, merupakan saat pembentukan dinasti Turki Usmani. Silsilah turki Usmani
berpangkal pada sebuah suku kecil, yakni kabilah Ughu, semula mereka tinggal di
sebelah utara negeri Cina. Karena tekanan dari bangsa Mongol dengan di pimpin
olkeh Sulaiman syah mereka berpindah tempat kearah barat, hingga mereka
bergabung dengan saudara seketurunan, yakni orang Turki saljuk.[13]
Di bawah pimpinan Ertogrul(w 1280 M) mereka mengabdikan
kepada Sultan Saljuk, Alauddin yang
sedang berperang melawan Bizartine. Atas kehebatan Ertogrul dan dukungan penuh
dari anak buahnya, pasukan saljuk mendapatkan kemenangan penuh melawan
Bizartine. sebagai hadiahnya, sultan memberikan wilayah di perbatasan Bizartine
kepada Ertogrul, serta memberinya wewenang untuk mengadakan ekspansi.[14]
1.
Kemajuan
yang di capai yang Di capai Turki Usmani Semula kerajaan usmani
hanyalah kerajaan kecil, tetapi dengan dumungan militer yang kuat tidak
beberapa lama kerajaan usmani menjadi kerajaan yang kuat. Ekspansi usmani tidak
hanya bergerak kea rah timur tetapi juga kea rah barat. Orkhan berhasil
menaklukan kota-kota Yunani seperti; Nicea, Nekomedia, dan sejumlah daerah di
sekitarnya.sejak naik tahta Murad I melanjutkan kebijakan ayahnyauntuk
meneruskan gerakan ekspansi. Adrianopel di taklukkan pada tahun 1356 M.
kemudian secara berturut-turut di susul dengan jatuhnya kota Macedonia,
Bulgaria dan Serbia. Ke tangan Murad I. kemudian sultan Bayazid I memperluas
wilayah Usmani ke Eropa dengan menaklukan sebagian wilayah Eropa timur sampai
ke Hongaria. Gerakan ekspansi ini sempat terhenti di penghujung pemerintahan
pemerintahan Bayazid I akibat tekanan dari pasukan timur Lenk. Pada tahun 1402
M. namun para para penguasa Usmani berhasil melanjutkan kembali ekspansi ini,
terutama pada Muhammad II. Gelar al-Fatih sang penakluk pantas di sandang
Muhammad II keberhasilannya menaklukan kekuatan terakhir imperium Romawi timur
yang berpusat di konstantinopel.[15]
Keberhasilan
ekpansi pada masa awal Turki Usmani sempat menimbulkan kecemasan bangsa-bangsa
Eropa, sehingga mereka mengerahkan kembali pasukan salib Pada tahun 1396 M.
kekuatan Eropa di pimpin oleh para uskup gereja, berhasil di kalahkan oleh
pasukan Usmani. Keberhasilan ekspansi Turki Usmani di barengi pula dengan
terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam struktur pemerintahan,
khalifah atau sultan merupakan penguasa tertinggi yang di bantu oleh perdana
menteri yang membawahi gubernur. Di bawah gubernur terdapat bupati. Demi
penertiban urusan pemerintahan Sulaiman I menetapkan sejumlah peraturan dan
perundangan. Sikap penguasa Usmani cenderung tidak memaksakan agama setelah
berhasil menaklukan atau menguasai suatu wilayah. Mereka tetap memberikan
kebebasan pihak gereja untuk menangani suatu wilayah dan untuk menangani urusan
umatnya. Selain itu penguasa Usmani yang mlindungi sejumlah gereja Kristen
menimbulkan simpatik masyarakat setempat.[16]
Pengambilalihan
kekuasaan Bizantiun menjadi kekuasaan muslim Turki Usmani menimbulkan
perpindahan agama dan sekaligus menjadikan tersebrnya agama Islam di Eropa.
Sebekumnya penduduk Turki, mayoritas masyarakat Yunani, Armenia, Georgia, dan
Anatolia adalah pemeluk Kristen. Pada abad ke-15 mayoritas penduduk wilayah ini
telah menjadi muslim. Peralihan agama ini sangat berkaitan dengan melemahnya
otoritas gereja Anatolia, akibat kemunduran imperium bizartine dan juga akibat
penyerahan Anatolia menjadi kekuasaan turki, sehingga masyarakat Anatolia hidup
tanpa kepemimpinan.[17]
pada masa
itu Kristen telah salah menduga bahwa kekalahan mereka merupakan hukuman dari
Tuhan yang akan mengakhiri hidup mereka. Ternyata pasukan muslim turki tidak
hanya memberikan hak hidup bahkan menjamin kebebasan beragama sedikit demi
sedikit mereka memeluk agama Islam sampai pada abad 15 M semua warga Anatolia
memeluk Islam.
Penaklukan
dan pendudukan Usmani atas semenanjug Balkan juga menimbulkanpeningkatan
pemeluk muslim di semenanjung ini. Bangsa turki pertama kali datang di Balkan
melalui Thrace.lembah Marista, Bulgaria utara dan Albania utarapada sekitar
abad 14-15 M. mereka mendirikan ratusan perkampungan baru yang sebagian besar
di huni oleh muslim. Sekalipun terjadi peralihan agama di Serbia, Albani, dan
Bulgaria namun peralihan ini sama sekali tidak menimbulkan perselisihan. Pada
abad 17 M Islam mulai berkembang di Albani utara, dan Montenegro.bangsa-bangsa
Yunani di bagian barat daya Macedonia dan crete memeluk Islam sekitar petengahan
abad ke-17 sampai abad ke-18.[18]
Demikian lah
Turki Usmani telah berjasa melanjutkan gerakan ekspansi wilayah muslim
khususnya ke daratan Eropa, dan telah berjasa berjasa sekali menyebarkan
Islamisasi di tengah masyrakat Eropa.
2.
Kemajuan
budaya dan keagamaan
Kebudayaan Turki merupakan perpaduan antara kebudayaan
Persia, Bizntium dan arab. Dari kebudayaan Persia banyak menerima ajaran
tentang etika dan tata karma dalam kehidupan istana. Organisasi pemerintahan
mereka dapatkan kebudayaan Bizantine. Sedang dari kebudayaan arab mereka
mendapatkan ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan, dan ilmu
pengetahuan.[19]
Sebagai bangsa yang berdarah militer bangsa Turki
Usmani lebih memperhatikan kemajuan bidang politik dan kemiliteran, sedang
perhatian mereka dalam pengembangan ilmu pengetahuan tidak begitu menonjol,
kecuali di bidang seni arsitektur sejumlah bangunan Islam di bangun
dengan kata seni yang sangat indah. Masjid jami’ Muhammad al-Fatih, masjid
Agung Sulaiman, masjid Abu Ayyub al- Anshari, dan sebuah masjid yang semula
adalah gereja, aya shopia yang merupakan peninggalan arsitektur Usmani.
3.
Kemunduran
Kerajaan Turki Usmani
Fase kemunduran turki Usmani secara perlahan semenjak
kematian Sulaiman I al-qanunifase kemunduran ini di tandai dengan melemahnya
semangat perjuangan prajurid Usmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam
menghadapi sejumlah peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan system pemeritahan
tidak berjalan semestinya.
Beberapa factor penyebab kemunduran dinasti Bani
Usmani. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, luasnya wilayah kekuasaan Usmani.mtampaknya
penguasa turki hanya menuruti ambisi penaklukan, sementara penataan system dan
tata pemerintahan terabaikan.
Kedua, pemberontakan Jennisary. Pada masa belakangan
Jennisary tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, namun
keberadaannya di dominasi oleh keturunan dan golongan tertentu.
Ketiga, pengusa yang tidak cakap. Generasi penguasa
Usmani sesudah Sulaiman al-Qanuni cenderung lemah semangat perjuangan nya.
Keempat, merosotnya perekonomian Negara akibat
sejumlah peperangan, di mana sebagian peperangan tersebut pihak Turki mengalami
kekalahan. Terlepasnya wilayah-wilayah kekuasaan Usmani juga menimbulkan
kemerosotan beberapa Negara..
Kelima, stagnasi bidang ilmu dan tekhnologi. Kemajuan
militer yang tidak di imbangi dengan ilmu dan tekhnologi. Sementara itu pihak
Eropa berhasil mengembangkan persenjataan maka ketika terjadi kontak senjata
berkali turki usmani mengalami kekalahan.[20]
Keenam, tumbuhnya gerakan nasionalisme. Kekuasaan
Turki atas sejumlah wilayah yang di dudukinya bermula dari gerakan penyerbuan
dan penaklukan. Sekalipun penguasa Turki telah berbuat sbaik mungkin terhadap
masyarakat yang di kuasainya, namun kehadiran penguasa Usmani tetap saja di
pandang sebagai pihak asing. Pandangan ini akhirnya kesadaran kebangsaan yang
melatar belakangi sejumlah pemberontakan dan peperangan untuk melepaskan diri
dari kekuasaan Turki Usmani.[21]
D.
Akhir
Riwayat Imperium Turki Usmani
Setalah kekalahan atas Eropa, usmani
mulai menyadari kelemahannya dan menyadari pembaharuan kemiliteran. Usaha-
usaha tersebut seolah tidak berarti di banding kemajuan tekhnologi kemiliteran
Eropa yang berkembang sangat pesat. Berkali-kali Usmani harus bertekuk lutut
menghadapi militer Rusia dan bangsa Eropa lainnya.
Ketika terjadi perang dunia pertama
(1915), Turki Usmani bergabung dengan Jerman. Dalam peperangan ini Jerman dan
Turki mengalami kekalahan. Akibatnya banyak kekuasaan Turki Usmani yang
memisahkan diri. Sampai tahun 1919 pihak sekutu gencar menyerang Turki. Pihak
sekutu menandatangani perjanjian sevres. Antara lain perjanjian ini berisi
pengesahan penduduk Yunani atas Istambul. Perjanjian yang di tanda tangani
pihak penguasa Turki ini di protes oleh sebuah pemberontakan. Colonel Mustafa Kamal
justru bepihak pada pemberontakan ini. Mustafa kamal berhasil menahan serangan
Yunani dan berhasil memaksa Eropa menyerahkan kekuasaan atas wilayah Azmir dan
Anatolia. Pada bulan April 1921, sidang majelis Turki menetapkan Mustafa Kamal
sebagai pimpinan.
Dalam situasi ini Yunani kembali
menyerang Turki Usmani pada agustus hingga pertengahan September 1921. Tetapi
Mustafa Kamal berhasil mematahkan serangan ini dan memaksa Yunani menanda
tangani perjanjian Lusan yang berisikan pengakuan kekuasaan Turki Usmani atas
Asia kecil, Istambul, dan pihak Yunani harus segera kembali ke negeri asal
mereka.[22]
Menurut Mustafa Kamal
kemunduran-kemunduran Turki Usmani di sebabkan karena tidak beresnya system
kekhalifahan. Oleh karena itu, system ini harus di hapuskan kalau Turki ingin
maju sebagaimana Negara Eropa lainnya. Karena pertimbangan ini maka Mustafa
Kamal dalam kapasitasnya sebagai pimpinan dewan majelis menghapuskan jabatan
khalifah pada tahun 1924 M. semenjak ini Turki Turki Usmani dan dan sejarah
Turki memasuki era modern.[23]
Ada hal penting yang perlu di tugaskan
di sini bahwa sejak Mustafa Kamal al-tarturk menghapuskan system khalifah dan
mengubah Negara menjadi Republik Turki, maka orientasi menjadi sekuler. Semua
system yang bercorak keagamaan di hapus, misalnya pengadilan syar’I di hapuskan
diganti dengan pengadilan sekuler pembubaran kementrian urusan keagamaan dan
kesalehan, pembubaran lembaga pendidikan agama atau medrese, di gantikan dengan
system pendidikan modern ala barat. Kebijakan ini benar-benar menghapuskan
lembaga ulama atau ilmiye, sehingga para ulama tidak di beri perean sama
sekali. Dengan demikian dapat di katakana bahwa Turki modern adalah Negara
Republik Islam Turki yang sekuler, yang berbeda dengan dasar awal pembentukan
Negara dinasti Turki Usmani. [24]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa, tiga kerajaan Islam penting
diciptakan pada akhir abad 15 dan awal abad 16: kerajaan Usmani di Turki,
kerajaan Shafawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India. Tiga Kerajaan penting
tersebut tampak lebih memusatkan pandangan mereka pada tradisi demokratis
Islam, dan membangun imperium absolute. Hampir setiap segi kehidupan umum
dijalankan dengan ketepatan sistematis dan birokratis. Ketiga kerajaan besar
ini seperti membangkitkan kembali kejayaan Islam setelah runtuhnya Bani
Abbasiyah. Namun, kemajuan yang dicapai pada masa tiga kerajaan besar ini
berbeda dengan kemajuan yang dicapai pada masa Islam klasik, kemajuan pada masa
klasik jauh lebih kompleks.
B.
Saran
pemakalah berharap dengan
adanya makalah ini pembaca dapat menggunakannya dengan baik, serta berguna bagi
kedepannya. pemakalah juga mengharapkan masukan dari para pembaca, guna
memperbaiki dan meminimalkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pemakalah.
DAFTAR FUSTAKA
Ahmad
Syalabi, 1988, Sejarah dan Kebudayan Islam: Imperium Turki Usmani, Jakarta:
Kalam Mulia
Badri Yatim, 2004, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Hasjmy, 1993, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang Taufiqurrahman, 2003, Sejarah Politik Masyarakat Islam. Surabaya: Pustaka Islamika, ibid , Harun nasution, syed mamudunnasir,op
Badri Yatim, 2004, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Hasjmy, 1993, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang Taufiqurrahman, 2003, Sejarah Politik Masyarakat Islam. Surabaya: Pustaka Islamika, ibid , Harun nasution, syed mamudunnasir,op
Hasan ibrahim hasan ,
sejarah dan kebudayaan islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar