DINASTI ABBASIYAH ( 750 – 1258 M )
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
Kelompok : Reza Rahmatillah
Prodi/Unit : PAI /A
Semester : 1 (Satu )
Dosen Pengampu : Padhilawati S.Ag
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
GAJAH PUTIH TAKENGON ACEH TENGAH, ACEH
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam setelah khulafur Rasyidin mengalami banyak perkembangan
serta banyak perubahan yang terjadi seiring dengan pergantian penguasa. Setiap
babak baru dalam pergantian kekuasaan ini ada yang mengalami puncak kejayaan yang
cukup lama dan ada juga yang hanya beberapa tahun saja. Kejayaan ini membawa
pengaruh besar dalam perkembangan islam di berbagai bidang. Bani abbasiyah
adalah salah satu dinasti yang berperan dalam perkembangan tersebut dan
merupakan dinasti kedua yang memerankan drama besar politik dan perkembangan
islam setelah bani umayah. Dinasti abbasiyah ini membawa pengaruh besar dalam
perkembangan islam. Walaupun akhirnya
dinasti ini juga hancur karena berbagai faktor.
B. Rumusan Masalah
a.
Bagaiman sejarah berdirinya
dinasti Abbasiyah ?
b.
Bagaiman periodesasi dinasti
Abbasiyah ?
c.
Bagaimana sistem pemerintahan bani
Abbasiyah?
d.
Bagaiman ekspansi wilayah dinasti
Abbasiyah ?
e.
Bagaimana kemajuan dan kemunduran
dinasti Abbasiyah ?
f.
Bagaiman runtuhnya dinasti
Abbasiyah ?
C. Tujuan Pembahasan
a.
Untuk mengetahui bagaimana sejarah
berdirinya dinasti Abbasiyah ?
b.
Untuk mengetahui bagaimana
periodesasi dinasti Abbasiyah ?
c.
Untuk mengetahui sistem
pemerintahan dinasti Abbasiyah ?
d.
Untuk mengetahui bagaimana
ekspansi wilayah islam dinasti Abbasiyah ?
e.
Untuk mengetahui bagaimana
kemajuan dan kemunduran dinasti Abbasiyah ?
f.
Untuk mengetahui bagaiman
mundurnya dinasti Abbasiyah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendirian Dinasti Abbasiyah
Kekuasaan Dinasti Bani Abbas atau Khilafah Abbasiyah, “sebagaimana
disebutkan melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Ummayyah dinamakan Khilafah Abbasiyah
karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al – Abbas paman
nabi Muhammad SAW”.[1] Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al – Saffah ibn Muhammad ibu Ali ibn Abdullah
ibn Al – Abbas. Kekuasaan berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari
tahun 132 H (750 M) sampai dengan 656 H (1258 M). selama dinasti ini berkuasa,
pola pemerintahan yang di terapkan berbeda – beda sesuai dengan perubahan
politik, sosial dan budaya.
Masa pemerintahan Abu Al – Abbas, pendiri dinasti ini
sangat singkat yaitu dari tahun 750 M sampai 754 M. karena itu, Pembina
sebenarnya dari daulat Abbasiyah adalah Abu Jakpar Al – Mansyur ( 754 – 775 M )
dia dengan keras menghadapi lawan – lawannya dari Bani Ummayah, Khawarij dan juga Syi’ah yang merasa di
kucilkan dari kekuasaan. Untuk mengamankan kekuasaan, tokoh – tokoh besar yang
mungkin menjadi saingan baginya satu persatu di singkirkannya.
Beredarnya Daulah Abbasiah diawali dengan dua strategi, yaitu :
1.
Dengan sistem mencari pendukung
dan penyebaran ide secara rahasia, hal ini sudah berlangsung sejak akhir abad
pertama hijjriah yang bermarkas di Syam dan tempatnya di Al Hamimah, sistem ini
dibentuk oleh Daulah Abbasiah.
2.
Dengan terang – terangan dan
himbauan – himbauan di forum – forum resmi untuk mendirikan Daulah Abbasiyah
berlanjut dengan peperangan melawan Daulah Bani Ummayyah.
Dari
dua strategi yang di terapkan oleh Muhammad bin Al – Abasyi dan kawan – kawannya
sejak akhir abad pertama sampai 132 H akhirnya membuahkan hasil dengan
berdirinya Daulah Abbasiyah.
Berbagai
tekhnis di terapkan oleh pengikut Muhammad Al – Abbasyi, seperti sambil
berdagang dan melaksanakan haji dibalik itu terprogram bahwa mereka menyebarkan
ide dan mencari pendukung terbentuknya Daulah Abbasiyah
B.
Sistem Politik dan Pola Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
1. Sistem Politik
Adapun sistem politik yang dijalankan oleh daulah
Abbasiyah antara lain:
a.
Para Khalifah tetap dari turunan
Arab murni, sementara para menteri, gubernur, panglima, dan pegawai lainnya
banyak di angkat dari golongan mawali turunan Persia.
b.
Kota Baghdad sebagai ibu kota Negara, yang menjadi pusat
kegiatan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan dijadikan kota pintu terbuka,
sehingga segala bangsa yang menganut berbagai keyakinan diijinkan bermukim di
dalamnya.
c.
Ilmu pengatahuan di pandang
sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia.
d.
Kebebasan berpikir sebagai hak
asasi manusia sepenuhnya.
e.
Para mentri turunan Persia di beri
hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memagang peranan
penting dalam membina taman dun islam.
2. Sistem Pemerintah
Dasar – dasar pemerintahan Abbasiyah
diletakkan oleh khalifah ke dua, Abu Jakpar Al – Mansyur yang dikenal sebagai
pembangun khalifah tersebut “Sedangkan pendiri Abbasiyah adalah Abdul Abbas Al
– Saffah, Sistem pemerintahan kekalifahannya diambil dari nilai – nilai
Persia”.[2] Para khalifah Abbasiyah memperoleh kekuasaan
untuk mengatur Negara langsung dari Allah bukan dari rakyat yang berbeda dari
sistem kekalifahan yang di pilih oleh rakyat.
Pemerintah Abbasiyah berlanjut dari tahun
132 sampai 656, kurang lebih selama 542 tahun. Pemerintah Abbasiyah menurut
pandangan ahli sejarah membagi kepada periode :
a.
Periode khalifah Abbasiyah yang
pertama Abdul abbas Al – saffah 132 – 136 H / 750 – 754 M. Nama aslinya adalah
Abu Al – Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Pada periode ini Al – Khalifah merahabilitasi
istana yang berada di Baghdad namun para periode Al – mansyur khalifah kedua di
bangun kembali dengan megah.
b.
Periode khalifah Abbasiyah yang
kedua
Khalifah kedua
sesudah Abu Abbas As – saffah adalah abu Jakpar Al – mansyur 136 – 158 H / 754
– 775 M. Dilahirkan Abu Jakpar Abdullah bin Muhammad bin Ali Abbasyi tahun 101
H di kemah pada akhir pemerintahan Ummar bin Abdul Aziz.
Dalam menjalankan pemerintahan,
dinasti Abbasiyah memiliki kantor pengawas yang pertama kali dikenal Al –
Mahdi, dewan korespondensi atau kantor arsip yang menangani semua surat resmi
dokumen politik serta intruksi-instruksi dan ketetapan khalifah. “Dewan
penyelidik keluhan adalah sejenis pengadilan tingkat banding atau pengadilan
tingkat tinggi untuk menangani kasus – kasus yang diputuskan secara keliru pada
departemen administrative dan politik. Selama bani Abbasiyah berkuasa pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda beda sesuai dengan pola pemerintahan dan
perubahan politik. Pada mula nya, ibu kota Negara adalah hasyimiayah, dekat
kuffah”.[3]
Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas Negara yang baru berdiri
itu, Al – Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke kota yang baru di bangun nya,
yaitu Baghdad dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. dengan
demikian, pusat pemerintahan dinasti bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa
Persia di ibu kota yang baru ini Al – Mansyur melakukan konsolidasi dan
penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki
jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif.
Di bidang pemerintahan ia
menciptakan tradisi baru dangan mengangkat wazir sebagai coordinator –
coordinator departemen, wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin barmak
berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protocol Negara,
sekretaris Negara, dan kepolisian Negara di samping membenahi angkatan
bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abd Al – Rahman sebagai hakim pada
lembaga kehakiman Negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti bani
Ummayyah di tingkat kan peranan nya dengan tambahan tugas kalua dulu hanya
sekedar untuk mengantar surat, pada masa Al – mansyur, jawatan pos di tugas kan
untuk menghimpun seluruh informasi di daerah – daerah, sehingga administrasi
kenegaraan dapat berjalan lancar. Para jawatan pos bertugas melaporkan tingkah
laku gubernur setempat kepada khalifah.
C.
Ekspansi Wilayah Dinasti Abbasiyah
Dinasti
Abbasiyah lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan islam dari pada
perluasan wilayah. Disinilah letak perbedaan pokok antara uamyah dan dinasti
Abbasiyah. Puncak kejayaan. “Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun
Ar-rasyid ( 786-809 M ) dan anaknya Al – Makmun ( 813-833 M ) ketika Ar –
Rasyid memerintah Negara dalam keadaan makmur, kejayaan melimpah, keamanan,
terjamin walaupun ada juga
pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga ke
india”.[4]
D.
Kemajuan Dinasti Bani Abbasiyah
Setiap
dinasti atau rezim mengalami fase – fase yang di kenal dengan fase pendirian,
fase pembangunan, dan kemajuan. “Akan tetapi durasi masing – masing fase itu
berbeda – beda karena bergantung pada kemampuan penyelenggara pemerintahan yang
bersangkutan”.[5] Pada
masa pemerintahanm, masing – masing memiliki berbagai kemajuan dari beberapa
bidang, diantaranya bidang politik militer, bidang ekonomi, bidang sosial
budaya, bidang ilmu dan ilmuan.
1. Bidang Politik Militer
Walaupun
demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang
mengganggu stabilitas, baik dari kalangan bani Abbas sendiri maupun dari luar.
Gerakkan – gerakan ini seperti sisa – sisa bani Ummayah dan kalangan intern
bani Abbas, revolusi Al – khawarij di Afrika Utara, gerakan zindik di Persia, gerakan
Syi’ah dan konflik antara bangsa serta aliran pemikira keagaamaan, semuanya
dapat di padamkan. Diantara perbedaan krakteristik yang sangat mencolok antara
pemerintahan dinasti bani ummayah dengan dinasti bani Abbasiyah, terletak pada
orientasikebijakan yang di keluarkannya.
Pemerintah dinasti bani ummayah orientasi kebijakan yang di keluarkannya
selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaannya. sementara pemerintah dinasti
bani Abbasiyah, lebih memfokuskan diri pada upaya pengembanga ilmu pengetahuaan
dan peradaban islam, sehingga masa pemerintahan ini dikenal sebagai masa
keemasan peradaban islam. “Meskipun begitu, usaha untuk mempertahankan wilayah
kekuasaan tetap merupakan hal penting yang harus dilakukan”.[6]
Untuk itu, pemerintahan dinasti bani Abbasiyah memperbarui sistem politik
pemerintahan dan tatanan kemeliteran. Agar semua kebijakan militer
terkoordinasi dan berjalan dengan baik maka pemerintah dinasti bani Abbasiyah
membentuk departemen pertahanan dan keamaan, yang disebut diwanul
jundi.departemen ini lah yang mengatur semua yang berkaitan dengan kemiliteran
dan pertahanan keamaan. Pembentukan lembaga ini didasari atas kenyataan politik
militer bahwa pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah, banyak terjadi
pemberontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari
pemerintahan dinasti Abbasiyah.
2. Bidang Ekonemi
Pada masa Al
– mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sector pertaniaan, melalui
irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan
besi. Terkecuali itu dagang transit antara timur dan barat juga banyak membawa
kekayaan. Bahsrah menjadi pelabuhan yang penting.
3. Bidang Sosial Budaya
Sebagai sebuah dinasti,
kekalifahan bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad, telah banyak
memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban
islam. “Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa terdapat bebrapa
orang khalifah yang benar – benar memiliki kepedulian untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan peradaban islam serta berbagai bidang lainnya seperti,
bidang-bidang social dan budaya”.[7]
Diantara kemajuan dalam bidang social budaya adalah terjadi nya proses
akulturasi dan asimilasi masyarakat.
Keadaan sosial masyarakat
yang majemuk itu membawa dampak positif dalam perkembangan dan kemajuan peradan
islam pada masa ini karena dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka
miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan bidang – bidang sosial buday lainnya
yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu
pengetahuan lainnya. “Daiantara kemajuan ilmu pengetahuan social budaya yang
ada pada masa khalifah dinasti Abbasiyah adalah seni bangunan dan arsiterktur
baik untuk bangunanistana, masjid, bangunan kota dan lain sebagainya”.[8]
Seni arsitektur yang di pakai dalam pembangunan istana dan kota – kota, seperti
pada istana Qashrul dzahabi dan Qashru khuldi, sementara bangunan kota seperti
pembangunan kota Baghdad smarra dan lain - lainnya. Kemajuan juga terjadi pada
bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada masa inilah lahir seorang sartawan
dan budayawan terkenal seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al – Mutanabbi,
Abdullah bin Muqaffa dan lain – lainya. Karya buah pikiran mereka masih dapat
di baca hingga kini seperti kitab Kalilah wa Dimmna. Sementara tokoh terkenal
dalam bidang nusik yang kini karyanya juga masih di pakai adalah Yunus bin
Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik islam, Al - Parabi dan lain –
lainnya.
Selain bidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuaan dalam bidang
pendidikan. Pada masa – masa awal pemerintahan dinasti Abbasiyah, telah banyak
di usahakan oleh para khalifah untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan.
Karena itu mereka kemudian mendirikan lembaga – lembaga pendidikan, mulai dari
tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Popularitas daulat Abbasiyah mencapai
puncaknya di zaman khalifah harun Al – Rasyid ( 786 – 809 M). Dan putra nya
l-ma’mun ( 813 – 833 M ) kekayaan yang banyak dimanfaatkan harun Ar – Rasyid
untuk keperluan sosial, Rumah Sakit, lembaga pendidikan, Dokter dan Farmasi
didirikannya. Pada masa itu sudah terdapat paling tidak 800 orang Dokter. Di
samping itu, pemandian pemandian juga di bangun tingkat kemakmuran yang paling
tinggi terwujad pada zaman khalifah ini, kesejahteraan sosial, kesehatan,
pendidikan, ilmu pengetahuaan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada
zaman keemasannya.
Dari gambaran diatas terlihat bahwa, dinasti bani Abbasiyah pada periode
pertama lebih menekankan pembinaaan dan peradaban dan kebudayaan islam dari
pada perluasaan wilayah disinilah perbedaan pokok antara bani Abbasiyah dan
bani ummayah.
4. Bidang Ilmu dan Ilmuan
Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu dinasti islam yang sangat peduli
dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. “Upaya ini mendapat tanggapan yang
sangat baik dari para ilmuan sebab pemerintahan dinasti Abbasiyah telah
menyiapkan segalanya untuk kepentingan tersebut”.[9]
Diantara fasilitas yang di berikan adalah pembangunan pusat – pusat riset dan
terjemah seperti baitul hikmah dan majelis munadzarah, dn pusat – pusat studi
lainnya. Bidang –bidang ilmu pengetahauan umum yang berkembang antara lain:
a.
Filsafat
b.
Ilmu Kalam
c.
Ilmu Kedokteran
d.
Ilmu Kimia
e.
Ilmu Hisaf
f.
Sejarah
g.
Ilmu Bumi
h.
Astronomi
Selain
ilmu pengetahuan umum dinasti Abbasiyah juga memperhatikan pengembangan ilmu
pengetahuaan keagamaan antara lain:
a.
Ilmu Hadis
b.
Ilmu Tafsir
c.
Ilmu Fiqih
d.
Ilmu Taswuf.
E.
Kemunduran Dinasti Bani Abbasiyah.
Faktor-faktor penyebab kemunduran bani Abbasiyah diantara nya
adalah :
1. Kemewahan Hidup di
Kalangan Penguasa
Perkembangan peradaban dan kebudayaan
serta kemajuan besar yang di capai dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah
mendorong penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Kondisi ini
memberikan peluang kepada tentara propesional asal turki untuk mengambil alih
kendali pemerintahan.
2. Perebutan Kekuasaan antara
Keluarga Bani Abbasiyah
Perubatan kekuasaan dimulai sejak masa Al
– Ma’mun dengan Al – amin di tamabah dengan masuknya unsure turki dan parsi.
“Setelah Al – Mutawakkil wafat, pergantian kekhalifahan terjadi secara tidak
wajar. Dari ke 12 khalifah pada periode kedua dinasti Abbasiyah, hanya 4 orang
khalifah yang meninggal secara wajar”.[10]
Selebihnya wafat karena terbunuh atau di racun dan di turunkan secara paksa.
3. Faktor Keagamaan
Sejak terjadi nya konflik antara muawiyah
dan khalifah ali yang berakhir dengan lahirnya tiga kelompok umat yaitu :
pengikut Muawiyah, Syi’ah, dan khawarij. Ketiga kelompok ini senantiasa berebut
pengaruh sehingga sering terjadi perselisihan dan perbedaan pendapat diantara
ketiganya.
4. Lemahnya Semangat
Patriotisme
Lemahnya semangat patriotism inilah yang
menyebabkan jiwa jihat yang di ajarkan islam tidak berdaya lagi menahan segala
amukan yang datang, baik dari dalam maupun dari luar.
5. Hilangnya Sifat Amanah
Hilangnya sifat amanah dalam segala
perjanjian yang di buat menyebabkan
kerusakan moral dan menghancurkan sifat-sifat baik yang mendukung Negara selama
ini.
6. Tidak Percaya pada
Kekuatan Sendiri
Dalam mengatasi berbagai pemberontakan
khalifah saling mengundang kekuatan asing akibatnya, kekuatan asing tersebut
memanfaatkan kelemahan khalifah.
7. Kemorosotan Ekonomi
Kemerosotan ekonomi ini terjadi karena
banyaknya biaya yang digunakan untuk angaran tentara dan banyaknya
pemberontakan terjadi di kalangan bani Abbasiyah sendiri.
8. Disintegras
Akibat kebijakan untuk lebih mengutamakan
pembinaan peradaban dan kebudayaan islam dari pada politik, dan
provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai melepaskan diri dari dinasti
abbasiyah.
9. Perang Salib
Perang salib merupakan salah satu sebab
kemunduran bani abbasiyah. Perang salib yang banyak menelan korban jiwa serta
menyita kosentrasi pemerintahan Abbasiyah. Abdurrahman mas’ut.
F.
Runtuhnya Dinasti Abbasiyah.
Setelah berkuasa lebih kurang
lima abad ( 750-1258 M ), akhirnya dinasti abbasiyah mengalami masa – masa suram.
Masa suram ini terjadi ketika para pengusaha setelah Al – Ma’mun, Al – Mu’tashim
dan Al – Mutawakkil tidak lagi memiliki kekuatan yang besar sebab para khalifah
sesudahnya lebih merupakan boneka para amir dan para wajir dinasti buwaihiyah dan sala jikah. “Para
khalifah Abbasiyah pada periode trakhir lebih mementingkan kepentingan pribadi
ketimbang kepentingan masysarakat umum”.[11]
Mereka saling melalaikan tugas-tugas sebagai pemimpin dan kepala Negara bahkan
banyak antara mereka yang lebih memilih hidup bermewah mewahan. Pada akhirnya
mereka kehilangan semangat tujuan menegakkan kekuasaan. Kenyataan ini di
pengaruhi dengan situasi politik umat islam ketika itu, terutama perseturuan
antara bangsa arab dan bangsa Persia dengan bangsa turki perseturuan ini
terjadi ketika bangsa turki semakin memiliki posisi strategis di pemerintahan
dan mengeser posisi bangsa arab dan Persia yang merupakan dua suku bangsa yang
memiliki peran penting di dalam proses berdirinya pemerintahan dinasti
abbasiyah. Pada masa pemerintahan khalifah Al – Mutawakkil pengaruh bangsa
turki semakin kuat sehingga bangsa arab dan Persia merasa cemburu. Sikap anti
turki ini pada akhirnya menimbulkan gerakan pemberontakan di setiap daaerah,
yang kemudian masing-masing mendirikan kekuasaan – kekuasaan lokal.
Diantara
kekuasaan lokal yang sangat berpengaruh dalam proses melemahnya kekuasaan
dinasti abbasiyah adalah di karenakan luasnya wilayah kekuasaan sehingga tidak
dapat melakukan control pemerintah dengan baik ke seluruh wilayahnya sehingga
peluang ini di manfaatkan oleh penguasa daerah yang jauh dari pemerintah pusat
untuk melepaskan diri menjadi kerajaan – kerajaan kecil.
BAB
III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Perkembangan
islam pada masa dinasti bani Abbasiyah ini memiliki kesan tersendiri dalam
perkembangan dunia islam yang membedakan nya dengan dinasti bani ummayah. Bani
Abbasiyah ini lebih menekankan pada perkembangan peradaban dari pada ekspansi
wilayahnya meskipun akhirnya ketidak seimbangan ini menjadi salah satu faktor
hancurnya dinasti ini. Namun tetap saja dinasti ini memiliki peran penting
dalam dianamika peradaban islam.
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang ikut dalam penulisan makalah ini. Tak lupa
kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu kami tunggu dan kami
perhatikan.
Badri, yatim, 2008. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT
Raja Grafindo Prenada.
Dedi, supriyadi, 2008. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV
Pustaka Setia.
Fatah, syukur, 2002.Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra.
Murodi, 2009. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Samsul nizar, 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana Prenada Media .
Sunanto, musrifah,2004. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada
Media.
[1]
Badri, yatim,( 2008). Sejarah
peradaban islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Prenada.hal 49-50.
[2] Samsul nizar,( 2008). Sejarah pendidikan islam. Jakarta:
Kencana Prenada Media.hal 68.
[3] Badri, yatim,( 2008). Sejarah peradaban…,Hal 51.
[4] Dedi, supriyadi,( 2008). Sejarah peradaban islam, Bandung: CV
Pustaka Setia. Hal 85.
[5] Fatah, syukur,( 2002). Sejarah peradaban islam. Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra. Hal 67.
[6] Fatah, syukur,( 2002). Sejarah peradaban…,Hal 68.
[9] Samsul nizar, 2008. Sejarah pendidikan…,Hal 69.
[10] Samsul nizar, 2008. Sejarah pendidikan...,Hal
70.
[11] Sunanto, musrifah,( 2004 ). Sejarah islam klasik. Jakarta: Prenada
Media. Hal 156.
[1] Badri, yatim,( 2008). Sejarah peradaban islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Prenada.hal
49-50.
[2] Samsul nizar,( 2008). Sejarah pendidikan islam. Jakarta:
Kencana Prenada Media.hal 68.
[3] Badri, yatim,( 2008). Sejarah peradaban…,Hal 51.
[4] Dedi, supriyadi,( 2008). Sejarah peradaban islam, Bandung: CV
Pustaka Setia. Hal 85.
[5] Fatah, syukur,( 2002). Sejarah peradaban islam. Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra. Hal 67.
[6] Fatah, syukur,( 2002). Sejarah peradaban…,Hal 68.
[9]
Samsul nizar, 2008. Sejarah pendidikan…,Hal 69.
[10] Samsul nizar, 2008. Sejarah pendidikan...,Hal 70.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar